Perlu Hadirkan Teknologi Dalam Festival Kulminasi Matahari

Perlu Hadirkan Teknologi Dalam Festival Kulminasi Matahari

NERACA

Jakarta - Letak geografis kota Pontianak menghadirkan daya tarik wisata unik yang kemudian dikemas dalam Festival Kulminasi Matahari. Setahun terjadi dua kali, pada 21-23 Maret dan 21-23 September. Pada tanggal tersebut, posisi matahari persis bertengger di atas khatulistiwa dan pada jarak terdekat dari planet bumi. Pontianak sendiri persis ada di garis khatulistiwa. Namun, Festival ini lebih terasa denyutnya di Bulan September, karena di bulan Maret Kota Pontianak banyak dipayungi awan musim penghujan. Efek terik mataharinya kurang terasa.

Meski garis equator juga membelah Pulau Sumatera dan Sulawesi, efek turisme dari kulminasi matahari itu sendiri lebih terasa di Pontianak, Kalimantan Barat. Sejak bertahun lalu, warga Pontianak sering mendemontrasikan keunikan efek kulminasi itu : posisi telur bisa berdiri karena gravitasi mahatari lebih besar dari biasanya, di tengah hari bayangan manusia seperti menghilang dan intensitas sinar matahari bisa mendidihkan minyak di dalam wajan untuk menggoreng telur.

Festival Kulminasi Matahari itu kembali menggeliat di Pontianak akhir pekan ini. Atraksi telor, wajan dan berbagai macam lensa itu kembali muncu di sekitar Tugu Khatulistiwa Pontianak. Sejumlah wisatawan nusantara (wisnus) dan wisman (wisatawan manca negara) berbaur menikmati keramaian fertival.

Menteri Koordinator Bidang PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) Puan Maharani, yang lingkup tugasnya menyangkut pula kordinasi dan pengendalian sektor kepariwisataan, mendorong Festival Kulminasi Matahari itu terus dikembangkan.

“Meskipun garis equator melewati negara-negara Afrika dan Amerika Latin, di Asia hanya Indonesia yang dilintasi garis khatulistiwa. Kita mesti memanfaatkan anugerah ini,” ujar Menko PMK, Sabtu (23/9).

Puan berpendapat selain mengedepankan unsur-unsur kebudayaan, maka berbagai kreasi baru juga harus dihadirkan agar festival ini dapat lebih menarik setiap tahunnya.

“Unsur teknologi juga harus dapat dihadirkan di dalam festival ini sehingga tidak hanya nilai budaya yang dimunculkan, tetapi juga nilai edukasi,” jelas Puan.

Dengan adanya unsur teknologi maka festival ini dapat menginspirasi banyak orang untuk memanfaatkan energi matahari sebagai sumber energi yang terbarukan.

Lebih jauh Puan juga berharap agar Festival Kulminasi Matahari dapat terus menjadi agenda resmi pariwisata di Kota Pontianak dan Pemprov Kalimantan dan melibatkan segala unsur masyarakat.‘’Kombinasikan pula dengan sajian budaya dan kuliner biar menjadi paket yang lebih lengkap,’’ ujar Puan pula. Mohar

 

BERITA TERKAIT

Hadi: Satgas Pemberantasan Judi Online Tak Sebatas Penegakan Hukum

NERACA Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) RI Hadi Tjahjanto menyebut kerja satuan tugas (satgas)…

Kompolnas Ungkap Progres Baru Penanganan Kasus Firli Bahuri

NERACA Jakarta - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Yusuf Warsyim mengungkap akan ada progres/kemajuan baru dalam penanganan perkara/kasus dugaan pemerasan oleh…

Kejaksaan Agung Lembaga Penegakan Hukum Paling Dipercaya

NERACA Jakarta - Hasil jajak pendapat terbaru Indikator Politik Indonesia April 2024, kembali menempatkan Kejaksaan Agung sebagai lembaga hukum paling…

BERITA LAINNYA DI Hukum Bisnis

Hadi: Satgas Pemberantasan Judi Online Tak Sebatas Penegakan Hukum

NERACA Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) RI Hadi Tjahjanto menyebut kerja satuan tugas (satgas)…

Kompolnas Ungkap Progres Baru Penanganan Kasus Firli Bahuri

NERACA Jakarta - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Yusuf Warsyim mengungkap akan ada progres/kemajuan baru dalam penanganan perkara/kasus dugaan pemerasan oleh…

Kejaksaan Agung Lembaga Penegakan Hukum Paling Dipercaya

NERACA Jakarta - Hasil jajak pendapat terbaru Indikator Politik Indonesia April 2024, kembali menempatkan Kejaksaan Agung sebagai lembaga hukum paling…