BI Punya Peluang Kembali Turunkan Suku Bunga

 

 

NERACA

 

Jakarta - Bank Indonesia (BI) dinilai masih berpeluang untuk kembali menurunkan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" di tiga bulan terakhir 2017, karena ekspektasi akan membaiknya pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2017 dan meredanya tekanan nilai tukar rupiah. Kepala Ekonom PT. Bank Mandiri Persero Tbk Anton Gunawan mengatakan tingkat bunga riil saat ini ditambah laju inflasi yang terkendali, dan juga komparasi dengan beberapa negara "emerging markets" lainnya, Indonesia masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuan yang saat ini sebesar 4,25 persen.

"Pandangan dari ekonom luar menyebutkan sudahlah jangan diturunkan lagi karena bisa mmpengaruhi kurs, tapi kami sendiri dari kajian masih melihat ada ruang, dan itu akan sangat bergantung pada data triwulan III," ujar dia, seperti dikutip Antara, Kamis (5/10).  Suku bunga di Indonesia terbilang cukup tinggi mengingat beberapa negra tetangga menerapkan suku bunga yang rendah. Saat ini, suku bunga acuan di Malaysia sebesar 2,95 persen, Filipina 3 persen dan Thailand 1,5 persen.

Bank Indonesia pada September 2017 lalu baru saja menurunkan suku bunga acuannya untuk kedua-kali berturut-turut pada tahun ini, karena laju inflasi yang terus bergerak ke batas bawah sasaran 3--5 persen. Penurunan pada September 2017 lalu juga melengkapi delapan kali pelonggaran kebijakan suku bunga acuan sejak awal 2016 atau penurunan akumulatif sebesar dua persen.

Anton memerkirakan Bank Sentral akan mempertimbangkan apakah akan kembali memberikan stimulus di kuartal terakhir tahun ini, berdasarkan hasil pertumbuhan ekonomi kuartal III 2017. Anton dan BI sama-sama meyakini pertumbuhan ekonomi kuartal III 2017 akan lebih baik dibandingkan kuartal II 2017 yang sebesar 5,01 persen. "Lebih baik karena sangat didorong belanja pemerintah," ujar dia.

Pertimbangan BI selanjutnya, ujar Anton, adalah tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Menurutnya, meskipun rupiah terus tertekan dalam beberapa pekan terakhir, volatilitas masih terjaga. Anton mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan kembali ke rentang Rp13.400 di akhir tahun. "Rupiah meski sempat melemah hingga ke arah Rp13.600 kemarin, tapi kami yakin bakal balik lagi ke Rp13.400 per dolar. Ambil untung sementara wajar terjadi," ujar dia.

 

Sementara itu, Peneliti Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menilai, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sepanjang tahun 2017 merupakan hal yang tepat. Menurut dia, tujuan penurunan suku bunga sebagai stimulus moneter untuk memacu investasi melalui ekspansi kredit di sektor properti, komoditas (pertambangan dan perkebunan) serta infrastruktur.

Tapi masalahnya, lanjut dia, transmisi penurunan suku bunga acuan ke bunga kredit memang diprediksi berjalan lambat. ''Respons ke bunga kredit diprediksi baru terasa Maret-April 2018 itu pun tidak terlalu signifikan,'' kata Bhima. Ia mengatakan, jal ini disebabkan oleh resiko penyaluran kredit ke sektor riil masih tinggi. NPL bank umum per Juli masih di kisaran 3 persen. Beberapa sektor seperti perdagangan NPL-nya diatas 4,6 persen lebih tinggi dari posisi Juni 2017. Kemudian sektor manufaktur secara umum NPL nya 3,3 persen.

''Artinya, bank menurunkan bunga kredit juga berdasarkan pertimbangan kondisi perekonomian yang masih tahap pemulihan,'' jelas dia. Kemudian, Bhima menuturkan, ada masalah dari sisi likuiditas yang membuat suku bunga deposito turun tapi lambat. Untuk mengkompensasi resiko kredit dan likuiditas, akhirnya NIM perbankan masih berada diatas 5,3 persen.

Kondisi ini semakin memberatkan perbankan, karena Bank Sentral AS tengah melakukan normalisasi balance sheet pada Oktober mendatang.. Likuiditas di negara berkembang yang sebelumnya berlimpah, kini terancam susut. Kesimpulannya, bank sampai awal 2018 masih melakukan konsolidasi dan menahan ekspansi untuk jor -joran memberikan kredit. Ruang pelonggaran moneter pun semakin sempit di sisa tahun 2017. Karena adanya potensi inflasi akibat fenomena musiman natal tahun baru serta tekanan eksternal.

 

BERITA TERKAIT

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…