DAMPAK KENAIKAN BUNGA THE FED - Pemerintah Yakin Penurunan Suku Bunga Bisa Tercapai

NERACA

Jakarta – Mempertahankan tren penurunan suku bunga di tengah kenaikan The Fed Rate merupakan tantangan tersendiri bagi pembuat kebijakan di industri keuangan. Pasalnya, hal tersebut akan memberikan dampak berarti terhadap industri lainnya. Namun demikian pemerintah menaruh harapan besar tren penurunan suku bunga bisa dipertahankan hingga akhir tahun.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyakini, rencana pemerintah dan otoritas keuangan untuk menurunkan bunga pinjaman perbankan hingga menjadi satu digit tahun ini bisa tercapai, meski Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) telah menaikkan suku bunga acuan hingga dua kali sepanjang 2017.

Darmin menilai, pimpinan OJK terpilih, Wimboh Santoso, dianggap mampu menciptakan tren bunga kredit bank lebih murah tanpa harus membuat kebijakan pembatasan bunga deposito (capping). Kebijakan capping deposito ini sebelumnya dilakukan oleh petinggi OJK terhadap Bank Umum Kegiatan Usaha III dan IV meskipun persaingan perebutan dana antara bank-bank besar sudah sedikit mengendur.”Dengan pimpinan OJK yang sekarang kami masih akan tetap berusaha, namun sekarang caranya sedikit berbeda saja. Artinya enggak perlu pakai di-cap segala," ujar Darmin di Jakarta, Kamis (15/6).

Asal tahu saja, suku bunga simpanan deposito di bank terus mengalami penurunan sejak periode 2015. Namun, ini tidak diikuti dengan penurunan suku bunga kredit. Besaran bunga kredit di data uang beredar Bank Indonesia (BI) rata-rata tercatat masih dua digit, yakni 11,9%. Kata Darmin, Wimboh memiliki strategi lain agar industri perbankan bisa memberikan kredit dengan bunga di bawah 10%, salah satunya yakni efisiensi perbankan. Efisiensi ini bisa ditempuh dengan berbagai cara, salah satunya dengan menekan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).”Setahu saya Pak Wimboh orang yang paling concern dengan efisiensi perbankan. Kuncinya adalah efisiensi perbankan," ujarnya.

Berdasarkan data terbaru OJK, hingga kuartal pertama tahun ini, rasio BOPO perbankan di Indonesia mencapai sekitar 80,15%. Rasio tersebut sudah turun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 82,96%. Smentara sejumlah ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) Juni di level 4,75% meski bank sentral Amerika AS mengerek suku bunga acuannya (Federal Funds Rate).

Seperti diberitakan sebelumnya, untuk kedua kalinya tahun ini, Rapat Komite Pasar Terbuka AS (FOMC) memutuskan untuk mengerek FFR sebesar 25 basis poin (bsp) menjadi 1 hingga 1,25% pada Rabu (14/6) waktu setempat. Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede memperkirakan, BI akan tetap mempertahankan BI 7DRRR di level 4,75% dengan deposit facility rate tetap di level 4% dan lending facility rate di level 5,5%. Pasalnya, kenaikan FFR bulan ini telah diprediksi oleh pelaku pasar global (priced-in). “Kenaikan FFR pada rapat FOMC bulan ini nampaknya sudah priced-in sehingga suku bungan acuan BI saat ini pun masih konsisten dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," tutur Josua.

Mengingat suku bunga perbankan mengikuti suku bunga acuan BI, suku bunga deposito dan kredit juga diperkirakan masih akan stabil sejalan dengan stance moneter BI yang bakal mempertahankan tingkat BI-7DRRR. Salah satu risiko dari dalam negeri yang perlu diwaspadai adalah ekspektasi kenaikan inflasi pada tahun ini. Dengan demikian, tingkat suku bunga acuan sat ini diharapkan bisa menjangkar ekspektasi inflasi sehingga tetap terkendali di level empat plus minus satu persen sesuai target BI,serta mendukung stabilitas rupiah.

Menurut Josua, keyakinan pasar bahwa The Fed akan mengerek suku bunga terindikasi dari tingkat imbal hasil (yield) surat utang AS (treasury bond) pada pembukaan pasar AS yang merosot menjelang rapat FOMC. Hal itu terjadi karena tertekan penurunan penjualan ritel Mei 2017 sebesar 0,3 secara bulanan (MoM). Selain itu, Indeks Harga Konsumen AS pada Mei juga tercatat deflasi 0,1 MoM atau inflasi tahunan Mei tercatat 1,9% (year-on-year/yoy), dari bulan April, 2,2%. bani

BERITA TERKAIT

DUGAAN KORUPSI DANA KREDIT DI LPEI: - Kejagung Ingatkan 6 Perusahaan Terindikasi Fraud

Jakarta-Setelah mengungkapkan empat perusahaan berpotensi fraud, Jaksa Agung Sanitiar Burhanudin mengungkapkan ada enam perusahaan lagi yang berpeluang fraud dalam kasus…

Jakarta Jadi Kota Bisnis Dunia Perlu Rencana Jangka Panjang

NERACA Jakarta – Pasca beralihnya ibu kota dari Jakarta ke IKN di Kalimantan membuat status Jakarta berubah menjadi kota bisnis.…

LAPORAN BPS: - Februari 2024, Kelapa Sawit Penopang Ekspor

NERACA Jakarta –  Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor sektor pertanian pada Februari 2024 mengalami peningkatan sebesar 16,91 persen…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

DUGAAN KORUPSI DANA KREDIT DI LPEI: - Kejagung Ingatkan 6 Perusahaan Terindikasi Fraud

Jakarta-Setelah mengungkapkan empat perusahaan berpotensi fraud, Jaksa Agung Sanitiar Burhanudin mengungkapkan ada enam perusahaan lagi yang berpeluang fraud dalam kasus…

Jakarta Jadi Kota Bisnis Dunia Perlu Rencana Jangka Panjang

NERACA Jakarta – Pasca beralihnya ibu kota dari Jakarta ke IKN di Kalimantan membuat status Jakarta berubah menjadi kota bisnis.…

LAPORAN BPS: - Februari 2024, Kelapa Sawit Penopang Ekspor

NERACA Jakarta –  Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor sektor pertanian pada Februari 2024 mengalami peningkatan sebesar 16,91 persen…