NERACA

Semarang - Bank Jateng menargetkan sumber daya manusia (SDM) terbaik untuk rencana "spin off" atau pemisahan unit usaha syariah. "Kami punya aspirasi dari pemegang saham yaitu membangun pondasi 'spin off'. Undang-undang mengamanatkan setelah 15 tahun, semua Unit Usaha Syariah (UUS) harus pilih antara 'spin off' atau tutup," kata Direktur Operasional dan Unit Usaha Syariah Bank Jateng Hanawijaya di Semarang, Kamis (27/7).

Ia mengatakan dalam hal ini Bank Jateng sangat berkepentingan untuk membangun pondasi yang lebih kuat. "Salah satu yang diutamakan adalah SDM yang masuk ke dalam 'spin off' unit usaha syariah Bank Jateng adalah SDM terbaik," katanya. Ia mengatakan kondisi tersebut harus diimbangi dengan kondisi kapital bank yang lebih kuat, salah satunya aset risiko berada di kisaran Rp10-12 triliun.

"Dengan kapital yang kuat, kami bisa bayar SDM sesuai standar. Di bawah itu berat untuk mengoperasikan perusahaan yang baik. Gaji kecil tidak mungkin bisa jadi bank keren," katanya. Dalam hal ini, SDM yang dijaring untuk mengoperasikan unit usaha syariah tersebut harus memiliki kompetensi mumpuni di bidang perbankan. "Kami sudah mencari terobosan agar orang yang datang ke kami adalah mereka yang memang memiliki kompetensi di bidang perbankan. Paling tidak dari sisi kualitas SDM sekaligus infrastruktur harus sekelas dengan bank," katanya.

Sebelumnya, mengenai rencana "spin off" unit usaha syariah tersebut, Hana mengatakan dalam rencana bisnisnya, "spin off" akan dilakukan di kisaran tahun 2021-2022. Dengan dilakukannya "spin off" tersebut, pihaknya optimistis akan dapat memperluas pasar Bank Jateng, salah satunya melalui penerbitan sukuk.