Modern Internasional Merugi Rp 653,8 Miliar

NERACA

Jakarta – Buntut dari kegagalan di bisnis Seven Eleven, membawa kinerja keuangan PT Modern International Tbk (MDRN) anjlok. Perseroan mencatatkan penurunan pendapatan signifikan pada semester pertama 2017 atau turun 95% ke level Rp 196,2 miliar. Padahal di periode yang sama tahun lalu, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 455,5 miliar. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Sejalan dengan penurunan pendapatan, MDRN juga mencatatkan kerugian sebesar Rp 653,8 miliar pada semester pertama tahun ini. Kerugian membengkak dibandingkan nilai kerugian pada periode yang sama tahun lalu yakni Rp 52,4 miliar. Total aset MDRN juga tergerus menjadi Rp 1,46 triliun dari sebelumnya mencapai Rp 1,98 triliun.

Bagaimana tidak, guna melunasi utang, perseroan belum lama ini menjual asetnya berupa tanah dan bangunan yang terletak di Surabaya, Jawa Timur. Sebidang tanah hak guna bangunan seluas 20.300 meter per segi terletak di dalam provinsi Jawa Timur, kota Surabaya, kecamatan Rungkut, kelurahan Rungkut Kidul. Aset ini dijual kepada PT Golden Tulip Pratama yang berkedudukan di jalan Rungkut Industri III/20 Surabaya. Saat ini, tanah dan bangunan sedang dijaminkan pada PT Bank CIMB Niaga, Jakarta untuk menjamin utang perseroan kepada bank tersebut dan dibebani hak tanggungan peringkat pertama sebesar Rp55,202 miliar.

MDRN sebagai penjual telah memeroleh persetujuan dari bank untuk melakukan penjualan atas tanah dan bangunan tersebut. Pihak penjual dan pembeli sepakat nilai transaksi sekitar Rp100 miliar. Penjual dan pembeli secara bersama-sama telah menyelesaikan masalah-masalah yang terkait dengan rencana transaksi dengan memperhatikan hasil penilaian dan uji tuntas. Tahun ini, MDRN melalui Modern Sevel Indonesia menutup seluruh gerai sevel pada 30 Juni lalu, akibat keterbatasan sumber daya untuk menunjang operasional gerai tersebut.

Usai menutup seluruh gerai Seven Eleven, MDRN bakal fokus menggarap dua lini bisnis. Kedua bisnis tersebut adalah penjualan mesin fotokopi dan penjualan peralatan rumah sakit. Direktur Modern Internasional, Julius Wiliady pernah mengatakan, alasan perseroan mengarap bisnis alat kesehatan karena pasarnya masih sangat besar. Pemerintah secara bertahap mulai membenahi pelayanan kesehatan. Namun sayangnya perseroan selama ini terlalu fokus mengembangkan Sevel, sehingga lini bisnis ini kurang berkembang. Padahal lini bisnis ini hadir jauh sebelum perseroan membeli lisensi franchise Sevel.”Selama ini kita berjalan secara konservatif, karena semua sumber dana difokuskan ke Sevel. Kita harapkan berkembang, karena potensinya sangat besar," imbuhnya.

 

 

BERITA TERKAIT

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…