Sinergi Lintas Sektor - Pengembangan Industri Batik Dilakukan Secara Berkelanjutan

NERACA

Jakarta  - Sekretaris Kementerian Perindustrian, Haris Munandar mengatakan kita sebagai warga negara Indonesia harus melestarikan budaya batik. Banyak cara untuk melakukannya seperti kolaborasi dan sinergi antara antara akademisi, pelaku usaha, pemerintah dan komunitas sangat penting untuk melestarikan budaya dan mengembangkan industri batik secara berkelanjutan.

“Kementerian Perindustrian menggelar pameran batik bertajuk "Menjaga Warisan Budaya Batik" dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional yang jatuh setiap 2 Oktober. Salah satunya adalah kolaborasi antara Ditjen Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian dengan Yayasan Batik Indonesia untuk menyelenggarakan pameran ini,” ujar Haris saat membacakan sambutan mewakili Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, di Plasa Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (26/9).

Dalam hal ini, dia memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang berkontribusi dalam melestarikan dan mengembangkan batik nasional. "Saya menyampaikan penghargaan dan apresiasi kepada Yayasan Batik Indonesia yang secara konsisten melestarikan batik melalui berbagai kegiatan. Terimakasih juga kepada pendukung acara dan peserta pameran yang ikut mengembangkan batik," ungkapnya.

Pameran yang digelar pada 26-29 September 2017 ini untuk mempromosikan produk unggulan batik dari berbagai daerah. Selain pameran, acara yang diikuti 44 IKM Batik dari berbagai daerah ini juga menampilkan peragaan busana batik yang dirancang dengan trendi dan modern, sehingga sangat cocok digunakan oleh generasi muda masa kini.

Sebelumnya, Ketua Yayasan Batik Indonesia Jultin Ginandjar Kartasasmita mengatakan kecintaan dan apresiasi terhadap batik tak pernah habis. Wastra Nusantara yang syarat makna ini sudah menjadi salah satu pelengkap penampilan berbagai kalangan, tua dan muda. Apalagi batik sudah memegang label warisan budaya dunia yang ditetapkan Unesco. Maka, kebanggaan adalah sebuah keharusan.

“Pagelaran Pesta Batik Indonesia merupakan salah satu apresiasi terhadap batik yang diselenggarakan oleh Yayasan Batik Indonesia. Acara ini mengambil momentum Hari Batik Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober. Adapun acara terdiri dari beberapa rangkaian, seperti pada tanggal 20 September 2017 yang berisi pagelaran busana dari desainer seperti Bi, Galeri Batik Jawa, Parang Kencana dan Danar Hadi,” ujar Jultin.

Selain itu, juga akan ada pameran Batik mulai dari tanggal 26 - 29 September di Kementerian Perindustrian; 30 Sepetember acara Family Day Batik Punya Kita; dan ditutup dengan parade Batik pada 1 Oktober 2017.Penutupan dipastikan meriah lantaran akan ada peragaan busana dari atas gedung Sarinah dengan ketinggian kurang lebih 80 meter.

Lebih lanjut Jultin mengungkapkan acara ini diselenggarakan untuk menanamkan nilai-nilai pelestarian dan pengembangan batik Indonesia kepada masyarakat, khususnya generasi muda. “Kecintaan itu bukan hanya pada produk, namun juga dalam hal pelestarian serta proses membatik. Jultin berpendapatan bahwa minat generasi muda terhadap batik besar, namun perlu digali lebih dalam. Nah, salah satu caranya adalah dengan menggabungkan kain batik dengan rancangan busana modern. Ikuti tren anak muda sukanya apa. Misalnya simpel dan modern. Oleh karena itu, saya suruh desainer bikin modern,” tukasnya.

Salah satu desainer yang ikut serta, Haryo Upandityo dari Bi, mengatakan dirinya memang memiliki tujuan mengubah stigma batik yang pernah dianggap sebagai pakaian orangtua atau terlalu formal. Ia mengupayakan agar batik bisa digunakan dalam keseharian, termasuk santai. "Inspirasi saya dari urban street style, saya aplikasikan ke desain batik, sehingga bisa pakai jins, celana pendek, bahkan sepatu kets," kata Haryo.

Sementara itu, salah satu kolektor batik Neneng Iskandar mengatakan selembar batik bisa dijadikan investasi yang bernilai tinggi. Pada beberapa motif dan yang langka, harganya mencapai puluhan juta, bahkan ratusan juta rupiah.

“Namun tidak semua batik bisa naik nilainya. Batik bernilai tinggi biasanya selain motif yang indah, langka, dan berusia tua serta bernilai historis.Harga jangan dijadikan patokan. Tak jarang, batik yang dipatok harga mahal, ternyata batik biasa,” papar Neneng.

Neneng yang menjadi murid maestro batik Go Tik Swan Penambahan Hardjonagoro ini menceritakan batik karya Go Tik Swan Panembahan Hardjonagoro membuat batik Tumurun Sri Narendra yang dibuat saat 32 tahun, Sri Susuhunan Pakubuwana ke XII naik tahta.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…