Jadi Agen Pembayar - Fintech Bisa Tingkatkan Inklusi Pasar Modal

NERACA

Jakarta – Semangat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk meningkatkan literasi keuangan di masyarakat, khususnya industri pasar modal mendapatkan dukungan penuh dari pelaku fincial technology (fintech) yang saat ini perkembangannya cukup pesat.

Menurut Chrisian Angga, Founder Odeo, keberadaan fintech menjadi jembatan akses industri keuangan dalam meningkatkan inklusivitas pasar modal, “Jika otoritas pasar modal membuka kesempatan fintech sebagai agen pembayar, maka kehadiran fintech sangat tepat membantu meningkatkan inklusivitas pasar modal,”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Berdasarkan data dari OJK, indeks inklusi pasar modal pada tahun 2016 hanya 1,25% sangat rendah bila dibandingkan dengan negara tetangga. Oleh karena itu, hal ini menjadi peluang bagi Fintech untuk membuka akses keuangan, khususnya bagi pasar modal, mengingat setidaknya baru 36% masyarakat Indonesia yang terhubung dengan lembaga keuangan formal. “Fintech mendorong masyarakat non-bankable menjadi bankable dengan layanan keuangan tanpa kantor dan layangan keuangan digital,”ungkapnya.

Saat ini layanan fintech yang tersedia di Indonesia baru menyenggol transaksi perbankan konvensional. Sudah jamak  dilihat berbagai aplikasi akses keuangan oleh pengusaha fintech baik itu e-payment, e-money dan e-wallet. Odeo sendiri bermain pada platform e-money yang menjamin transaksi yang cepat, 100% digital dan aman.

Perbankan sendiri telah membuka akses perbankan yang lebih luas dengan membuka layanan branchless banking atau dikenal dengan Laku Pandai. Beberapa bank telah membina pengusaha skala kecil sebagai mitra akses perbankan dengan target masyarakat yang belum tersentuh akses perbankan.

Namun demikian, semakin tingginya akses masyarakat terhadap internet di Indonesia membuka peluang akses bisnis fintech yang lebih luas. Christian mencatat pertumbuhan pengguna internet Indonesia per Januari 2017 tumbuh mencapai 51%, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan global sebesar 10%. Dengan pertumbuhan penetrasi sebesar itu, total pengguna internet di Indonesia mencapai 132,7 juta orang dengan pelanggan layanan seluler mencapai 371,4 juta pelanggan.

Meski asosiasi pengusaha ritel Indonesia (Aprindo) mencatat pergeseran transaksi offline store ke online store baru mendekati 2% dari total transaksi, namun pertumbuhan tahunan pengguna mobile commerce mencapai 155%. Pertumbuhan eksponensial ini tentunya memerlukan akses keuangan yang lebih cepat dan lebih aman.

 

BERITA TERKAIT

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…