BI Nilai Pertumbuhan 5,4% Terlalu Optimistis

Jakarta: Bank Indonesia mengatakan target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,4% terlalu optimistis. Meski demikian, BI menilai perekonomian Indonesia dalam kondisi stabil pada tahun ini, setelah tahun lalu menghadapi ketidakpastian global akibat kebijakan moneter Amerika Serikat dan harga komoditas yang menurun di pasar internasional.

NERACA

"Dalam pandangan kami pertumbuhan ekonomi 2017 seharusnya lebih tinggi dibanding 2016," kata Deputi Senior Gubernur BI  Mirza Adityaswara dalam wawancara dengan Bloomberg (26/05). 

Indonesia harus memacu dirinya untuk mencapai peringkat utang yang lebih baik untuk mengejar negara-negara tetangga di Asia Tenggara. "Mungkin 5,4% masih terlalu agreif, tetapi kami pikir 5,1% hingga 5,2% masih mungkin dicapai pada 2017," ujarnya. Sebelumnya, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 berada di rentang 5,0-5,4%.

Sepertidi ketahui publik, pemerintah dalam bulan ini meraih peringkat investment grade dari lembaga pemeringkat internasional S & P  setelah mengambil  langkah-langkah untuk meningkatkan penerimaan negara dan mengendalikan belanja. Walau pemulihan ekonomi sudah berjalan bertahap, tingkat pertumbuhan yang terealisasi masih jauh dari harapan Presiden Jokowi yang mentargetkan 7%.

Indonesia adalah perekonomian terbesar di Asia Tenggara. Namun, negara tetangga seperti Filipina, Thailand dan Malaysia menikmati rating yang lebih baik dari S & P. Perekonomian Filipina dan Malaysia juga melaju dengan tingkat yang lebih cepat pada kuartal lalu.

Dana-dana global mencapai rekor US$ 6 miliar masuk ke surat berharga rupiah tahun ini, membantu penurunan paling drastis yield surat berharga di kebanyakan negara di Asia. Fitch Ratings dan Moody's Investor Service sudah terlebih dahulu memberikan peringkat investment grade kepada Indonesia sebelum S & P. Goldman Sachs Maret lalu mengatakan naiknya peringkat RI dari S & P akan membantu menarik investasi sekitar US$ 5 miliar dari Jepang saja.

"Mempertimbangkan situasi global yang cukup stabil, apa yang dapat kita harapkan adalah masuknya dana dari Jepang dan juga mungkin dari dana pensiun Eropa dan AS yang saat ini belum masuk ke RI," kata Mirza.

Dia mengingatkan, kuncinya adalah memelihara kehati-hatian dalam mengelola ekonomi makro. “Pemerintah mengelola kebijakan fiskal secara hati-hati sedangkan BI memelihara kehati-hatian dalam kebijakan moneter. Terutama untuk memastikan inflasi berada dalam kendali dan defisit neraca berjalan juga terkelola,” ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, dengan stabilitas tersebut, pertumbuhan ekonomi seharusnya bisa berada di atas 7%. "Untuk kesejahteraan rakyat Indonesia, 5% tidak cukup, perlu tumbuh di atas 7%. Perlu upaya bersama reformasi struktural, baik fiskal, moneter, maupun sektor keuangan," ujarnya di BI, Rabu (24/5).

Agus menyebutkan pertumbuhan ekonomi di atas 7% bisa tercapai apabila stabilitas makroekonomi terjaga. Sistem keuangan dengan permodalan kuat dan sistem pembayaran yang terjaga juga dapat mewujudkan perekonomian yang sehat. "Pertumbuhan ekonomi yang sehat tidak dapat tercapai kalau tidak ada stabilitas makroprudensial dan sistem keuangan," ujarnya.

Secara terpisah, Wakil Ketua Komisi Keuangan DPR Marwan Cik Asan mengatakan, Indonesia bisa terjebak sebagai negara dengan pendapatan menengah apabila pertumbuhan ekonomi hanya berkisar  5% hingga 2030. Menurut dia, pemerintah perlu menggenjot pertumbuhan ekonomi ke level  10%.  "Adanya koordinasi empat lembaga Komite Stabilitas Sistem Keuangan bertugas menjaga sistem keuangan kita tidak bergejolak," ujarnya seperti dikutip laman tempo.co.

Prediksi ADB dan Bank Dunia

Sebelumnya, Bank Pembangunan Asia (ADB) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai  5,1% pada tahun ini.  Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 mendatang diprediksi mencapai 5,3%.

Menurut Winfried Wicklein, Kepala Perwakilan ADB di Indonesia, perekonomian Indonesia akan terus tumbuh pada 2017 dan 2018. Ini ditopang oleh peningkatan investasi swasta dan ekspor, serta belanja infrastruktur publik yang lebih tinggi. “Berkat investasi yang dan perdagangan yang membaik, Indonesia akan mendapat momentum lebih lanjut untuk pertumbuhannya,” ujarnya di Jakarta, belum lama ini.

Wicklein menjelaskan, untuk mencapai jalur pertumbuhan yang berkelanjutan ke depannya, diperlukan upaya berkesinambungan untuk terus memperbaiki infrastruktur, memperdalam reformasi struktural, dan mengatasi kesenjangan keahlian.

ADB memperkirakan pengeluaran rumah tangga akan meningkat tahun ini, didorong oleh pulihnya harga komoditas, perluasan program Dana Desa, dan juga peningkatan upah minimum. Belanja infrastruktur publik diperkirakan akan meningkat pada 2017, selaras dengan alokasi anggaran pemerintah.

Investasi swasta juga diperkirakan naik karena bertambahnya pendapatan dari ekspor komoditas dan dampak dari reformasi struktural baru-baru ini yang bertujuan untuk menghilangkan hambatan regulasi serta membuka sektor-sektor baru bagi investor asing. "Seiring membaiknya harga komoditas internasional, prospek ekspor Indonesia diperkirakan akan meningkat," tutur dia.

Sementara itu, dengan adanya peningkatan permintaan domestik, impor juga diperkirakan akan tumbuh meskipun dengan laju yang lebih lambat, dan perbedaan ini diperkirakan akan secara bertahap dapat membantu menurunkan defisit transaksi berjalan.

Secara terpisha, Bank Dunia menilai pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat serta harga komoditas yang lebih tinggi diproyeksikan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi  5,2% pada tahun ini.

“Perekonomian Indonesia tumbuh hingga 5%-5,02% pada 2016. Kita harap tahun 2017 hingga 2018 ekonomi dapat terus tumbuh, terutama pada tahun ini di angka 5,2%,” ujar Kepala Perwakilan Bank Dunia Rodrigo Chaves di Jakarta, belum lama ini.

Namun demikian, Roridgo menjelaskan, ketidakpastian global serta dinamika fiskal juga dapat membawa risiko penurunan pertumbuhan di berbagai negara termasuk Indonesia.

Pada laporan yang dipaparkan pada hari ini juga menggambarkan pondasi ekonomi Indonesia akan tetap kuat pada tahun ini. Dengan tingkat pengangguran dan defisit neraca berjalan masih rendah serta tingkat inliasi mencapai rekor terendah pada 2016.

Rodrigo menjelaskan, pertumbuhan pendapatan riil yang baik, kebijakan moneter yang akomodatif, serta harga komoditas yang lebih tinggi akan membantu meningkatkan konsumsi rumah tangga dan investasi, juga ekspor yang kembali naik pada kuartal keempat 2016.

“Setelah mencapai pertumbuhan yang kuat pada tahun 2016, proyeksi ekonomi Indonesia untuk tahun 2017 akan positif. Dengan dorongan harga komoditas yang Iebih tinggi, Indonesia bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memastikan pertumbuhan jangka panjang yang Iebih kuat. Indonesia akan terus merasakan manfaat dari kelanjutan reformasi struktural,” ujarnya. bari/mohar/fba

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…