Garam Mahal dan Langka, Pemkab Sukabumi Diminta Sidak

Garam Mahal dan Langka, Pemkab Sukabumi Diminta Sidak

NERACA

Sukabumi - Stok garam di sejumlah Pasar Semi Modern (PSM) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menipis. Selain itu, harga garam di pasar itu melonjak tinggi dan ukurannya pun berkurang. Melihat kondisi ini, elemen masyarakat meminta Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Koperasi Perdagangan Usaha Kecil Menengah (DKPUKM) melakukan inspeksi mendadak (Sidak).

Pantauan Neraca Senin (24/7) harga garam saat ini di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Sukabumi beberapa hari terakhir ini melambung tinggi. Biasanya harga per sachet Rp500, kini Rp1.500, dan komoditasnya pun sulit ditemukan alias mulai langka.

Di PSM Cisaat, tidak banyak pedagang yang menjual garam. Kalaupun ada, harga per satu pak nya mencapai Rp47.500 dari biasanya Rp17 ribu.“Memang kemarin ada pasokan masuk, tapi tidak banyak. Harganya pun naik. Dan seumur-umur saya dagang, baru kali ini merasakan harga garam yang menggila,” kata Eneng Markonah seorang pedagang kelontong.

Lubis (45 tahun) pemilik grosir di bilangan Kecamatan Gunungguruh mengaku sudah tiga hari ini tidak mendapatkan pasokan garam.“Saya tidak tahu kenapa pasokan terhenti selama tiga hari terakhir ini,” katanya.

Di PSM Cibadak, stok akan garam juga minim. Sejumlah pedagang kelontong mengaku pasokan dari distributor minim.“Permintaan garam tiga hari terakhir ini sangat tinggi. Kami pedagang tidak bisa menyediakan karena pasokan dari distributor minim,” kata salah seorang pemilik toko kelontong, Teddi Ibrahim.

Salah seorang pedagang sembako di Blok F No 78 PSM Cicurug, Mahmud menerangkan sebelumnya harga harga eceran Rp500 sekarang menjadi Rp1.700. Garam batangan dari Rp3.000 menjadi Rp6.000 per bal.“Stoknya sangat susah. Sebelumnya tidak pernah terputus. Ini sudah seminggu belum dapat pasokan,” keluh Mahmud.

Sementara harga garam merk sarjana kemasan isi 40 bungkus, tambah dia, Rp43.000 dari harga sebelum nya Rp21.000. Garam merk D5 kini Rp63.000 dari harga sebelumnya Rp22 ribu.

Selain itu, kata dia, bukan hanya mahal, ukuran garam pun ikut berubah. Biasanya dalam kemasan berisi 250 gram, kini hanya 200 gram.“Saya berharap harga garam normal kembali. Soalnya pembeli sudah banyak yang mengeluh,” sebutnya.

lmas Sarimaya (35 tahun), seorang ibu rumah tangga warga Cicurug, yang sedang berbelanja mengaku kaget atas kenaikan harga garam tersebut.“Tidak beli butuh. Harga garam saja sepertinya dipermainkan,” ketus dia.

Ia meminta pemerintah segera mengendalikan harga garam ini. Pemeritah, sambung dia, harus memperhatikan nasib petani garam.“Tapi saya mendukung impor garam kalau memang barangnya langka di negara ini,” katanya.

Hal senada diungkapkan Sunarsih (40 tahun) warga Perum Mangkalaya 2 Blok Y Nomor 13, Desa Mangkalaya, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menerangkan tidak mempermasalahkan kenaikan harga, asal barang tersedia.

“Ketepatan saya sedang kehabisan garam. Pas mau beli ke warung, warung mengatakan garam sedang kosong. Saya pun kemudian membeli ke grosir. Ternyata ketersediaan garam di grosir itu pun kosong. Memang mendapatkan garam di satu warung lainnya, hanya saja harganya bikin kaget juga. Tidak nyangka naiknya tiga kali lipat,” sebut Sunarsih. 

Terpisah, Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) Pandawa Lima Berly Lesmana mengatakan DKPUKM Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, melakukan inspeksi mendadak (Sidak) terkait mulai langka dan mahalnya garam di sejumlah pasar tradisional. 

“DKPUKM perlu melakukan sidak ke pasar tradisional dan pertokoan guna memastikan tidak ada penimbunan garam di gudang,” ujar Ketua LPKSM Pandawa Lima Berly Lesmana saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Berly menyatakan selama ini, tidak memprediksikan garam akan sulit didapatkan oleh masyarakat.“Kalau soal harga, sepertinya tidak menjadi masalah selama stok ada. Dan kenaikan harga garam akan bisa dimaklumi konsumen kalau asal-usul penyebabnya jelas,” pandang dia.

Ia curiga, adanya informasi produksi garam nasional yang anjlok, membuat pedagang bermain dengan cara melakukan penimbunan. Pasalnya kata dia, kebutuhan konsumsi masyarakat tidak banyak karena penggunaannya sedikit.

“Tapi dengan adanya informasi sejumlah warga mulai kesulitan mendapatkan garam, perlu dicurigai adanya upaya penimbunan oleh oknum tidak bertanggungjawab. Bisa saja oknum pedagang ketika mengetahui garam naik menyimpan terlebih dahulu. Setelah menjadi langka, mereka mulai mengeluarkan. Ini perlu diantiipasi,” katanya

Kepala DKPUKM Kabupaten Sukabumi Asep japar belum berhasil dikonfirmasi terkait mulai langkanya garam di wilayah itu.“Maaf bapak sedang keluar,” sebut seorang pegawai Tenaga Kerja Sukarela. Ron

 

BERITA TERKAIT

Pelindo Fasilitasi 3 UMK Unggulan Ikut Pameran di Luar Negeri

NERACA Jakarta - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo berpartisipasi di ajang pameran International Food and Hotel Asia (FHA) Food…

MenKopUKM: 57th APEC SMEWG Jadi Forum Strategis Tuntaskan Tantangan UMKM

NERACA Bali – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menyatakan forum Asia-Pacific Economic Cooperation Small Medium Enterprises Working Group…

Dishub Kota Sukabumi Tangani Puluhan Kerusakan PJU

NERACA Sukabumi - Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Sukabumi menerima laporan kerusakan Penerangan Jalan Umum (PJU) sebanyak 49 aduan yang tersebar…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Pelindo Fasilitasi 3 UMK Unggulan Ikut Pameran di Luar Negeri

NERACA Jakarta - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo berpartisipasi di ajang pameran International Food and Hotel Asia (FHA) Food…

MenKopUKM: 57th APEC SMEWG Jadi Forum Strategis Tuntaskan Tantangan UMKM

NERACA Bali – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menyatakan forum Asia-Pacific Economic Cooperation Small Medium Enterprises Working Group…

Dishub Kota Sukabumi Tangani Puluhan Kerusakan PJU

NERACA Sukabumi - Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Sukabumi menerima laporan kerusakan Penerangan Jalan Umum (PJU) sebanyak 49 aduan yang tersebar…