Penurunan Daya Beli Cermin Ekonomi Lesu

 

NERACA

Jakarta-Kalangan dunia kini merasakan lesunya kondisi ekonomi di dalam negeri yang diindikasikan dengan penurunan daya beli masyarakat, serta ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor industri. Banyak industri juga mengerem produksinya karena permintaan terus menurun belakangan ini.

Industri tekstil misalnya, dilaporkan mulai mengerem produksi akibat permintaan yang merosot dibandingkan tahun lalu. Hal yang sama juga dialami industri ritel yang lebih dulu mengumumkan penurunan penjualan produknya sepanjang semester I- 2017.

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencatat penjualan produk tekstil di pasar domestik mengalami kelesuan dalam lima tahun terakhir. Puncaknya terjadi pada kurtal I-2017 di mana terjadi penurunan 30% dibanding kuartal pertama lalu.

Ketua Umum API Ade Sudrajat pernah mengatakan, tahun-tahun sebelumnya permintaan akan produk tekstil meningkat signifikan jelang Lebaran lalu. Namun, dari pemantauan kasat mata terlihat volume penurunan transaksi penjualan produk tekstil di Pusat Grosir Tanah Abang.

Menurut Ade, sejak beberapa tahun terakhir peningkatan permintaan itu semakin berkurang. Pada kuartal kedua 2016, di mana terdapat momen Idul Fitri, masih ada kenaikan permintaan produk tekstil sebesar 10 persen. Namun, di kuartal kedua 2017, justru permintaan anjlok sangat dalam ke angka 30 persen. “Ini Lebaran terburuk selama 30 tahun terakhir. Menyamai angka tahun kemarin saja tidak, tapi malah turun 30%,” ujarnya.

Adapun angka penjualan produk tekstil di pasar domestik pada kuartal pertama 2017 tercatat mengalami penurunan sebanyak 3%.  Dia memprediksi penurunan itu disebabkan adanya kenaikan harga tarif dasar listrik yang membuat masyarakat mengalihkan dananya untuk keperluan tersebut. Karenanya, dia berharap pemerintah dapat memberikan stimulus pada industri tekstil dengan memberikan kepastian soal harga-harga energi.

Kondisi di industri otomotif juga mengalami nasib yang sama. Pengusaha otomotif mulai mewaspadai faktor melemahnya daya beli masyarakat terhadap penjualan kendaraan tahun ini. Indikasinya adalah anjloknya penjualan mobil dan motor selama Juni lalu dibandingkan bulan sebelumnya maupun bulan yang sama 2016.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil selama Juni lalu hanya mencapai 66.370 unit. Jumlah tersebut turun 29,5% dibandingkan penjualan mobil pada bulan sebelumnya yang mencapai 94.091 unit. Jumlahnya juga jauh di bawah penjualan Juni 2016 yang sebanyak 91.488 unit.

Ketua Gaikindo Jongkie D. Sugiarto menilai, anjloknya penjualan mobil lebih disebabkan oleh siklus bulan puasa dan Lebaran pada Juni lalu. Jumlah hari kerja efektif selama bulan tersebut terpotong masa cuti bersama Lebaran. Akibatnya, jumlah penjualan pun menurun. "Itu bulan pendek untuk jualan. Waktunya hanya sekitar 2 minggu," ujarnya baru-baru ini.

Gaikindo pun sebenarnya sudah memprediksi potensi penurunan penjualan di bulan Juni lalu. Prediksi itu mengacu kepada data penjualan tahun lalu. Saat bulan puasa dan Lebaran, penjualan mobil pada Juli 2017 memang menurun drastis.

Pada bulan tersebut, penjualan mobil sebesar 61.891 unit, atau jauh di bawah penjualan bulan sebelumnya yang mencapai 91.488 unit. Selepas Lebaran, di bulan Agustus 2016, penjualan mobil kembali melesat hingga 96.282 unit.

Karena itu, Jongkie pun optimistis penjualan mobil akan kembali meningkat pada Juli ini. Gaikindo menargetkan penjualan mobil tahun ini akan mencapai 1,1 juta unit atau naik 50 ribu unit dari tahun sebelumnya.

Meski begitu, sebagian pelaku industri menganggap, anjloknya penjualan pada Juni lalu juga dipengaruhi melemahnya daya beli dan kehati-kehatian perbankan dalam menyalurkan kredit kendaraan.

Menurut Executive General Manager Astra Toyota Motor Fransiscus Soerjopranoto, banyak bank mulai menghitung potensi risiko dari kredit seret atau Non-Performing Loan (NPL) sehingga berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Kehati-hatian itu termasuk dalam mengucurkan kredit kendaraan bermotor.

Penjualan mobil Grup Astra bulan Juni lalu hanya mencapai 36.745 unit. Jumlah ini turun dibanding bulan sebelumnya yang sebanyak 50.071 unit. Penjualan mobil Low Cost Green Car (LCGC) Grup Astra juga turun dari 14.541 unit di Mei 2017 menjadi hanya 12.635 unit di Juni lalu.

Meski turun, Fransiscus optimistis penjualan mobil akan kembali meningkat bulan ini dan bulan-bulan berikutnya. Apalagi, semester ll-2017 ini, akan digelar pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS). mohar/munib

 

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…