NERACA
Jakarta – Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (2/10) awal pekan kemarin diwarnai transaksi crossing saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) senilai total Rp 1,38 triliun. Dari beberapa crossing SMRA, dua di antaranya merupakan crossing dari investor asing ke investor lokal dengan broker pelaksana Indo Premier Sekuritas.
Berdasarkan data RTI, Indo Premier melakukan dua kali transaksi crossing dengan total 963,88 juta saham pada harga Rp 1.430 per saham. Sebagai catatan, pada perdagangan Senin, saham SMRA di buka pada level Rp 1.085. Disebutkan, crossing terjadi pada perdagangan sesi dua, yakni pada pukul 13.40 WIB dan 13.41 WIB masing-masing 680,5 juta saham dan 283,38 juta saham. Total saham yang ditransaksikan yakni 6,68% dari seluruh total saham SMRA yakni 14,44 miliar saham. Crossing saham SMRA ini menyebabkan lonjakan penjualan bersih asing di bursa efek hingga mencapai Rp 1,57 triliun hari ini.
Per Agustus 2017, pemegang saham SMRA terdiri dari PT Semarop Agung 25,43%, PT Sinarmegah Jayasentosa 6,60%, BNYM SA Stichting Dep APG STR Real L Est 5,61%, Harto Djojo Nagaria 0,15%, Liliawati Rahardjo 0,16%, serta publik dengan kepemilikan di bawah 5% sebesar 62,05%. Sebagai informasi, tahun ini SMRA mematok target bisnis cukup konservatif seiring dengan melandainya bisnis properti.
Tengok saja, per Juli 2017, perseroan mencatatkan pra penjualan terkoreksi. Dimana marketing sales SMRA tercatat Rp 1,54 triliun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2016, terjadi penurunan sebanyak 20,22%. Terus menurunnya pra penjualan SMRA, membuat analis melihat kinerja perseroan memperkirakan kinerja akan mulai membaik tahun depan.
Analis Samuel Sekuritas Akhmad Nurcahyadi, dalam risetnya per 28 Agustus menyebut, penurunan pendapatan pra penjualan perusahaan ini sudah terjadi sejak 2016 lalu. Bahkan pada Juli 2016, marketing sales perusahaan juga anjlok 26,58% ketimbang Juli 2015. Rendahnya pendapatan pra penjualan membuat perusahaan ini memangkas target marketing sales dari Rp 4,5 triliun menjadi Rp 3,8 triliun. "Kemampuan merealisasikan back log dan penurunan target pre sales menjadi dua sentimen negatif saham SMRA," kata Akhmad.
Sementar analis Kresna Sekuritas, Filbert Anson mengatakan, kinerja pra penjualan SMRA kurang bergeliat lantaran sejak awal tahun pasar properti lemah. Peluang perbaikan bisa terjadi mengingat pada semester dua ini SMRA rajin meluncurkan produk baru. Selain pencapaian pra penjualan yang memburuk, kinerja SMRA pun belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Filbert mencatat, meski pendapatan tumbuh, SMRA malah mencatat penurunan margin laba.
Tercatat pendapatan SMRA terkerek 14,5% secara yoy di periode kuartal II 2017. Namun, emiten properti ini mencatat margin laba kotor terkikis sekitar 0,3% . Bahkan pada periode AprilJuni 2017, SMRA catatkan rugi bersih sebesar Rp 26 miliar. "Pendapatan memang naik, tetapi margin malah berkurang," kata Filbert.
Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…
Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…
Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…
Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…
Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…
Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…