Bank Dunia: Tren Harga Komoditas 2018 Menurun

Jakarta-Bank Dunia memprediksikan, harga komoditas Indonesia di tahun depan akan mengalami tren penurunan. Meski di sepanjang tahun ini harga komoditas diperkirakan masih cukup tinggi, penurunan harga di tahun depan tidak bisa dihindari. Ini terjadi sebagai dampak dari pelemahan harga batubara di pasar internasional.

NERACA

Tren pelemahan harga batubara di tahun depan dikhawatirkan ikut melemahkan harga beberapa komoditas kunci strategis lainnya seperti minyak mentah, crude palm oil (CPO), karet, gas alam, dan logam. Harga komoditas itu menjadi kunci ekonomi RI karena selama ini komoditas tersebut berperan penting dalam menopang perekonomian Indonesia, terutama sisi ekspor.

Menurut Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves, pemerintah Indonesia perlu mengambil beberapa langkah reformasi struktural untuk mengantisipasi dampak penurunan harga komoditas. Misalnya, meningkatkan rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan memperbaiki Daftar Negatif Investasi (DNI).

“Dengan upaya tersebut, mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak perlu terlalu bergantung lagi pada ekspor komoditas. Pemerintah sebaiknya mengupayakan alternatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya di Jakarta, akhir pekan lalu.

Rodrigo menganggap proses reformasi tersebut penting untuk memperluas potensi ekonomi Indonesia. Di masa depan baik jika stabilitas perekonomian Indonesia tak sepenuhnya ditopang oleh ekspor komoditas.

Selain itu, perbaikan DNI diharapkan bisa makin banyak menarik investasi asing masuk ke Indonesia. Sebab Bank Dunia memproyeksikan investasi yang masuk ke Indonesia bakal meningkat. Hal ini sejalan dengan status rating layak investasi oleh Standard & Poor's (S&P). Peningkatan penilaian S&P merupakan pengakuan signifikan atas kemajuan yang dibuat oleh pemerintah dalam memperbaiki pengelolaan dan kredibilitas fiskal, kata Rodrigo.

Karena itu, Chaves menyarankan agar Pemerintah Indonesia memperluas sektor lain untuk Penanaman Modal Asing (PMA). Pasalnya, selama ini PMA hanya difokuskan pada beberapa sektor, seperti migas dan infrastruktur.

Secara terpisah, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira sependapat dengan proyeksi tersebut. Menurut dia, harga komoditas makin tak bisa ditebak di masa depan. Makanya, pemerintah perlu mengambil langkah antisipasi menghadapi kondisi tersebut.

"Untuk mengurangi ketergantungan akan ekspor komoditas, pemerintah perlu memberikan insentif bagi industri pengolahan serta mengatasi hambatan ekspor barang jadi," ujarnya seperti dikutip laman www.kontan.co.id.

Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini bisa mencapai 5,3% atau dalam rentang asumsi dalam Rancangan APBN 2018 pemerintah, yang disepakati dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) beberapa hari lalu, yakni di kisaran 5,2-5,6%.  

Chaves menjelaskan, proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut dilihat Bank Dunia berdasarkan capaian pertumbuhan pada kuartal I-2017 yang sebesar 5,01%. Capaian tersebut menunjukkan reformasi fundamental ekonomi Indonesia yang terjaga dan tumbuh baik. Selain itu, Bank Dunia juga melihat prospek ekonomi Indonesia di masa mendatang akan lebih baik.

"Reformasi struktural lebih lanjut akan meningkatkan prospek pertumbuhan dan pengembangan lebih lanjut," ujarnya.  

Dari segi indikator pertumbuhan ekonomi, Bank Dunia melihat, pertumbuhan di kuartal I-2017 lalu berhasil bangkit dari kuartal IV-2016 sebesar 4,9% lantaran adanya sokongan dari pertumbuhan ekspor, yang berhasil dimanfaatkan Indonesia, bersamaan dengan meningkatnya harga komoditas dunia.

Ekspor Tumbuh

Tercatat, pemulihan harga komoditas mampu membuat ekspor tumbuh hingga dua kali lipat dibandingkan kuartal IV-2016, dari kisaran 4,2% menjadi 8,0%. Bahkan, peningkatan ekspor tersebut menurut Bank Dunia, sukses mengompensasi ruang fiskal yang kendur dari indikator belanja pemerintah, meski indikator ini mulai pulih di awal tahun.

Hal tersebut, membuat Bank Dunia meyakini bahwa indikator ekspor masih akan berperan besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bank Dunia pun memprediksi, kinerja ekspor akan terus melonjak di tahun ini dan tetap kuat di tahun depan sehingga pertumbuhan ekonomi 2018 bisa lebih tinggi dibandingkan tahun ini.

Tak hanya ekspor, pertimbangan pertumbuhan ekonomi di tahun ini dan tahun depan, juga merujuk pada realisasi konsumsi swasta yang menguat. "Konsumsi swasta menguat 5,0% didukung oleh stabilnya nilai tukar rupiah dan inflasi yang terjaga," kata Chaves.

Untuk rupiah, Bank Dunia melihat kebijakan moneter dari Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan tingkat suku bunga acuan selama tujuh bulan berturut-turut, mampu membuat rupiah stabil.

Sedangkan inflasi, pemerintah dinilai cukup mampu menjaga inflasi meski lajunya sedikit tinggi lantaran ada penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) secara tiga tahap di semester I-2017.

Kendati begitu, Bank Dunia memproyeksi, laju inflasi sampai akhir tahun berada di angka 4,3% atau masih sesuai dengan target inflasi menurut BI di rentang 3,0-5,0%.  

Sementara, pertimbangan pertumbuhan ekonomi juga merujuk pada prospek ekonomi ke depan, di mana, menurut Bank Dunia, Indonesia bisa mendongkrak indikator investasi dengan memanfaatkan keuntungan dari kenaikan rating layak investasi yang diberikan oleh Standard and Poor's (S&P) beberapa waktu lalu.

"Investasi diperkirakan menguat karena adanya pemulihan harga komoditas yang terus berlanjut, meningkatnya kepercayaan investor yang didukung oleh kenaikan peringkat S&P, dan menurunnya tingkat suku bunga kredit komersial," jelas Chaves.

Kendati memiliki peluang peningkatan investasi, Bank Dunia melihat, Indonesia masiih memiliki pekerjaan rumah utama, yaitu menghapus daftar negatif investasi (DNI). Pasalnya, Bank Dunia melihat, hal ini sebagai salah satu hal penting yang menentukan aliran Penyertaan Modal Asing (PMA).

Oleh karenanya, pengurangan batasan DNI mejadi mutlak harus diselesaikan oleh pemerintah. Hal tersebut bisa dilakukan dengan merubah pengkhususan sektor tertentu bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan merubah persyaratan kandungan lokal serta menambah perjanjian perdagangan bebas.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, proyeksi Bank Dunia tersebut memberikan sentimen positif kepada pemerintah untuk terus melakukan perencanaan fiskal yang lebih baik guna mengejar target pertumbuhan ekonomi di tahun ini dan tahun depan, khususnya dari sisi investasi.

"Ini rekomendasi yang sangat spesifik mengenai daftar negatif investasi yang mungkin harus ditelaah karena bisa menjadi satu halangan untuk investasi. Kami akan melihat area yang memang potensial bagi ekonomi Indonesia karena kami memang membutuhkan dana modal dari luar untuk bisa meningkatkan kapasitas," ujar Sri Mulyani.

Bank Dunia juga memprediksi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju diperkirakan akan meningkat sebesar 1,9% pada 2017, yang juga akan menguntungkan mitra dagang negara-negara tersebut. bari/mohar/fba 

BERITA TERKAIT

DUGAAN KORUPSI DANA KREDIT DI LPEI: - Kejagung Ingatkan 6 Perusahaan Terindikasi Fraud

Jakarta-Setelah mengungkapkan empat perusahaan berpotensi fraud, Jaksa Agung Sanitiar Burhanudin mengungkapkan ada enam perusahaan lagi yang berpeluang fraud dalam kasus…

Jakarta Jadi Kota Bisnis Dunia Perlu Rencana Jangka Panjang

NERACA Jakarta – Pasca beralihnya ibu kota dari Jakarta ke IKN di Kalimantan membuat status Jakarta berubah menjadi kota bisnis.…

LAPORAN BPS: - Februari 2024, Kelapa Sawit Penopang Ekspor

NERACA Jakarta –  Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor sektor pertanian pada Februari 2024 mengalami peningkatan sebesar 16,91 persen…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

DUGAAN KORUPSI DANA KREDIT DI LPEI: - Kejagung Ingatkan 6 Perusahaan Terindikasi Fraud

Jakarta-Setelah mengungkapkan empat perusahaan berpotensi fraud, Jaksa Agung Sanitiar Burhanudin mengungkapkan ada enam perusahaan lagi yang berpeluang fraud dalam kasus…

Jakarta Jadi Kota Bisnis Dunia Perlu Rencana Jangka Panjang

NERACA Jakarta – Pasca beralihnya ibu kota dari Jakarta ke IKN di Kalimantan membuat status Jakarta berubah menjadi kota bisnis.…

LAPORAN BPS: - Februari 2024, Kelapa Sawit Penopang Ekspor

NERACA Jakarta –  Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor sektor pertanian pada Februari 2024 mengalami peningkatan sebesar 16,91 persen…