Dunia Usaha - Menperin Dorong Emiten Industri Terus Ekspansi

NERACA

Jakarta – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mendorong pelaku industri yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia agar terus berekspansi. Pasalnya, upaya perusahaan untuk melakukan penggalangan dana bisa melalui pasar modal.

“Selain akan membuat valuasi bertambah, ekspansi perusahaan lewat pasar modal dapat menggairahkan iklim investasi. Bahkan, dengan perusahaan tersebut berkembang, tentunya akan menyerap tenaga kerja baru,” kata Menperin pada Pembukaan Musyawarah Anggota 2017 Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) di Jakarta, disalin dari siaran pers, pekan lalu.

Airlangga meyakinkan, peningkatan investasi yang digelontorkan oleh sektor riil, membuat industri dan ekonomi nasional semakin bertumbuh. "Ini membuktikan bahwa kunci pertumbuhan di industri adalah investasi. Industri naik, maka serapannya akan naik terus," tuturnya.

Merujuk data Badan Koordinasi Peananaman Modal (BKPM), nilai investasi PMDN sektor industri pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp 27,21 triliun atau tumbuh sebesar 6,88 persen dibanding periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp 25,45 triliun. Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 39,57 persen dari total investasi PMDN triwulan I-2017 sebesar Rp68,76 triliun.

Sedangkan, nilai investasi PMA sektor industri triwulan I-2017 mencapai USD 3,23 miliar. Investasi PMA sektor industri ini memberikan kontribusi sebesar 44,31 persen dari total investasi PMA triwulan I-2017 sebesar USD 7,29 miliar.

Menteri yang juga menjabat sebagai Pembina AEI ini mengatakan, ada banyak industri yang bisa disasar untuk masuk ke pasar modal. Di antaranya yang perlu menjadi perhatian karena masih minimnya masuk ke lantai bursa, yaitu perusahaan makanan dan minuman serta perusahaan farmasi. Padahal kedua sektor tersebut memiliki kinerja yang positif atau kerap di atas pertumbuhan ekonomi nasional.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri yang tumbuh tinggi pada triwulan I-2017, yaitu industri kimia farmasi dan obat tradisional sebesar 8,34 persen serta industri makanan dan minuman mencapai 8,15 persen. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi sekitar 5,01 persen.

Airlangga menyampaikan, pemerintah akan menyiapkan insentif bagi para emiten industri yang bersedia melakukan peningkatan kapasitas di dalam negeri. Apalagi, bagi industri manufaktur yang sudah jadi perusahaan publik atau berstatus terbuka dinilai telah unggul di sektornya. “Terkait pembiayaan ekspansi, sebagai perusahaan yang telah melantai di bursa, seharusnya tidak sulit untuk mendapatkan dana perluasan usaha,” ungkapnya.

Selain memberikan insentif yang diinginkan pelaku industri, Airlangga mengatakan, pemerintah juga tengah mendorong pendalaman struktur pada sektor industri prioritas. "Misalnya memacu hilirisasi sektor industri agro dan logam untuk mensubstitusi kebutuhan yang selama ini masih diimpor," imbuhnya.

Kemudian, langkah strategis yang dilakukan Kementerian Perindustrian dalam pembangunan industri nasional, antara lain peningkatan kompetensi SDM melalui pendidikan vokasi industri, pengembangan industri padat karya berorientasi ekspor, pengembangan IKM dengan platform digital, pengembangan industri berbasis sumber daya alam, dan pengembangan perwilayahan industri.

Menurutnya, Indonesia saat ini masih harus menghadapi beberapa tantangan, di antaranya terkait dengan cost of fund, kebutuhan energi yang masih tinggi, dan biaya logistik yang besar. "Saat ini, pemerintah tengah gencar melakukan pembangunan infrastruktur, diharapkan bisa menggerakkan perekonomian nasional," jelas Airlangga.

Pembangunan kawasan industri di Indonesia akan mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga sampai lima tahun ke depan. Hal ini terlihat dari rekomendasi pembangunan kawasan industri baru yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) sebagai salah satu persyaratan dalam pengurusan izin prinsip.

“Sampai dengan tanggal 17 Juli 2017, sebanyak 16 perusahaan kawasan industri baru telah kami rekomendasikan dengan total luas sekitar 8.510 hektar,” kata Dirjen PPI Kemenperin, Imam Haryono pada diskusi dengan Forum Wartawan Industri (Forwin) di Jakarta, disalin dari siaran pers.

Kawasan industri baru tersebut, di antaranya berada di pulau Jawa, yakni Karawang, Bekasi, Majalengka, Tangerang dan Sidoarjo. Sementara itu, yang tersebar di luar Jawa, antara lain kawasan industri di Ketapang, Penajam Paser Utara, Deli Serdang, Simalungun, Muaro Jambi, dan Gorontalo Utara. “Dalam periode tahun 2013-2016, telah terjadi penambahan kawasan industri baik dari sisi jumlah perusahaan maupun dari sisi luas lahan,” ujar Imam.

 

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…