Masyarakat Diminta Jangan Genit Dorong Esemka Jadi Produk Industri - Untung Rugi Kembangkan Mobil Esemka Masih Dikaji

NERACA

Jakarta - Mobil Kiat Esemka hasil rakitan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Solo, Jawa Tengah, ini semakin digandrungi masyarakat luas. Berbagai kalangan, dari pejabat pemerintah hingga politisi tak sedikit yang memesannya. Selain digadang-gadang bisa menjadi mobil nasional, harganya pun terbilang cukup murah dibandingkan mobil buatan asing. Namun, untuk mewujudkan keinginan besar Indonesia mempunyai mobil nasional, Kiat Esemka membutuhkan industri besar untuk menjadi pendamping agar bisa masuk dalam industri massal.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi berpendapat, pihaknya sebagai pengusaha swasta tidak serta merta ingin ikut mensponsori pengembangan mobil Kiat Esemka tersebut. Sebab, akan dilihat sejauh mana untung dan ruginya. "Sebagai pengusaha, tentunya itu penting," kata dia, Jumat.

Dia mengungkapkan, Indonesia pernah memiliki trauma besar terhadap keberadaan mobil nasional yang pernah diprogramkan sejak lama. "Jangan sampai, kendaraan ini hanya diminati pembeli satu dua tahun saja. Setelah itu, jadi rongsokan dan tak dilirik lagi," ujar Sofjan.

Hal itu, kata Sofjan, akibat minimnya pengadaan suku cadang dan proses perawatan setelah proses pemasaran produk. "Nah, pemerintah bisa jamin tidak suku cadangnya dan jumlah bengkel untuk perawatan dan perbaikan," tuturnya.

Dia mengaku bahwa produk Kiat Esemka karya pelajar SMK tersebut terbilang bagus dan menjual tapi tidak ada salahnya tetap mengajak mitra asing atau masih menyertakan produk mancanegara. "Sebab, nanti setelah diproduksi besar-besaran, ditakutkan suku cadangnya minim dan perawatannya juga mahal. Jadi, tidak laku," ujar Sofjan.

Sofjan menyarankan, sebaiknya tetap menggunakan suku cadang produk impor yang sudah teruji hingga kita mampu memproduksi sendiri secara besar-besaran. "Toh, bisa saja komposisinya 80% produk lokal, sisanya (20%) impor. Mobilnya kan tetap dicap sebagai mobil nasional atau mobil murah Indonesia," tegasnya.

Tidak Emosional

Menteri BUMN Dahlan Iskan meminta masyarakat untuk tidak emosional dengan kemunculan mobil Esemka ciptaan siswa-siswa SMK di Solo. Mobil ini tidak bisa serta merta dijadikan produk industri. Dikatakan Dahlan, produk mobil Esemka ini harusnya dipandang sebagai produk hasil penelitian dari siswa-siswa SMK di Solo. Dia melihat saat ini ada upaya emosional masyarakat untuk menjadikan Esemka sebagai produk industri.

"Ini menteri pendidikanlah ya, inikan begini saya ingin menteri pendidikan sangat serius membina SMK. Jadi ini saya lihat harus didudukan pada porsi bahwa ini adalah sarana pendidikan. Jangan diemosionalkan bahwa ini sebuah produk dan ini sebuah industri, jangan. Nanti tidak proposional nanti. Jadi tetap harus diproposionalkan ini adalah sarana pendidikan. Sarana pembelajaran. Dengan demikian anak-anak SMK nanti sangat terampil," ungkap Dahlan.

Dahlan Iskan mengaku belum sreg jika mobil Esemka secara emosional langsung dikembangkan menjadi proyek mobil nasional. Esemka lebih cocok jadi pembelajaran untuk mengasah otak pelajar Indonesia. "Esemka itu kan proyek menteri pendidikan yang dijual untuk pembelajaran. Ya mending dipereteli saja untuk sekolah. Itu proyek untuk pembelajaran," kata Dahlan.

Di pihak lain, Menteri Riset dan Teknologi (Kemenristek) telah mengirim empat utusan untuk mengecek kondisi mobil Kiat Esemka hasil rakitan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Solo. "Utusan Menristek berkunjung  ke Solo selama dua hari. Mereka datang untuk mengetahui secara detail mobil Esemka," kata Koordintor Pembelajaran Industri Kreatif Mobil Esemka SMK N 2 Surakarta, Dwi Budhi Martono.

Menurut Dahlan, program Esemka yang dikembangkan menteri pendidikan sejak 2008 tersebut merupakan program bagus untuk meningkatkan tenaga engineering di Indonesia. "Karena untuk menjadi negara maju, sebuah negara harus mempunyai engineering sebanyak 20% dari total pekerja. Kita 10% saja tak ada. Jadi program ini (Esemka), bagus untuk pembelajaran saja," jelas Dahlan.

Sementara soal proyek besar pemerintah mengembangkan mobil nasional (mobnas), Dahlan mengaku tidak tahu menahu soal program tersebut. "Mobnas itu istilah siapa? Saya baru tahu ada mobnas, kita di pemerintahan dengar tapi tidak ada proyek mobnas. Saya baru dengar. Kalau di BUMN sendiri, ini baru lihat dan meninjau bagaimana," kata Dahlan.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…