Bunga The Fed Diperkirakan Naik, Rupiah Tetap Stabil

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diperkirakan tetap stabil setelah kebijakan The Federal Reserve atau Bank Sentral AS yang diperkirakan akan meningkatkan tingkat suku bunga yang berdampak kepada perekonomian global.

"Mata uang negara-negara berkembang telah kembali mendapatkan momentumnya terhadap dolar Amerika, salah satunya rupiah yang stabil setelah melewati minggu yang penuh tekanan," kata Research Analyst FXTM (perusahaan jasa finansial) Lukman Otunuga dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (29/5).

Menurut dia, meski akhir-akhir ini keuntungan mata uang negara-negara berkembang tidak terlalu signifikan, secara garis besar mereka perlahan-lahan bergerak naik terhadap dolar Amerika dan ini menunjukkan bahwa masih terdapat ketertarikan investor terhadap negara berkembang.

Lukman juga memaparkan, hal yang cukup mengesankan dari rupiah adalah mata uang ini tidak terlihat terpengaruh sama sekali oleh momen kelesuan pasar akibat Federal Reserve yang hampir pasti akan menaikkan suku bunga di Amerika pada bulan Juni. Disinyalir juga bahwa penanam modal asing sedang menunggu kesempatan untuk berinvestasi di pasar obligasi, sehingga berarti kemungkinan besar mereka akan melirik aset Indonesia sehingga dapat meningkatkan suku bunga.

Sebagaimana dikutip Kantor Berita Xinhua, sebagian besar pejabat Federal Reserve AS memandang tepat untuk segera menaikkan suku bunga jika ekonomi terus membaik, risalah pertemuan kebijakan moneter terbaru Fed menunjukkan pada Rabu (24/5). "Sebagian besar peserta menilai bahwa jika informasi ekonomi yang masuk sesuai dengan harapan mereka, akan tepat bagi Komite (Pasar Terbuka Federal) untuk segera mengambil langkah lagi dalam menghapus beberapa kebijakan akomodatif," kata risalah tersebut.

Dalam pertemuan kebijakan terakhirnya pada 2 dan 3 Mei, Fed mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah, karena bank sentral AS menunggu lebih banyak data untuk menilai prospek ekonomi Amerika Serikat. Meskipun para pejabat Fed percaya bahwa kemerosotan baru-baru ini dalam pertumbuhan ekonomi bersifat sementara, mereka berpendapat bahwa akan lebih baik jika menunggu bukti tambahan sebelum menaikkan suku bunga.

Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat (12/5) mengatakan pihaknya masih memandang Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga acuannya tiga kali pada tahun ini. Antisipasi terhadap dampak kenaikan suku bunga AS pun, kata Agus, sudah dilakukan untuk meminimalisir dampak kaburnya arus modal dari negara berkembang termasuk Indonesia, ke AS.

BERITA TERKAIT

Survei BI : Kegiatan Dunia Usaha Meningkat di Triwulan I/2024

    NERACA Jakarta – Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (BI) mengindikasikan bahwa kinerja kegiatan dunia usaha…

BRI Catat Setoran Tunai Lewat ATM Meningkat 24,5%

  NERACA Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BRI) mencatat setoran tunai melalui ATM bank tersebut meningkat sebesar 24,5 persen…

Bank DKI Jadi Penyumbang Deviden Terbesar ke Pemprov

    NERACA Jakarta – Bank DKI menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) penyumbang dividen terbesar bagi Provinsi DKI Jakarta sepanjang…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Survei BI : Kegiatan Dunia Usaha Meningkat di Triwulan I/2024

    NERACA Jakarta – Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (BI) mengindikasikan bahwa kinerja kegiatan dunia usaha…

BRI Catat Setoran Tunai Lewat ATM Meningkat 24,5%

  NERACA Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BRI) mencatat setoran tunai melalui ATM bank tersebut meningkat sebesar 24,5 persen…

Bank DKI Jadi Penyumbang Deviden Terbesar ke Pemprov

    NERACA Jakarta – Bank DKI menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) penyumbang dividen terbesar bagi Provinsi DKI Jakarta sepanjang…