Krisis Timteng Bahayakan Dunia

 

Awalnya, hanya Tunisia yang mengalami kenaikan eskalasi politik. Belakangan pergolakan politik di Tunisia berhasil menumbangkan Ben Ali, rezim yang sedang berkuasa. Gelombang demonstrasi tak datang terus menerus membuat pasukan Ben Ali mundur terakhir. Sang Presiden pun terpaksa harus kabur ke luar negeri.

Krisis politik di Tunisia lantas saja merembet ke Mesir dan menimbulkan pergolakan yang memakan banyak korban. Rezim Hosni Mubarak pun ikut terjungkal meskipun telah mencoba bertahan dengan dukungan separuh hati militernya.

Gejolak politik ternyata tak berhenti di Mesir. Libya dan Arab Saudi mulai ikut terkena percikan arus demonstrasi. Tapi tanpa disadari banyak pihak. Gejolak politik di kawasan Timur Tengah bakal menyeret negara-negara di berbagai belahan dunia kembali memasuki zona krisis ekonomi.

Apa pasal? Penyebabnya tak lain adalah lonjakan harga minyak menyusul terganggunya produksi dan pasokan dari negara-negara di Timur Tengah yang kebetulan adalah produsen minyak dengan kapasitas besar.

Memanasnya situasi di Libya dan kekhawatiran penularan kerusuhan tersebut ke Afrika utara dan Timur Tengah, telah melambungkan harga minyak. Bahkan harga komoditas ini diperkirakan dapat melampaui US$200 per barel.

Kemungkinan itu sangat mungkin terjadi mengingat saat ini hampir separuh produksi minyak Libya telah tutup, akibat krisis yang melanda negara tersebut. Produksi minyak Libya telah anjlok 1,2 juta barel per hari akibat meningkatnya krisis. Padahal, negara ini biasanya menghasilkan 1,6 juta barel per hari.

Kekhawatiran bahwa kerusuhan di Libya dan Bahrain bisa menyebar ke negara-negara kaya minyak lainnya di Timur Tengah, termasuk Arab Saudi, menciptakan kecemasan akan pasokan, sehingga harga minyak mentah pun membubung tinggi.

Seorang analis komoditas dari Bank Nomura Jepang bahkan berani memperkirakan, kalau Libya dan Aljazair menghentikan produksi minyaknya bersama-sama, harga bisa mencapai puncak di atas US$ 220 per barel.

Harga minyak penah mencapai level tertinggi di US$ 147 (baik Brent dan minyak mentah AS) pada Juli 2008, namun kemudian turun lagi seiring resesi di sebagian besar negara-negara barat yang mengurangi permintaan untuk minyak mentah.

Pada Kamis, harga minyak Brent melonjak hampir US$ 120 per barel. Minyak mentah Brent sempat melompat US$ 8,54 ke US$ 119,79 per barel, tertinggi sejak Agustus 2008, sebelum akhirnya diperdagangkan pada US$ 113,93 per barel. Minyak Brent ditutup di US$ 112,20 pada Rabu, naik 5,4% pada hari itu.

Kalau benar ramalan banyak analis bahwa harga minyak bakal melambung ke level US$ 200 per barel. Maka yang terkena dampaknya jelas semua negara dan semua rakyatdi seluruh negara. Kenapa? Karena krisis pasokan lonjakan harga minyak bakal mendongkrak angka inflasi. Sementara fluktuasi nilai mata bakal sulit terkendali. Imbasnya, harga pangan yang memang sudah tinggi bakal semakin tinggi. Rakyat di negara-negara miskin bakal terancam kelaparan lantaran mahalnya harga beras ataupun gandum.

Dalam hitungan waktu yang tak terlalu lama, industri di banyak negara rontok lantaran harga BBM yang melesatkan biaya produksi mereka. Terbayang PHK massal bakal terjadi dimana-mana. Des, membengkaknya angka pengangguran dan kemiskinan tinggal menunggu waktu.

Semua itu merupakan harga yang harus dibayar masyarakat dunia akibat keinginan sekelompok orang yang ingin menjual demokrasi kotor. Demokrasi yang hanya ingin menguntungkan kaum kapitalis.

BERITA TERKAIT

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

BERITA LAINNYA DI

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…