Periode Juni 2017 - Impor Terkoreksi 27,26 Persen, Ekspor Menyusut 18,82 Persen

NERACA

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa impor Indonesia pada Juni 2017 sebesar 10,01 miliar dolar Amerika Serikat, atau turun sebesar 27,26 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 13,76 miliar dolar AS. Pada periode tersebut kinerja ekspor turun 18,82 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya nilai impor migas sebesar 175,4 juta dolar AS atau 9,79 persen dan nonmigas sebesar 3,57 miliar dolar AS atau 29,88 persen. "Penurunan impor migas dipicu oleh turunnya semua komponen seperti minyak mentah, hasil minyak dan gas. Nonmigas juga turun," kata Suhariyanto, disalin dari Antara.

Tercatat, impor minyak mentah turun 7,2 persen atau sebesar 38,1 juta dolar AS, hasil minyak sebesar 121,2 juta dolar AS atau 11,23 persen dan gas sebesar 8,79 persen atau sebesar 16,1 juta dolar AS.

Untuk sektor nonmigas, penurunan terbesar terjadi pada golongan mesin dan peralatan listrik sebesar 559,1 juta dolar AS atau 35,15 persen, golongan mesin dan pesawat mekanik sebesar 491,2 juta dolar AS atau 27,38 persen serta besi dan baja sebesar 362 juta dolar AS atau 44,56 persen.

Sementara yang tercatat mengalami kenaikan adalah golongan kapal laut dan bangunan terapung mencapai 171,1 juta dolar AS atau 295,51 persen, sedangkan penurunan terbesar adalah golongan mesin dan peralatan listrik 559,1 juta dolar AS atau 35,15 persen.

Secara kumulatif untuk periode Januari-Juni 2017, impor tercatat mencapai 72,33 miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 9,60 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 65,99 miliar dolar AS.

Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Juni 2017 ditempati oleh Republik Rakyat Tiongkok dengan nilai 15,76 miliar dolar AS atau 25,96 persen, diikuti Jepang 6,77 miliar dolar AS atau 11,15 persen, dan Thailand 4,42 miliar dolar AS atau 7,28 persen.

Sementara untuk impor nonmigas dari ASEAN 20,75 persen, sementara dari Uni Eropa 9,23 persen.

Untuk nilai impor semua golongan penggunaan barang, pada periode Januari-Juni 2017 barang konsumsi naik 9,50 persen, bahan baku penolong sebesar 11,26 persen dan barang modal naik 2,06 persen.

BPS mencatat adanya penurunan kinerja ekspor Indonesia pada Juni 2017 yang mencapai 18,82 persen atau menjadi 11,64 miliar dolar Amerika Serikat, sementara pada bulan sebelumnya sebesar 14,34 miliar dolar AS.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan bahwa penurunan kinerja ekspor tersebut disebabkan adanya pengaruh siklus masuknya bulan Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada Juni 2017. "Ini pengaruh siklus Idul Fitri, jika dibandingkan dengan tahun lalu siklusnya sama, tapi beda bulan. Diharapkan akan bergerak naik lagi pada bulan berikutnya," kata Suhariyanto.

Jika dibandingkan dengan Juni 2016, kinerja tahun ini juga mengalami penurunan sebesar 11,82 persen dimana pada tahun sebelumnya ekspor tercatat mencapai 13,21 miliar dolar AS. Ekspor nonmigas Juni 2017 mencapai 10,35 miliar dolar AS atau, turun 20,66 persen dibanding Mei 2017, demikian juga dibanding ekspor Juni 2016 turun 13,85 persen.

Penurunan terbesar ekspor nonmigas pada Juni 2017 terhadap Mei 2017 terjadi pada lemak dan minyak hewani nabati sebesar 308,2 juta dolar AS atau mencapai 16,48 persen, diikuti bahan bakar mineral yang mencapai 308,1 juta dolar AS serta karet dan barang dari karet sebesar 221,5 juta dolar AS.

Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada bubur kayu atau pulp sebesar 32,6 juta dolar AS atau 20,05 persen, diikuti alumunium sebesar 8,7 juta dolar AS dan garam belerang kapur sebesar 1,8 juta dolar AS.

Ekspor nonmigas Juni 2017 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu 1,35 miliar dolar AS, disusul Amerika Serikat 1,19 miliar dolar AS dan Jepang 1,01 miliar dolar AS, dengan kontribusi ketiganya mencapai 34,35 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa atau 28 negara sebesar 1,19 miliar dolar AS.

Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia pada periode Januari-Juni 2017 mencapai 79,96 miliar atau meningkat 14,03 persen dibanding periode yang sama tahun 2016, sedangkan ekspor nonmigas mencapai 72,36 miliar atau meningkat 13,73 persen.

Berdasarkan sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada periode tersebut naik 10,05 persen dibanding periode yang sama tahun 2016, demikian juga ekspor hasil pertanian naik 23,44 persen dan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 37,23 persen.

Sementara berdasar provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-Juni 2017 berasal dari Jawa Barat dengan nilai 13,63 miliar dolar AS atau 17,05 persen, diikuti Jawa Timur 8,82 miliar dolar AS atau 11,02 persen dan Kalimantan Timur sebesar 8,44 miliar dolar AS atau 10,55 persen.

BERITA TERKAIT

Tingkatkan Kinerja UMKM Menembus Pasar Ekspor - AKI DAN INKUBASI HOME DECOR

NERACA Bali – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno bertemu dengan para…

UMKM Perikanan Potensial di 12 Provinsi Terus Didorong

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan memberikan dukungan penuh terhadap 376 Unit Pengolahan Ikan (UPI) Usaha Mikro…

Indonesia dan Tunisia Segera Tuntaskan Perundingan IT-PTA

NERACA Tangerang – Indonesia dan Tunisia segera menuntaskan Perundingan Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA) pada 2024. Ini ditandai dengan  penyelesaian…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Tingkatkan Kinerja UMKM Menembus Pasar Ekspor - AKI DAN INKUBASI HOME DECOR

NERACA Bali – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno bertemu dengan para…

UMKM Perikanan Potensial di 12 Provinsi Terus Didorong

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan memberikan dukungan penuh terhadap 376 Unit Pengolahan Ikan (UPI) Usaha Mikro…

Indonesia dan Tunisia Segera Tuntaskan Perundingan IT-PTA

NERACA Tangerang – Indonesia dan Tunisia segera menuntaskan Perundingan Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA) pada 2024. Ini ditandai dengan  penyelesaian…