Terorisme Ekonomi

 

 

Oleh: Bhima Yudhistira Adhinegara

Peneliti INDEF

 

Serangan bom di terminal Kampung Melayu gagal membuat kepanikan di tengah masyarakat. Sehari setelah teror bom bunuh diri, aktivitas masyarakat kembali normal seakan tidak terjadi apa-apa. Begitu juga dengan kondisi perekonomian, siasat menghancurkan kepercayaan investor berhasil dipatahkan. Rupiah justru menguat terhadap dolar dari 13.311 menjadi 13.282 pada sesi perdagangan hari Jumat (26/5). Ini bukti nyata bahwa aksi terorisme tak berdampak signfikan terhadap aktivitas investasi dan perdagangan.

Berkaca pada kejadian bom di Sarinah pada Januari 2016 lalu, ternyata IHSG justru bergerak positif dan mencatatkan rekor 4.777 pada akhir bulan Januari dari sebelumnya di level 4.635 di Desember 2015. Artinya, teror bom tidak selalu berdampak terhadap penurunan investasi. Indonesia nampaknya sudah menjadi kebal dihantam aneka teror. Bak angin lalu, satu tahun kemudian hingga Mei 2017 tercatat lebih dari 5 peristiwa serangan teroris di berbagai daerah. Pasar saham dan surat utang terus bergeliat tak mempan diserang bom.

Bukti lain dari kuatnya kepercayaan investor adalah aliran modal asing yang masuk ke Indonesia tercatat Rp108 triliun per April 2017. Angka ini naik sebesar 74,19% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara aliran modal yang secara spesifik masuk ke surat utang pemerintah tercatat Rp77,4 triliun (ytd) dan ke pasar saham Rp28,8 triliun (ytd). Indonesia tetap jadi pasar yang menarik kendati terjadi instabiltas politik dan serangan teror.    

Faktor predikat investment grade dari Standard and Poors memang jadi daya tarik khusus bagi investor. Sejak 2012 lalu Indonesia menunggu kenaikan rating surat utang dari lembaga rating S&P. Euforia pun pecah di lantai bursa saat SnP mengumumkan kenaikan peringkat, dan Pemerintah segera mengklaim keberhasilan mendapat predikat layak investasi merupakan kerja keras menjaga perekonomian di tahun yang sulit.

            Tapi sebaiknya kita memang tidak boleh lengah dan over confidences. Terorisme ekonomi terus membayangi Indonesia. Aksi teror di Kampung Melayu jadi pelajaran penting bahwa fundamental ekonomi harus terus diperkuat. Beruntung saat ini ada sentimen positif rating S&P yang meng-offset risiko terorisme. Jika hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5% yang relatif rendah dibanding negara lain di ASEAN seperti Filipina dan Vietnam maka bukan tidak mungkin investor bisa kabur. Oleh karenanya serangan teror seperti apapun tidak akan bisa melemahkan perekonomian suatu negara ketika investor secara rasional melihat pertumbuhan lebih berkualitas, kebijakan ekonomi yang tepat sasaran dan kenaikan daya saing.

BERITA TERKAIT

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

BERITA LAINNYA DI

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…