OBOR, Kanalisasi Ekonomi Tiongkok di Asia

Ole:h Fauzi Aziz

Pemerhati Sosial, Ekonomi dan Industri

 

One Belt One Road (OBOR) atau Satu Sabuk Satu Jalan adalah sebuah kalimat pamungkas yang diformulasikan dengan bahasa yang mudah diingat, tapi spiritnya di balik itu mempunyai nilai strategis yang amat dalam dan sangat fundamental. Berbagai kalangan bisa membedahnya dalam berbagai perspektif bila ada keinginan kuat hendak memahami konsep OBOR dalam banyak dimensi, baik dalam perspektif politik, ekonomi, budaya atau yang lain.

Martin Jacques, penulis buku When China Rules The World mengatakan bahwa banyak hal yang menarik untuk dipahami dalam banyak aspek, terutama bagaimana Tiongkok bermain di wilayah geopolitik di pandang dari sudut kesejarahan. Walaupun kita menyaksi kan kebangkitan makin banyak terjadi di antara negara berkembang sebagai emerging economy, maka Tiongkok tetap paling penting secara ekonomi.

Tiongkok adalah pengusung dan penggerak dunia baru. Peran yang dimainkan yang membuatnya menguasai hubungan kian "hegemonik" menjadikan tentakelnya menjangkau seluruh Asia Timur, Asia Tengah, Asia Selatan, Amerika Latin dan Afrika dalam satu dasawarsa lebih sedikit. Dikatakannya lebih lanjut bahwa Tiongkok sangat berbeda dari macan-macan Asia sebelumnya seperti Korsel dan Taiwan.

Berbeda dengan Taiwan, Tiongkok tidak pernah menjadi vasal Amerika Serikat. Di samping itu, Tiongkok berpenduduk sangat besar dengan segala implikasinya. Sudah jelas dengan sendirinya bahwa negara sebesar Tiongkok dihuni oleh seperlima penduduk dunia, yang pada mulanya terdiri atas bera neka macam ras. Tetapi orang Tiongkok "Han" yang merupa kan 92% penduduk meyakini bahwa mereka adalah satu ras.

Karakteristik penting Tiongkok adalah kesatuannya. Dan jika pendapat ini kita jadikan referensi, maka inisiatif OBOR dapat dikatakan sebagai for mula strategi bagaimana Tiongkok mewujudkan karak ter tersebut (kesatuannya itu) dalam satu konsep Satu Sabuk Satu Jalan sebagai upaya bermain di wilayah geopolitik dan ekonomi dilihat dari perspektif kesejarahan.

 Sebagai pengusung dan penggerak dunia baru, kebangkitan ekonomi Tiongkok harus tetap terjaga dan tidak diharapkan menjadi menyusut karena implikasinya bisa meluas bila ekonomi Tiongkok mengalami kontraksi.

Kishore Mahbubani, penulis buku The New Asian Hemisphere dalam pengantarnya menyampaikan bahwa tan tangan besar yang dihadapi oleh ekonomi negara-negara Asia ialah mempertahankan angka pertumbuhan rata-rata 5-7% dalam tahun-tahun mendatang. Prediksi-prediksi yang pernah dibuat ADB dan IMF mengindikasikan bahwa mereka mampu mencapai target itu meskipun dengan susah payah.

Angka 7% adalah kunci. Jika mereka dapat mempertahankan pertumbuhan 7% selama beberapa dekade, penduduk Asia masih mampu mencapai perbaikan 10.000 persen dalam mutu kehidupan dalam satu generasi. Tantangan utama lainnya yang dihadapi oleh ekonomi negara-negara Asia, terutama Tiongkok dan India, adalah bahwa mereka diharapkan untuk mengambil peran kepemimpinan lebih besar di tingkat global.

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…