BALI Ngutang Rp 80 Miliar Ke Bank Sinarmas

NERACA

Jakarta – Butuh modal besar guna mendanai ekspansi bisnisnya, PT Bali Towerindo Tbk (BALI) kembali menambah utang. Teranyar, perseroan mengantungi fasilitas pinjaman perbankan pada 29 September 2017 dari Bank Sinarmas sebesar Rp 80 miliar dengan jangka waktu sampai 14 April 2018.

Kata Robby Hermanto, Direktur BALI dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin, fasilitas ini akan digunakan perseroan untuk modal kerja perseroan. Adapun agunan yang diberikan atas fasilitas ini adalah cash margin berupa blokir deposito di Bank Sinarmas atas nama perseroan. Sebelumnya, perseroan juga menandatangani perjanjian fasilitas kredit investasi I dengan Bank Mandiri dengan nilai mencapai Rp 500 miliar. Bali Towerindo akan mengagunkan asetnya berupa 2.621 menara telekomunikasi atas nama perusahaan, 21 menara telekomunikasi atas nama PT Paramitra Intimega dan piutang usaha dari Telkomsel dan Smartfren.

Anni Suwardi, Wakil Direktur Utama sekaligus Sekretaris Perusahaan BALI mengatakan bahwa fasilitas ini merupakan take over atas eksisting fasilitas term loan VI, VII, IX, X dan XI perusahaan dari PT Bank Sinarmas Tbk terkait pembiayaan menara telekomunikasi. Jangka waktu perjanjian kredit akan berlaku hingga 31 Mei 2022 mendatang. “Tujuan penggunana untuk pembiayaan eksisting aset perusahaan berupa 2.621 menara telekomunikasi yang terdiri dari 24 self supporting tower (SST), 36 monopole dan 2.561 micro cell pole (MCP) beserta pendukungnya,” ungkap Anni.

Dirinya menjelaskan bahwa tidak ada dampak kejadian, informasi atau fakta material tersebut terhadap kegiatan operasional, hukuim, kondisi keuangan dan kelangsungan usaha perusahaan. Penandantanganan fasilitas kredit ini dilangsungkan pada 28 September 2017 lalu. Sebagai informasi, tahun ini BALI menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 41% menjadi Rp 318 miliar. Untuk anggaran belanja tahun ini, perseroan menargetkan belanja modal sebesar Rp 300-350 miliar. "Sumber dari income sendiri, juga ada penambahan modal tanpa hak memesan terlebih dulu (non-HMETD) sebesar 10% dari lembar modal saham yang disetor. Tidak menutup kemungkinan dari MTN (utang jangka menengah) dan bank lainnya,"kata Anni.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…