Sayonara Obama!

 

 

Oleh: Bhima Yudhistira Adhinegara

Peneliti INDEF

 

Kehebohan melanda masyarakat Indonesia dikala Obama mudik ke kampung halamannya. Mudik kali ini dimaknai secara mendalam sebagai langkah politis Obama bahwa ia dekat dengan rakyat Indonesia. Pesan ini begitu kental dari gaya Obama mengunjungi beberapa objek wisata di Bali, Yogyakarta hingga memberikan ceramah di forum diaspora Indonesia. Obama seakan ingin menyampaikan bahwa Amerika Serikat dibawah kepemimpinannya lebih ramah terhadap Indonesia dibanding penerusnya, Donald Trump. Presiden Obama tetap dirindukan sebagian masyarakat Indonesia, terutama para pelaku ekonomi.

Bagi pelaku industri dan ekspor dikala Obama menjadi Presiden AS, kebijakan perdagangan luar negeri dengan Indonesia dibuat begitu enteng. Pintu ekspor dari Indonesia ke AS terbuka. Alhasil nilai perdagangan dari tahun 2009 hingga 2016 ke AS rata-rata mencapai lebih dari US$14,9 miliar. Era pemerintahan Obama juga ditandai naiknya boom komoditas, harga minyak mentah tahun 2011 sempat menyentuh US$123 per barel. Naiknya harga minyak mentah menguntungkan Indonesia sebagai negara dengan 79% ekspor berbentuk komoditas mentah.

Namun, waktu bermesraan dengan Obama nampaknya memang harus diakhiri. Wajah Amerika Serikat kini menjadi muram di bawah kepemimpinan Trump. Kebijakan perdagangan mengarah pada proteksionisme. Trump dengan sembarangan menuduh Indonesia sebagai salah satu dari 14 negara yang dinilai melakukan kecurangan perdagangan. Produk CPO asal Indonesia misalnya digugat oleh asosiasi biodiesel AS dengan tuduhan dumping. Sementara harga komoditas terjun bebas di era Trump dengan harga minyak kini dibawah US$47 per barel.

Ada pepatah kuno yang berkata bahwa Presiden dari Partai Demokrat membangun ekonomi, sementara Presiden dari Partai Republik menghancurkan ekonomi. Saat George Bush seorang Republikan menjabat, perang berkecamuk di Irak dan Afghanistan, krisis ekonomi subprime mortgage meluluhlantahkan ekonomi dunia tahun 2008 silam. Obama kemudian hadir untuk bersih-bersih membangun ekonomi dan menjalin hubungan diplomatik dengan negara Muslim.

Setelah Obama selesai menjabat, kemunculan Donald Trump seakan menghapus kinerja cemerlang Obama. Ekonom senior Joseph Stiglitz menilai kebijakan ugal-ugalan Trump sebagai vodoo economics atau ekonomi setan. Alhasil ekonomi AS yang dijanjikan tumbuh 4% nampaknya masih jauh dari angan. Per triwulan I 2017, ekonomi AS hanya mampu tumbuh 1,4%. Indikator membaiknya permintaan konsumen seperti inflasi jauh dibawah target 2%.

Dengan konsep ekonomi ugal-ugalan ala Trump, wajar muncul spekulasi di tengah jalan Trump bisa mundur alias dimakzulkan. Lalu siapa pengganti Trump? Sangat mungkin Obama kembali maju di pemilihan presiden AS berikutnya. Tapi sembari menyimpan harapan, lebih baik mempersiapkan kondisi terburuk AS dibawah Trump. Siapkan sekoci, Indonesia harus berlabuh ke negara tujuan ekspor lainnya, lupakan sejenak AS. Masih banyak mitra dagang dan investasi strategis yang belum tergali. Sayonara Obama!

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…