Masalah Selat Hormuz Bakal Picu Krisis Minyak - Pertamina Ingin Borong Minyak Mentah Produksi KKKS

NERACA

Jakarta - PT Pertamina (Persero) berminat mengolah semua minyak mentah dalam negeri dan untuk itu siap memberikan penawaran terbaik bagi Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) agar bersedia menjual minyak mentah bagian mereka untuk dibeli kembali, kemudian diolah di kilang-kilang milik Pertamina.

Penawaran ini sebagai antisipasi dari kemungkinan terjadinya krisis minyak apabila situasi di Selat Hormuz memanas dan juga untuk menjaga ketahanan energi Indonesia. “Untuk itu, Pertamina meminta dukungan Pemerintah untuk menyempurnakan regulasi bagi hasil minyak yang memberikan pilihan kepada Pertamina untuk membeli minyak mentah bagian KKKS,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Mochamad Harun dalam keterangan tertulisnya yang diterima Neraca, Minggu (22/1).

Upaya tersebut telah mendapatkan dukungan penuh dari BPMIGAS, tetapi memang saat ini tidak ada regulasi yang mengatur hal ini dan masih diperlukan penyempurnaan regulasi agar KKKS mau menjual minyak mentah bagiannya untuk kilang dalam negeri. Di samping telah mengirimkan surat kepada BPMIGAS, juga telah mengirimkan surat permintaan pembelian minyak mentah domestik kepada seluruh KKKS yang masih mengekspor minyak mentah bagian mereka.

 “Minyak mentah produksi dalam negeri bagian pemerintah yang diolah Pertamina tersebut dibeli dengan harga Indonesian Crude Price yang nilainya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan harga pasar. Pertamina membayar minyak mentah bagian pemerintah sekitar Rp600 miliar lebih tinggi dari harga pasar setiap tahunnya,” jelas Harun.

Penyerapan minyak mentah domestik selama ini, lanjut dia, telah terbukti sangat menguntungkan bagi negara. Selain memberikan penerimaan yang lebih tinggi, pembelian minyak mentah domestik juga dapat mempertahankan harga minyak mentah Indonesia tetap pada level tinggi dan kompetitif.

Saat ini, ungkap Harun, kilang-kilang Pertamina telah mengolah seluruh minyak mentah produksi Pertamina dan bagian pemerintah yaitu sebanyak 534 ribu barel per hari (bph). Selain itu, Pertamina juga membeli langsung bagian KKKS sebanyak 3.500 bph, jumlah ini dirasakan masih jauh dari mencukupi mengingat kapasitas kilang Pertamina yang mencapai satu juta bph.

Pertamina juga berencana menyerap seluruh hasil produksi minyak mentah yang menjadi bagian KKKS yang beroperasi di Indonesia. Total minyak mentah bagian KKKS yang diekspor selama ini mencapai sekitar 210 ribu bph.

“Kami ingin menyerap minyak mentah yang selama ini masih diekspor oleh KKKS. Total minyak mentah bagian KKKS yang diekspor mencapai 210 ribu bph,” ujar Harun.

Minyak mentah yang akan dibeli kembali, dia memaparkan beberapa jenis minyak seperti Sumatera Light Crude 64 ribu bph, Duri 81 ribu bph, Arjuna 4 ribu bph, Cinta  9 ribu bph, Widuri 9 ribu bph, Ataka 6 ribu bph, Handil 5 ribu bph, Belida 4 ribu bph, Geragai 3 ribu bph, Kaji 8 ribu bph dan Senipah 30 ribu bph.

Harun menjelaskan telah menyiapkan peta jalan dalam upaya peningkatan ketahanan Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional dengan rencana upgrading dan juga pembangunan kilang baru hingga 2018. Beberapa proyek seperti refurbishment Plaju, Kerro Treater Dumai-BLPP, RFCC Cilacap-Program Langit Biru Cilacap, Bottom Upgrading BLPP, revamping Dumai dan pembangunan dua kilang baru di Balongan, Jawa Barat dan Tuban Jawa Timur, akan meningkatkan produksi BBM nasional dari 40,6 juta KL per tahun saat ini menjadi 66,7 juta KL per tahun pada 2018.

“Proyek-proyek tersebut diharapkan bisa meningkatkan ketahanan BBM nasional dan menekan impor. Akan tetapi, untuk merealisasikan rencana investasi tersebut, diperlukan dukungan pemerintah terkait dengan insentif dan juga alfa (margin dan biaya distribusi) yang memadai sehingga membuat investasi menjadi lebih menarik dan investor lebih bergairah,” terangnya.

Sementara itu, efisiensi yang telah berhasil dilakukan Pertamina dari kegiatan impor BBM untuk memenuhi kekurangan pasokan dari dalam negeri, telah mendorong penghematan sekitar US$280 juta pada 2011. Penghematan tersebut didasarkan pada harga pembelian BBM Pertamina dibandingkan dengan harga pasar yang berlaku pada periode tersebut.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…