Darmin : Peningkatan Belanja untuk Dorong Pertumbuhan

 

 

NERACA

 

Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution meminta adanya peningkatan kinerja belanja pemerintah dalam APBN untuk mendorong pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada akhir tahun. "Yang harus agak didorong adalah dari APBN-nya," kata Darmin di Jakarta, Jumat (8/9).

Darmin mengatakan pertumbuhan konsumsi pemerintah yang didukung oleh membaiknya realisasi belanja ini bisa mendukung kinerja investasi dan ekspor, yang pada semester I-2017 berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, ia mengharapkan adanya pertumbuhan investasi atau pembentukan modal tetap bruto yang lebih optimal pada semester II-2017, atau lebih baik dari pencapaian semester I-2017. "Jadi kalau mau pertumbuhan 5,2 persen, pertumbuhan investasi asalkan seperti semester satu sudah bagus," kata Darmin. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada semester I-2017 sebesar 5,01 persen yang didukung membaiknya kinerja investasi dan ekspor.

Meski demikian, pada triwulan II-2017, konsumsi pemerintah mengalami kontraksi dan tumbuh negatif 1,93 persen karena realisasi belanja pegawai dan belanja barang yang turun dibandingkan periode sama tahun 2016. Catatan positif adalah realisasi belanja bantuan sosial untuk perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan yang justru meningkat 18,61 persen pada periode ini.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2017 adalah sebesar 5,17 persen atau sedikit di bawah asumsi dalam APBNP yang ditetapkan 5,2 persen. Ia mengatakan proyeksi itu bisa terwujud dengan catatan kinerja investasi, yang pada semester I-2017 hanya tumbuh 5,1 persen, tumbuh hingga 5,4 persen pada semester II-2017.

Namun, upaya untuk meningkatkan kinerja investasi tersebut bisa menghadapi kendala berupa pertumbuhan kredit perbankan yang masih mengalami kelesuan hingga pertengahan 2017. "Pertumbuhan kredit perbankan masih perlu hati-hati karena bank banyak melakukan konsolidasi kepada performa kredit yang mengalami tekanan karena harga komoditas yang menurun," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR.

BERITA TERKAIT

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…