Pembatasan BBM Bersubsidi - Masyarakat Miskin Perlu "Diamankan"

NERACA

Jakarta---Kebijakan pembatasan BBM bersubsidi  harus benar-benar  memberikan kesejahteraan padan rakyat miskin. Karena pemerintah perlu mengambil langkah berani, termasuk  mengamankan masyarakat miskin dari dampak kebijakan itu. “Untuk masyarakat kelas menengah ke bawah ini tidak mampu membeli pertamax.  Kami  mendorong membeli gas.  Namun membeli  gas ada peralatan yang harus ada,  satu di mobilnya sendiri harus ada converter kit dan inilah yang harus kita urus," kata  Menteri ESDM Jero Wacik kepada wartawan di Jakarta,9/1

Menurut Jero, bagi masyarakat menengah ke atas tidak ada masalah dengan migrasi ke pertamax. Hanya saja, masyarakat yang beralih ke pertamax dikarenakan tidak mengetahui skema dari converter tersebut. "Pusing mereka, (jadi pindah ke pertamax) gak apa-apa mahal sedikit," tambahnya

Lebih jauh kata Jero, Presiden pernah memberikan contoh. "Misalnya guru nabung sekian tahun kemudian bisa membeli mobil. Mobilnya pelat hitam dan tahunnya mungkin tidak tahun baru atau mobil tua, kalau langsung beli pertamax ya pasti berat.  Jadi ada sebagian masyarakat kita seperti itu, jadi harus diamankan," terangnya

Karenanya, kata Jero, pembatasan penggunaan BBM bersubsidi harus dilakukan karena, selama ini subsidi masih dinikmati oleh masyarakat yang tidak berhak atau orang kaya. "Jangan sampai negara memberikan subsidi kepada menengah atas," tuturnya.

Untuk masyarakat kelas menengah yang punya mobil akan didorong menggunakan gas tapi harus membeli konverter kit dengan harga sekira Rp11 juta hingga Rp14 juta.  "Barangnya itu sepertinya mahal, tapi ini akan menghemat dalam jangka panjan," imbuhnya

Sementara itu, Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan menyayangkan APBN makin dibebani oleh subsidi khususnya BBM. APBN belum mampu mendorong perekonomian karena terlalu terbebani oleh belanja subsidi tersebut.  "Untuk pelaksanaan APBN 2012, Dewan melihat bahwa tantangan yang akan dihadapi akan lebih besar mengingat kondisi perekonomian yang tidak menentu," kata Marzuki.

Marzuki meminta pemerintah harus mempersiapkan langkah-langkah yang terukur guna mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Untuk mendorong pertumbuhan ekomomi seharusnya belanja barang dan belanja modal seharusnya memperoleh porsi lebih besar,” ungkapnya.

Dikatakan Marzuki,  perlu dipikirkan secara bertahap adanya pola penurunan biaya rutin dan biaya subsidi tersebut. Selain itu, dirinya berpendapat jika ke depan gejolak harga minyak dunia akan semakin kencang. "Pastinya akan berdampak membengkaknya subsidi BBM yang pada akhirnya membebani anggaran negara,” pungkasnya. **cahyo

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…