BNI Komit Biayai Infrastruktur
Jakarta-PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menegaskan komitmennya terhadap proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Bahkan telah menyiapkan dana kredit infrastruktur sebesar Rp3-Rp4 triliun pada 2011. Penyediaan dana tersebut menunjukkan komitmen BNI pada pembangunan infrastruktur di Indonesia. "Kita commit di infrastruktur,” tegas Direktur Korporasi BNI Krishna Suparto usai acara persiapan penyelenggaraan Indonesia International Infrastructure Conference and Exhibition (IIICE) 2011 di Kantor Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Jakarta, Rabu (23/2).
Menurut Krishna, ajang IIICE merupakan pertanda dan sekaligus “pameran” bisnis infrastruktur yang menjadi santapan perbankan. “Kita melihat IIICE sebagai kegiatan yang menggairahkan pembangunan infrastruktur dan kita mau terlibat di dalamnya,”paparnya.
Pada 2010, BNI telah menyediakan dana Rp15 triliun yang rencananya digunakan untuk proyek infrastruktur. "Kita sudah menyediakan banyak, pada 2010 pipeline kita Rp 15 triliun," kata Krishna.
Namun 60% dari total dana di 2010 belum digunakan oleh para debiturnya. Karena itu, pada tahun ini, BNI akan menyediakan dana sekitar Rp3-4 triliun untuk proyek infrastruktur. “BNI telah memberikan pembiayaan pada proyek-proyek infrastruktur, seperti pembangkit listrik, jalan tol, telekomunikasi, pelabuhan, dan kereta,” tambahnya.
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Evi Firmansyah mengungkapkan, pertumbuhan laba 2010 didorong beberapa hal, di antaranya ekspansi kredit. Adanya kesepakatan 15 bank untuk mematok suku bunga deposito setara BI rate ditambah 50 basis poin (bps) atau maksimal 7% juga turut mendongkrak perolehan laba. “Kesepakatan 15 bank tersebut mampu meredam persaingan antarbank dalam menghimpun dana, sehingga bank-bank lebih fokus dalam penyaluran kredit. Tahun lalu, kami mencatatkan pertumbuhan kredit 29-30%,” ujarnya.
Tentang pertumbuhan pendapatan nonbunga (fee based income), Evi Firmansyah menjelaskan, secara umum fee based income perseroan tahun lalu meningkat. “Dengan kenaikan kredit, tentu frekuensi transaksi juga meningkat, sehingga fee based income,” paparnya.
Tahun ini, Evi optimistis laba perseroan tetap tumbuh, dengan target pertumbuhan kredit berkisar 25%-30%. “Kami rasa, pertumbuhan tahun ini masih oke. Namun, dibandingkan tahun lalu, kami perkirakan sedikit lebih rendah,” tutur dia.
Menurut dia, pertumbuhan laba tahun ini akan terpengaruh sejumlah faktor, seperti tekanan inflasi dan kemungkinan naiknya BI rate. “Sebenarnya kami sudah memperhitungkan semua itu. Kami memang cukup dilematis. Bila bunga kredit dinaikkan, kredit bermasalah (non performing loan/NPL) akan naik. Tapi saya pribadi lebih mengutamakan kualitas kredit yang lebih baik. Lebih hati-hati, tapi bukan berarti lambat,” tandasnya. **cahyo
Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…
NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…
NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…
Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…
NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…
NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…