Ini Kunci Lolos dari "Middle Income Trap"

 

NERACA

 

Jakarta - Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo menilai peningkatan investasi merupakan kunci bagi Indonesia untuk lepas dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap). “Kalau middle income trap, salah satu upayanya adalah ekonomi kita tumbuh di kisaran 7-8 persen. Untuk itu perlu investasi yang signifikan secara pertumbuhan, dan i dukungan produktivitas, kemudian dari sisi 'labor' dan 'capital' kita, itu kunci,” ujarnya seperti dikutip Antara, kemarin.

Saat ini, Indonesia termasuk kategori negara berpendapatan menengah bawah. Indonesia diprediksi beralih dari negara kelas menengah menjadi negara maju pada 2038 apabila pertumbuhan ekonomi konsisten di 5 persen. Sementara itu, jika ekonomi tumbuh lebih cepat, maka Indonesia juga bisa keluar dari middle income trap lebih cepat. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan, jika ekonomi tumbuh konsisten di 6,5 persen, maka Indonesia bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah pada 2030. “Jadi memang harus ada akselerasi pertumbuhan yang tinggi dan itu semua memang tidak akan mungkin kalau tidak ada dukungan infrastruktur, yang basic-nya dan juga dari sisi kualitas SDM-nya,” ujar Dody.

Menurut Dody, dengan sejumlah paket kebijakan yang sudah dikeluarkan pemerintah dapat mengatasi permasalahan yang menghambat masuknya investasi selama ini sehingga ke depan dapat mendorong ekonomi tumbuh lebih tinggi sesuai potensinya dan Indonesia pun dapat menjadi negara maju lebih cepat. “Kalau tidak salah, benefit dari penduduk muda Indonesia itu akan berakhir sekitar 2030-2035. Jadi artinya manfaat itu harus segera kita maksimalkan dengan cara mengaktifkan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan value added perekonomian atau investasi. Sekali lagi saya mengatakan kunci negara ini adalah investasi, kalau investasi jalan, kita bisa untuk ekspor, bisa untuk konsumsi,” kata Dody.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi tumbuh sebesar 5,35 persen pada triwulan II-2017 lalu, lebih baik dari konsumsi rumah tangga 4,95 persen, ekspor 3,36 persen, impor 0,55 persen, bahkan konsumsi pemerintah yang tumbuh negatif 1,93 persen. Investasi berupa bangunan pada periode tersebut tumbuh seiring dengan meningkatnya aktivitas pada sektor konstruksi seperti pembangunan infrastruktur. Selain itu, investasi juga didukung oleh realisasi belanja modal pemerintah pusat pada APBN 2017 sebesar Rp35,7 triliun atau meningkat 4,36 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Membaiknya investasi juga disebabkan oleh penjualan kendaraan industri yang menjadi barang modal seperti mobil pick up dan truk yang tumbuh positif (yoy) sebesar 20,4 persen.

Isu middle income trap merupakan kajian yang sangat penting, karena Indonesia sebagai Negara emerging harus bisa keluar dari jebakan middle income di masa depan. Dalam kacamata ekonomi pembangunan (development economics) dan teori pertumbuhan ekonomi, isu middle income trap sudah banyak dibahas para ahli dan institusi-institusi keuangan global. ADB dan World bank (2012) mendefinisikan middle income trap sebagai, “Countries stagnating and not growing to advanced country level”. Para pakar mendefiniskannya, “Growth slowdown and stuck in the middle income status”.

Bank Dunia membagi membagi negara-negara yang ada di muka bumi ini ke dalam empat kelompok. Pembagian ini didasarkan kepada tingkat pendapatan nasional kotor (GNI-Gross National Income) per kapita. Kelompok pertama adalah negara miskin atau low income countries dengan GNI hingga $1.035, Kelompok kedua adalah negara lower middle income dengan GNI antara $1.036 dan $4.085. Kelompok ketiga adalah upper middle income dengan GNI antara $4.086 dan $21.615 dan kelompok keempat adadalah negara-negara kaya (high income countries) dengan GNI per capita diatas $21.616.

Sampai tahun 2015, posisi per kapita masyarakat Indonesia tercatat sekitar $3.500 alias masih ada dalam rentang angka yang sama, berada di kelompok kedua, yaitu lower middle income dengan GNI antara $1.036 dan $4.085. Dengan demikian, fenomena middle income trap sebenarnya bukan isu baru dalam ekonomi pembangunan, terutama untuk Indonesia. Dalam ekonomi pembangunan, pengalaman berbagai negara yang gagal menjadi negara industri, seperti negara-negara di kawasan Amerika Latin, menjadi pelajaran yang sangat penting. bari

 

 

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…