Waspada Krisis Bitcoin

 

 

Oleh: Bhima Yudhistira Adhinegara

Peneliti INDEF

 

            Bitcoin merupakan mata uang digital baru yang cukup tersebar luas di hampir seluruh belahan bumi. Mulai dari transaksi jual beli secara online hingga membeli secangkir kopi sekarang bisa dilakukan dengan Bitcoin. Beberapa toko kelontong di Malaysia bahkan sudah mulai menerima pembayaran menggunakan Bitcoin. Yang menarik dari cryptocurrency sejenis Bitcoin adalah kenaikan nilainya cukup fantastis. Dalam kurun waktu 12 bulan terakhir, nilai Bitcoin sudah naik lebih dari 700%. Banyak miliuner baru yang tercipta dari Bitcoin. Bahkan 1 keping Bitcoin kini bernilai US$4.000. Dunia sedang dilanda Bitcoin mania.

            Terlepas dari kecanggihan mata uang digital, banyak ekonom yang meragukan keberlanjutan Bitcoin. Pertanyaan mendasarnya, apakah Bitcoin merupakan mata uang atau alat penyimpan nilai layaknya emas? Syarat mata uang yang digunakan secara luas adalah fluktuasinya relatif kecil. Bitcoin dengan kenaikan ratusan persen justru menyangkal teori mata uang. Bitcoin yang awalnya hanya berfungsi menggantikan dolar, euro atau mata uang kertas lainnya di dunia maya kini berubah menjadi ajang spekulasi global.

            Jika dikaitkan dengan sejarah, pada tahun 2000 pasar modal di AS mengalami Dot com atau internet bubble. Saat itu perusahaan-perusahaan digital yang jumlahnya puluhan sedang dilanda demam start up digital. Perusahaan digital tersebut seperti Google, Yahoo berlomba mencatatkan saham perdana nya di Wall Street. Dalam periode 1998-2000 kenaikan indeks Nasdaq mencapai 700%. Saat investor mulai mencium adanya ketidakberesan karena perusahaan start up tidak berbasiskan bisnis riil melainkan hanya menjadi ajang spekulasi, pasar saham pun mengalami crash.

            Munculnya tanda-tanda krisis keuangan yang bersumber dari pesatnya pertumbuhan ekonomi digital juga diungkapkan oleh perain Nobel, Robert Schiller. Sebagai penulis buku Pasar Irasional, Schiller mencermati tren kenaikan harga perusahaan digital dan mata uang digital secara bersamaan. Tren peningkatan harga dinilai diatas batas wajar karena tidak mencerminkan nilai fundamental. Ada kemiripan antara pra-krisis dot com di AS tahun 2000 dan tanda-tanda pecahnya gelembung spekulasi Bitcoin.

            Jika krisis Bitcoin terjadi tentu dampaknya akan jauh lebih besar dari krisis keuangan tahun 2000. Jumlah Bitcoin yang beredar semakin meningkat, belum lagi sistem transaksi menggunakan online semakin terintegrasi. Sebelum menghadapi bencana cryptocurrency, Bank Sentral di negara-negara maju kini sedang menyiapkan mitigasi risiko. Bedanya, ketika Rupiah melemah masih ada berbagai strategi seperti operasi moneter yang bisa dilakukan oleh BI. Sementara ketika Bitcoin kolaps, hampir semua Bank Sentral lepas tangan karena tidak dijamin oleh cadangan devisa. Artinya, dampak krisis Bitcoin berkali-kali lipat lebih bahaya dibanding krisis mata uang kertas. Harapannya meskipun jumlah peredaran Bitcoin di Indonesia masih sangat terbatas, Bank Indonesia juga perlu melakukan pencegahan risiko dini.

            

BERITA TERKAIT

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

BERITA LAINNYA DI

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…