NERACA
Jakarta - Lembaga kajian independen Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) menilai RAPBN 2018 yang disampaikan pemerintah pada pekan lalu, menunjukkan pertanda baik pengelolaan ekonomi nasional.
"Kami mengapresiasi RAPBN 2018 yang disusun lebih hati-hati, target-targetnya moderat meski tetap optimistik, dan kredibel. Ini menjadi pertanda baik bagi kendali pengelolaan perekonomian nasional, khususnya kebijakan fiskal yang berkesinambungan dan sehat," kata Direktur Eksekutif CITA Yustinus Prastowo dalam pernyataan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa (22/8).
Yustinus menuturkan, semenjak anjloknya harga komoditas, perekonomian perekonomian Indonesia terus mengalami perlambatan hingga tumbuh di bawah lima persen di tahun 2015. Di tengah pencarian titik keseimbangan baru dalam perekonomian global maupun dinamika politik di Amerika Serikat, pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali meningkat di tahun 2016 dengan mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen.
Di 2017, dalam APBNP 2017, pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen. Jika melihat pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama dan kedua tahun 2017 yang mengalami stagnansi di 5,01 persen, menurut Yustinus, sulit bagi pemerintah untuk mengejar target pertumbuhannya.
Dalam RAPBN 2018 sendiri, pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4 persen."Tentunya, untuk mencapai target pertumbuhan tersebut, pemerintah harus berkerja lebih keras," ujarnya seperti dikutip Antara.
Pertimbangan tersebut, lanjut Yustinus, atas dasar kinerja pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya dan dampak keekonomian dari pembangunan infrastruktur yang baru dirasakan secara signifikan setelah 2019.
Belanja Negara Terlalu Optimis
Lalu, dia juga menilai target belanja negara dalam RAPBN 2018 yang meningkat berkisar 6,35 persen - 14,48 persen dari proyeksi realisasi 2017, terlalu optimistis."Menurut kami target ini masih terlalu optimistis," kata Yustinus.
Jika dibandingkan dengan realisasi 2017, realisasi belanja negara per Juni baru mencapai pertumbuhan 3,23 persen secara tahunan (year on year). Dengan angka tersebut, lanjut Yustinus, pihaknya memproyeksikan skenario pesimis realisasi belanja negara mencapai 91,45 persen dari target atau tumbuh 14,48 persen.
Sedangkan untuk skenario moderat, CITA memproyeksikan kenaikan anggaran belanja akan meningkat sebesar 10,34 persen dan skenario optimis pihaknya memproyeksikan kenaikan anggaran belanja hanya 6,35 persen."Target realisasi belanja dalam RAPBN 2018 cukup berat untuk dicapai, terutama jika kita melihat bagaimana pemerintah mengerem belanja negara pada kuartal IV tahun 2016 demi menjaga defisit APBN. Perlu terus didorong realokasi atau pergeseran pos belanja yang lebih produktif," ujar dia.
Sementara itu, defisit anggaran dalam RAPBN 2018 ditetapkan sebesar Rp325,93 triliun. Target tersebut turun Rp22,56 triliun dari target defisit anggaran pemerintah dalam APBNP 2017 yaitu 2,67 persen dari PDB 2017 atau Rp348,49 triliun. Jika dibandingkan dengan proyeksi realisasi 2017, target defisit anggaran turun Rp71,47 triliun dan Rp146,45 triliun.
"Menekan angka defisit anggaran menciptakan dilema. Jika pemerintah mengerem realisasi belanja demi mengurangi defisit maka bisa saja terjadi pelemahan pertumbuhan ekonomi dan penerimaan perpajakan, yang pada akhirnya tidak mampu mengurangi defisit anggaran," ujar Yustinus.
Dengan demikian, lanjut dia, sebelumnya pemerintah harus memastikan bahwa pengeluaran anggaran dialokasikan dengan tepat. Utang masih terbuka sebagai pilihan dengan syarat dialokasikan untuk sektor produktif dan disesuaikan dengan kemampuan membayar."Salah satu ruang yang bisa digunakan untuk menekan beban utang adalah memanfaatkan rating yang membaik untuk menurunkan yield atau imbal hasil," kata Yustinus.
Yustinus juga mengatakan target penerimaan perpajakan dalam RAPBN 2018 yang mencapai Rp1.609,4 triliun lebih moderat dan realistis dibandingkan tahun sebelumnya. Target penerimaan perpajakan tersebut tumbuh 9-10 persen, di bawah target pertumbuhan 2017 yang mencapai 15 persen. mohar
Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…
NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…
Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…
Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…
NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…
Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…