Tantangan Perbankan RI

Faktor penentu pertumbuhan ekonomi wilayah umumnya sangat tergantung kepada peran perbankan di wilayahnya. Apabila penyaluran kredit perbankan naik, pertumbuhan ekonomi pun diprediksi  naik. Hal ini tentu berdampak positif jika penyaluran kredit perbankan pada sektor yang tepat mengakselarasi pertumbuhan ekonomi daerah.

Pertanyaannya selanjutnya, sektor usaha apa yang tepat perlu mendapat dukungan perbankan? Sebagai negara dengan pendapatan per kapita menengah, yang perlu didukung adalah sektor yang dapat membawa Indonesia keluar dari middle-income trap, yaitu dukungan ke industri manufaktur. Dengan mendorong industri manufaktur, diharapkan Indonesia mampu meningkatkan pendapatan per kapita menjadi di kisaran US$ 10.000-US$ 11.000, ukuran lolos dari middle-income trap.

Dengan meningkatnya produktivitas manufaktur, kinerja ekspor diharapkan meningkat dan mendorong meningkatnya produk domestik bruto (PDB) dan akhirnya meningkatkan pendapatan per kapita. Tetapi peningkatan ini membutuhkan investasi tidak sedikit, untuk peningkatan teknologi dan  sumber daya manusia (SDM) yang siap menjalankan bisnis manufaktur. 

Namun di sisi lain, perbankan biasanya melihat apakah bisnis tersebut menguntungkan dibiayai. Salah satu indikator, melihat nilai tambah dan produktivitas tinggi. Berdasarkan statistik industri manufaktur besar dan sedang Indonesia tahun  2014, industri manufaktur dengan produktivitas (miliar rupiah per pekerja) sangat tinggi adalah bahan kimia dan barang  bahan kimia (1,08), kendaraan bermotor (1,04), alat angkut lain (0,64) dan logam dasar (0,88). Lebih spesifik lagi industri produktivitas tinggi itu adalah industri kimia dasar anorganik khlor dan alkali, industri anorganik gas industri (termasuk pupuk), baja, industri suku cadang kendaraan roda empat atau lebih dan industri sepeda motor.

Hasil riset ekonom Bank Mandiri mengungkapkan, pada April 2017 penyaluran kredit di Indonesia didominasi empat sektor besar. Dua sektor merupakan sektor lapangan usaha, yaitu perdagangan besar dan eceran (19,2%) dan industri pengolahan (17,4%). Lalu sektor non lapangan usaha, yaitu pemilikan rumah tinggal (8,2%) dan pemilikan peralatan rumah tangga (11,2%).

Empat sektor itu menyerap 55,99% penyaluran kredit. Jadi, kalau melihat fenomena seperti ini sepertinya negeri ini bisa lolos menjadi negara maju, tidak termasuk lagi golongan negara middle income trap. 

Namun, bila melihat lebih detil, pemberian kredit perbankan terbesar masih ke sektor non lapangan usaha, seperti kredit multiguna dan pemilikan rumah. Di industri, pemberian kredit  belum sepenuhnya menggambarkan potensi industri produktivitas tinggi.

Dari industri produktivitas tinggi, dua industri manufaktur yang penyaluran kreditnya tergolong besar dan sepadan dengan potensi adalah industri pupuk dan industri baja. Kedua industri tersebut sama-sama bermasalah pada bahan baku yang mahal dan persaingan dengan impor sangat tinggi. Sektor lain yang memiliki produktivitas tinggi, pemberian kredit masih relatif kecil dan bisa menjadi prioritas perbankan. Selain itu penyaluran kredit industri manufaktur terpusat di Jawa. Penyaluran kredit industri pengolahan di luar Jawa sangat minim.

Perdagangan besar dan eceran menjadi primadona, karena arus kas cepat dan bagi perbankan lebih aman. Selain itu, kredit masih besar ke komoditas, seperti CPO dan batubara yang relatif minim nilai tambah serta tak dapat diharapkan meningkatkan pendapatan per kapita jangka panjang.

Namun dukungan perbankan saja tidak cukup. Pemerintah perlu menarik investasi dari luar untuk berinvestasi pada pengimplementasian industri berbasis teknologi tinggi. Perlu juga meningkatkan  kesiapan daerah luar Jawa agar menjadi basis industri baru, seperti yang dilakukan pemerintah saat ini yaitu menyiapkan pemerataan infrastruktur.

Tidak hanya itu. Yang perlu diperhatikan adalah pentingnya menyiapkan SDM untuk terlibat dalam industri berteknologi tinggi di daerah-daerah lain. Tanpa SDM dengan pendidikan memadai, tersedianya infrastruktur dan investasi manufaktur berteknologi tinggi tidak banyak artinya bagi kemajuan daerah. Semoga!

BERITA TERKAIT

Kejar Pajak Tambang !

    Usaha menaikkan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) seperti royalti dari perusahaan tambang batubara merupakan sebuah tekad…

Pemerintah Berutang 2 Tahun?

  Wajar jika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kaget saat mendengar kabar bahwa Kementerian Perdagangan belum…

Hilirisasi Strategis bagi Ekonomi

Menyimak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 tumbuh sebesar 5,4 persen ditopang oleh sektor manufaktur yang mampu tumbuh sebesar 4,9…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Kejar Pajak Tambang !

    Usaha menaikkan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) seperti royalti dari perusahaan tambang batubara merupakan sebuah tekad…

Pemerintah Berutang 2 Tahun?

  Wajar jika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kaget saat mendengar kabar bahwa Kementerian Perdagangan belum…

Hilirisasi Strategis bagi Ekonomi

Menyimak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 tumbuh sebesar 5,4 persen ditopang oleh sektor manufaktur yang mampu tumbuh sebesar 4,9…