Terkait Kasus Bima - Masyarakat Dorong Moratorium Tambang

NERACA

Jakarta---Masyarakat antusias  terkait penutupan   eksplorasi pertambangan yang dilakukan PT Sumber Mineral Nusantara (SMN) di Kabupaten Bima, Nusa Tengara Barat (NTB).  “Terlepas  pro dan kontra. Tapi yang kami temukan adalah masyarakat begitu bersemangat dan kuat sekali keinginannya bahwa itu harus ditutup," kata  Direktur Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Thamrin Sihite kepada wartawan di Jakarta,9/1

Menurut Thamrin, semenjak adanya pembagian kewenangan yang telah ditetapkan maka jika Izin Usaha Pertambangan (IUP) ada di wilayah kekuasaannya. "Ada pembagian kewenangan. Jika lokasinya ada di kabupaten, maka  izinnya di Bupati," ujarnya

Sebelumnya, PT SMN mengklaim telah menggelontorkan dana sebesar Rp5 triliun-Rp6 triliun untuk melakukan eksplorasi pertambangan di daerah Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). "Kami telah mengeluarkan dana sebesar Rp5 triliun-Rp6 triliun untuk mengeksplorasi wilayah pertambangan di Bima," ujar General Manager SMN Sucipto Maridjan.

Karenanya, pihaknya akan menyesalkan larinya dana tersebut, jika memang pencabutan Izin Usaha Pertambangan (IUP) terjadi. "Maka dari itu kami berniat untuk melanjutkan tahap eksplorasi tersebut sampai berakhirnya pemberhentian sementara ini," jelasnya.

Ditempat terpisah, anggota Komisi II DPR RI, Budiman Sudjamiko mengaku dirinya kerap mendengar  laporan adanya upeti yang dipungut bupati di daerah terhadap perusahaan yang mengolah sumber daya alam. Hal ini yang menyebabkan terjadinya peristiwa di Bima, NTB dan Mesuji lampung.  “Saya akan menginisiasi dibentuknya pansus agraria.  Sudah ada dukungan. Dengan pansus ini, kita bisa panggil pengusaha itu dan menyelidiki semuanya,” ujarnya

Dirinya yakin  ada kader-kader Golkar yang  juga mendukung dirinya. ”Sudah terlalu banyak korban kekerasan karena sengketa seperti ini. Saya sendiri tidak tahu pemetaan di dalam tubuh Golkar, tapi ada kader Golkar yang setuju dengan ide pembentukan pansus ini,” imbuhnya.

Lebih jauh kata Budiman, lawan yang dihadapinya tidak mudah. Karena selain pengusaha, para pemilik perusahaan tambang ini juga berafiliasi dengan partai tertentu. Namun dirinya mengaku siap melawan hal itu. Bahkan mengupayakan mereview semua yang terkait dengan tambang dan perkebunan baik itu hak guna usaha, kuasa pertambangan dan berbagai rekomendasi dan keputusan.  

Menurut Budiman dari pansus itu akan diusulkan dibentuk badan yang khusus akan menangani reforma agraria. “Kita ingi ada transparansi dan keterlibatan masyarakat.Semua harus dikembalikan ke bawah. Kewenangan pemda boleh saja, namun masyarakat juga harus bisa menikmati, tidak seperti sekarang masyarakt hanya mendapati daerahnya rusak akibat ekploitasi pertambangan seperti itu,” tandasnya. **cahyo

BERITA TERKAIT

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…