Ban Mobil Indonesia Semakin Diburu di Arab Saudi

Oleh: Mohammad Anthoni 

Produk ban merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia ke Arab Saudi dan memiliki pangsa pasar yang relatif besar di negara itu. Pada awal tahun 2017 sebuah lembaga riset bernama Peristence Research Market menyatakan bahwa kebutuhan ban di Arab Saudi pada tahun 2032 akan mengalami pertumbuhan permintaan sebesar 3,2 kali lipat dibandingkan pada tahun 2016.

Berdasarkan perhitungan dengan metode Compound Annual Growth Rate (CAGR), kebutuhan ban di Arab Saudi pada tahun 2016 sebesar 22.606.000 unit/tahun, tahun 2017 sebesar 24.415.000 unit/tahun, tahun 2018 sebesar 26.368.000 unit/tahun, tahun 2019 sebesar 28.478.000 unit/tahun dan pada tahun 2020 kebutuhan ban sebesar 30.756.240 unit/tahun. Ini artinya pertumbuhan permintaan produk ban mengalami peningkatan sebesar 8 persen per tahun.

Dari perhitungan pertumbuhan tersebut di atas, permintaan yang paling menonjol adalah permintaan pada jenis truk ringan dan permintaan dari mobil berpenumpang di Arab Saudi. Peningkatan permintaan kebutuhan ban dapat mendorong perusahaan-perusahan untuk melakukan investasi pembangunan industri ban di Arab Saudi dengan pertimbangan ketersediaan bahan baku utama (karet sintetis). Unsur bahan baku ini dalam waktu dekat akan dapat dipasok oleh perusahaan SABIC (Exxon Mobil) di Jubail Industrial City.

Melihat peluang yang begitu besar tersebut, Tim Ekonomi dan Perdagangan KJRI Jeddah telah aktif melakukan komunikasi dengan berbagai pengimpor ban dari Arab Saudi untuk terus memfasilitasi beberapa perusahaan importer ban dari negara itu untuk didorong melakukan "buying mission" ke Indonesia dalam kurun waktu satu semester pertama tahun 2017.

Salah satu perusahaan yang sangat kooperatif untuk menjalin komunikasi dengan Tim Ekonomi dan Perdagangan KJRI Jeddah adalah perusahaan Bin Sihon dan Bahakam Co & Sons.

Bin Sihon adalah perusahaan Arab Saudi yang bergerak antara lain di bidang importasi produk ban, baterai, minyak pelumas, truk, mesin, peralatan rumah tangga, produk plastik dan kemasan, perusahaan konstruksi dan real estat, dan perusahaan patungan.

Sedangkan PT Bahakam Co & Sons Ltd adalah mitra perusahaan Bin Sihon yang juga menyatakan tertarik untuk mencari produk ban dari Indonesia. Selain produk ban kedua perusahaan tersebut juga tertarik untuk mencari produk batere dari Indonesia. Bin Sihon merupakan importir dan agen untuk produk ban dengan merek Archilles dari perusahaan multistrada di Indonesia.

Berdasarkan informasi tertulis dari wakil manajemen dari Bin Sihon, setiap tahun Bin Sihon melakukan importasi produk ban merek Archilles dari Indonesia berkisar 100 Juta Real atau sebesarRp 350 Miliar.

Upaya yang yang ditempuh oleh Tim Ekonomi dan Perdagangan KJRI Jeddah di antaranya yaitu melakukan fasilitasi "buying mission" kepada importer ban Arab Saudi dengan berbagai produsen ban di Indonesia dan juga mengandeng Customer Service Centre (CSC) Kementerian Perdagangan dalam melakukan pengaturan B to B meeting dengan beberapa produsen ban dan juga batere dari Indonesia.

Permintaan Jenis Mobil

Konsul Jenderal RI Jeddah, M. Hery Saripudin mengatakan peningkatan jumlah kendaraan ringan di Arab Saudi sangat mendominasi saat ini. Hal ini didukung oleh kebijakan perpajakan pemerintah Saudi sangat mendukung pertumbuhan permintaan jenis mobil dengan harga murah dan tentunya ini akan mendorong pada permintaan kebutuhan ban.

Dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, Arab Saudi merupakan negara termurah untuk membeli mobil dan suku cadangnya tanpa pajak barang mewah atau PPN.

Negara ini juga menawarkan kesempatan untuk membeli mobil dengan rencana pembiayaan yang terjangkau. Hal ini berdampak pada ketersediaan kendaraan dengan tipe "four-wheeler" yang lebih banyak dan merupakan pasar bagus untuk kendaraan roda empat.

Di sisi lain, dengan adanya rencana pembangunan industri ban di Arab Saudi karena kemudahan bahan baku juga harus dilihat sebagai tantangan bagi industri ban nasional agar lebih meningkatkan kualitas produksinya secara lebih efisien sehingga mampu bersaing di pasar global termasuk di pasar Arab Saudi.

Beberapa keunggulan yang didapatkan dari penggunaan kendaraan ringan adalah mobil didesain konsumsi bahan bakar yang lebih irit sehingga penggunaan kendaraan ini lebih ramah terhadap lingkungan karena dengan pembakaran yang irit akan menghasilkan emisi berupa carbon dioksida, carbon monoksida dan sisa pembakaran lainnya lebih kecil dan persyaratan ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi regulasi peryaratan komoditas masuk suatu negara.

Arab Saudi merupakan satu negara dengan angka tertinggi nilai per kapita kendaraan secara global. Karena kondisi cuaca ekstrim, periode penggantian ban yang relatif pendek merupakan alasan utama untuk meningkatkan penjualan ban pengganti di negara itu.

Permintaan ban untuk tahun-tahun mendatang berdasarkan pada tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 8 persen. Tidak ada persaingan dari produsen dalam negeri karena tidak ada produksi lokal ban di KSA.

Gunawan, Kepala ITPC Jeddah, Tim Ekonomi dan Perdagangan KJRI Jeddah menambahkan spesifikasi desain ban untuk mobil ringan juga disesuaikan spesifikasi mobil yang digunakan. Ban yang digunakan untuk mobil ringan harus mampu menahan beban dan momentum yang terjadi pada saat kendaraan dipacu dengan kecepatan lambat, sedang dan kecepatan tinggi. Momentum yang terjadi pada saat kendaraan dipacu dengan kecepatan lambat, sedang dan kecepatan tinggi.

Berdasarkan data UN Comtrade tahun 2015 untuk komoditas Pnematic Rubber (Kode HS 4011), Arab Saudi lebih banyak melakukan importasi produk ban yang berasal dari China sebagai pengekspor utama dengan nilai transaksi lebih dari 427 juta dolar AS, disusul Jepang (lebih dari 392 juta dolar), Republik Korea (lebih dari 235 juta dolar), Thailand (lebih dari 134 juta dolar), Amerika Serikat (lebih dari 89 juta dolar), Turki (lebih 51 juta dolar), Jerman (49 juta dolar) dan Indonesia (48 juta dolar).

Berdasarkan data UN Comtrade, negara pengekspor ban ke Arab Saudi ini, jenis ban yang diekspor lebih banyak mempunyai spesifikasi ban untuk kendaraan ringan yang besaral dari China, Jepang, Korea, Thailand, Turki dan Indonesia dengan pertimbangan harga yang kompetitif dan kualitas ban yang baik.

Senada dengan hasil perhitungan dari Peristence Research Market, dilihat dari komoditas Karet dan Produk Karet (Kode HS 40), Realisasi ekspor komoditas karet dan produk karet berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang diolah Kementerian Perdagangan sampai dengan Desember 2016 mencapai lebih dari 54 juta atau meningkat sebesar 6 persen jika dibandingkan dengan realisasi ekspor pada bulan yang sama pada tahun 2015 sebesar lebih dari 51 juta. Artinya produk karet Indonesia termasuk produk ban mempunyai pangsa pasar yang besar di Arab Saudi. (Ant.)

BERITA TERKAIT

Indonesia Tidak Akan Utuh Tanpa Kehadiran Papua

    Oleh : Roy Andarek, Mahasiswa Papua Tinggal di Jakarta   Papua merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Negara…

Masyarakat Optimis Keputusan MK Objektif dan Bebas Intervensi

  Oleh: Badi Santoso, Pemerhati Sosial dan Politik   Masyarakat Indonesia saat ini menunjukkan optimisme yang tinggi terhadap proses penyelesaian…

Perang Iran-Israel Bergejolak, Ekonomi RI Tetap On The Track

    Oleh: Ayub Kurniawan, Pengamat Ekonomi Internasional   Perang antara negeri di wilayah Timur Tengah, yakni Iran dengan Israel…

BERITA LAINNYA DI Opini

Indonesia Tidak Akan Utuh Tanpa Kehadiran Papua

    Oleh : Roy Andarek, Mahasiswa Papua Tinggal di Jakarta   Papua merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Negara…

Masyarakat Optimis Keputusan MK Objektif dan Bebas Intervensi

  Oleh: Badi Santoso, Pemerhati Sosial dan Politik   Masyarakat Indonesia saat ini menunjukkan optimisme yang tinggi terhadap proses penyelesaian…

Perang Iran-Israel Bergejolak, Ekonomi RI Tetap On The Track

    Oleh: Ayub Kurniawan, Pengamat Ekonomi Internasional   Perang antara negeri di wilayah Timur Tengah, yakni Iran dengan Israel…