Produk Pertanian - AEKI Perkirakan Produksi Kopi Kembali Normal

NERACA
Jakarta – Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Tengah memerkirakan produksi kopi di semester dua tahun ini kembali normal setelah pada semester satu mengalami penurunan. Kalau produksi kopi pada semester satu tahun 2017 dibandingkan periode sama tahun lalu dan semester dua tahun lalu mengalami penurunan cukup signifikan, kata Ketua AEKI Jawa Tengah Moelyono Soesilo di Semarang, disalin dari Antara di Jakarta.

Ia mengatakan penurunan tersebut merupakan dampak berlanjutnya efek Elnino dari tahun lalu hingga saat ini. Berdasarkan data dari AEKI Jateng, produksi kopi di Jawa Tengah pada semester satu tahun 2016 sebanyak 1.800 ton, selanjutnya pada semester dua tahun yang sama sebanyak 2.300 ton. "Sedangkan pada semester satu tahun ini, volume produksi kopi turun menjadi 800-900 ton," katanya.

Ia memrediksikan pada semester dua tahun ini volume produksi kopi kembali normal seperti semester dua tahun lalu. Peningkatan tersebut menyusul aktivitas panen di beberapa daerah. "Biasanya petani akan menunda panen ketika jelang Lebaran, baru setelah Lebaran yaitu di bulan Juli ini mereka memulai aktivitas panen," katanya.

Sementara itu, dengan volume panen yang diprediksikan kembali normal, Moelyono mengatakan untuk volume ekspor kopi juga akan sama dengan tahun lalu. "Kalau tahun lalu kan ekspor kopi mencapai 4.500 ton, untuk tahun ini diprediksikan di kisaran angka tersebut. Untuk waktu ekspor sekitar bulan Juli-Agustus," katanya.

Pada kesempatan lain, Kementerian Perindustrian terus berupaya untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri pengolahan kopi di dalam negeri termasuk pada sektor industri kecil dan menengah (IKM). Salah satu langkah strategis yang dilakukan dalam upaya mencapai sasaran tersebut, yakni memfasilitasi pemberian peralatan produksi dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia.

“Kami berharap, program ini memberikan kontribusi signifikan untuk mendorong pertumbuhan industri pengolahan kopi skala IKM,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara Peluncuran Pembinaan dan Pengembangan IKM Kopi di Jakarta, Senin (10/7).

Dalam kesempatan itu, Menperin didampingi Dirjen IKM Gati Wibawaningsih serta Direktur IKM Pangan, Barang dari Kayu, dan Furniture Sudarto menyerahkan secara simbolis peralatan pengolahan kopi buatan dalam negeri kepada Kepala Dinas Koperasi dan UMKM, Perindustrian Kabupaten Tanggamus, Lampung, Herry Heryadi.  

“Alat pengolahan kopi yang diberikan ini agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produk IKM guna memajukan industri kopi nasional,” tutur Airlangga. Peralatan tersebut, antara lain mesin roaster, thermo digital, mesin giling biji kopi, timbangan digital, coffee drip, coffee filter dan kettle drip. 

Menperin menegaskan, industri pengolahan kopi nasional seharusnya dapat unggul di pasar global karena Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam dengan produksi rata-rata sebesar 685 ribu ton pertahun atau 8,9 persen dari produksi kopi dunia.  “Kita juga memiliki berbagai jenis kopi specialty yang dikenal di dunia, termasuk kopi luwak dengan rasa dan aroma khas sesuai indikasi geografis yang menjadi keunggulan Indonesia,” ungkapnya.

Kemudian, dengan didorong pertumbuhan masyarakat kelas menengah dan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia, kinerja industri pengolahan kopi nasional mengalami peningkatan cukup signifikan. “Pertumbuhan konsumsi produk kopi olahan di dalam negeri meningkat rata-rata tujuh persen per tahun,” jelas Airlangga.

Di kancah global, ekspor produk kopi olahan nasional pada tahun 2014 mencapai USD 322,6 juta atau meningkat 10,6 persen menjadi USD 356,79 juta pada tahun 2016. Ekspor olahan ini didominasi produk kopi instant, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke negara tujuan ekspor seperti Mesir, Taiwan, Thailand, Malaysia, Filipina dan Singapura.

Sementara itu, Gati menyebutkan, potensi IKM olahan kopi di dalam negeri didukung dengan 13 sentra produksi kopi yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, antara lain di Aceh, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Papua dengan total sebanyak 476 unit usaha.

“Saat ini sudah ada 16 kopi Indonesia yang telah mempunyai indikasi geografis sebagai keunggulannya,” ujarnya. Ke-16 kopi itu adalah Kopi Arabika Gayo, Sumatera Arabika Simalungun Utara, Robusta Lampung, Arabika Java Preanger, Java Arabika Sindoro-Sumbing, Arabika Ijen Raung, dan Arabika Kintamani Bali.

BERITA TERKAIT

Kunci Cermat Bermedia Sosial - Pahami dan Tingkatkan Kompetensi Platform Digital

Kecermatan dalam bermedia sosial sangat ditentukan oleh pemahaman dan kompetensi pengguna terkait platform digital. Kompetensi tersebut meliputi pemahaman terhadap perangkat…

IKM Tenun Terus Dipacu

NERACA Jakarta – Dalam menjaga warisan budaya nusantara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendorong pengembangan sektor industri kerajinan dan wastra…

PLTP Kamojang Jadi Salah Satu Rujukan Perumusan INET-ZERO

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah menyusun Dokumen…

BERITA LAINNYA DI Industri

Kunci Cermat Bermedia Sosial - Pahami dan Tingkatkan Kompetensi Platform Digital

Kecermatan dalam bermedia sosial sangat ditentukan oleh pemahaman dan kompetensi pengguna terkait platform digital. Kompetensi tersebut meliputi pemahaman terhadap perangkat…

IKM Tenun Terus Dipacu

NERACA Jakarta – Dalam menjaga warisan budaya nusantara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendorong pengembangan sektor industri kerajinan dan wastra…

PLTP Kamojang Jadi Salah Satu Rujukan Perumusan INET-ZERO

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah menyusun Dokumen…