Membangun Ekosistem Halal

Oleh: Agus Yuliawan

Pemerhati Ekonomi Syariah

Ada yang menarik data yang  dikeluarkan oleh Thompson Reuters, pada tahun 2015 tentang belanja penduduk Muslim pada produk barang dan jasa lebih dari dari US$1,9 triliun, tumbuh 6% dari tahun sebelumnya. Pengeluaran makanan dan minuman mencatat penjualan terbesar dengan nilai US$1,2 triliun. Selanjutnya, pakaian (US$243 miliar), media dan rekreasi (US$189 miliar), travel (US$151 miliar) dan obat-obatan dan kosmetik (US$133 miliar). Di saat yang sama, total aset sektor keuangan syariah ditaksir sebesar US$2 triliun. Sementara Pew Research Centre, mencatat, populasi Muslim dunia tahun 2015 mencapai 1,8 miliar jiwa atau 24,1% dari total populasi dunia. Angka ini tumbuh 2,9% dibandingkan tahun sebelumnya.

Peluang-peluang  inilah—yang dimanfaatkan oleh berbagai negara-negara seperti Malaysia, Thailand, Jepang dan Korea Selatan dalam mengoptimalkan industri halal di masing-masing negaranya. Di Malaysia, sejak awal telah  mengukuhkan diri sebagai pusat produk halal dunia, hal ini dengan  dibuktikan  adanya pameran-pameran Malaysia International Halal Showcase (MIHAS) tiap tahunnya sejak 2013. Yang merupakan ajang promosi bagi industri halal Malaysia dan berbagai negara dunia. Begitu juga Thailand yang telah mendeklarasikan sebagai pusat pangan halal, bahkan Thailand saat ini  menempakan diri sebagai buffer zone makanan  halal dunia. Mereka melakukan ini, karena Thailand tahu persis peluang dari sektor pariwisata dampak dari global halal tersebut. Fenomena ini  yang membuat  Jepang dan Korea Selatan—yang tak mau  ketertinggalan, meskipun jumlah penduduk Muslim Jepang hanya 100.000 dan Korea Selatan hanya 150.000 mereka serius mengembangkan industri halal dengan tujuan untuk menarik wisata masyarakat dunia sebagai sebuah opportunity. Jepang saat ini sangat aktif dalam mendorong industri ekspor  halal seperti obat-obatan, kosmetika, makanan dan minuman ke berbagai negara.  Begitu juga  Korea Selatan juga  lagi marak dalam membangun destinasi wisata halal dengan harapan akan memacu pendapatan devisa dan pendapatan perkapita masyarakat. Lantas bagaiamana peluang Indonesia di balik global halal  ?

Kalau mau jujur—industri halal yang benar-benar halal adanya di Indonesia. Kenapa? Karena proses pembuatannya dilakukan oleh orang-orang Muslim, begitu juga dalam delevery-nya juga orang Muslim bahkan pengkonsumsinya adalah orang-orang Muslim. Mengapa demikian? Karena jumlah penduduk Indonesia 220 juta adalah sebagian besar Muslim. Artinya dengan adanya ini—Indonesia harusnya menjadi opportunity dalam pengembangan Industri halal dunia. Bahkan hanya bermain pada local market  saja, cukup bagi Indonesia untuk memenangkan dalam persaingan dalam industri halal dunia. Apalagi peluang itu sangat terbuka lebar, melihat pertumbuhan global halal saat ini mencapai US$1,9 triliun di tahun ini,  belum lagi 5 hingga 10 tahun ke depan.

Untuk menjawab peran Indonesia, semua ini kembali kepada governance atau pemerintah, sejauh mana konsen mereka terhadap persoalan global halal selama ini. Maka pemerintah harus bisa  membuat road map industry halal yang jelas, seperti apa road mapnya?  Jangan sampai perkembangan industri halal di Indonesia tanpa didukung sebuah road mapnya. Untuk itu  diperlukan kebijakan yang jelas oleh pemerintah dalam hal ini.

Selain itu juga, sangat perlu didorong adanya ekosistem halal di negeri ini yang dibangun atas dasar  kekuatan-kekuatan masyarakat. Ekosistem halal ini perlu dibuat seperti kawasan industri halal, integrasi  keuangan halal dan sektor riil halal. Untuk membangun ekosistem halal ini—sangat diperlukan kekonsenan  diri kita bersama dalam mewujudkannya. Peluang-pelang ini harus dilaksanakan tanpa harus menunggu sebuah kebijakan-kebijakan pemerintah. Jika ini bisa terlaksana peran dari industri halal nasional akan membantu para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang selama ini sebagai makro pelaku ekonomi Indonesia. Untuk mendorong adanya ekosistem halal di negeri ini perlu kampanye terus menerus sehingga akan membangun kesadaran kita bersama agar kita semua bisa terlibat dalam mensukseskan opportunity global halal tersebut.  

 

BERITA TERKAIT

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

BERITA LAINNYA DI

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…