Memantau Pasokan dan Harga Komoditas Pokok

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Gardjita Budi menyatakan, pihaknya selalu memantau pasokan dan harga dari bahan pangan komoditas pokok.Bukan hanya menjelang hari besar keagamaan, tapi juga tiap saat."Jadi ada 'enggak' ada Lebaran selalu kami pantau. Bahkan prediksi pasokan berdasarkan berapa posisi stok, produksi dan kebutuhan sudah bisa dilakukan," katanya.

Salah satu komoditas yang paling dicari menjelang hari besar dan keagamaan nasional, menurut dia adalah beras. Selain beras, beberapa komoditas lain pun menjadi perhatian seperti aneka cabai dan bawang merah.

Gardjita menyatakan, berdasarkan pengalaman sebelumnya, fluktuasi harga bahan pokok meningkat 5-10 persen masih tergolong aman. Jadi jika ada kenaikan harga menjelang Lebaran dan masih di bawah 10 persen masih aman."Yang tidak kita inginkan adalah harga langsung melonjak tinggi hingga 20-30 persen kemudian setelah Lebaran turun drastis," katanya.

Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok menjelang Ramadan maupun Lebaran, tak bisa dilepaskan dari ketersediaan pasokan atau suplai komoditas pangan di pasaran. BKP mencatat, kebutuhan beras tiap tahun sekitar 32-33 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri mencapai 46 juta ton beras, artinya sudah lebih dari cukup, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir.

Selain beras, untuk komoditas lain seperti aneka cabai dan bawang merah, Ditjen Hortikultura sudah mengawal pertanaman cabai dan bawang dari sekarang yang diperkirakan akan panen saat menjelang Ramadan.Begitu pula dengan komoditas ayam dan telur, BKP menyebutkan, ketersediaan ayam ras dan telur hingga Juni-Juli 2016 masing-masing sebanyak 493.985 ton dan 503.750 ton.

Adapun kebutuhannya hanya sekitar 217.144 ton dan 253.634 ton, sehingga dipastikan masih ada surplus.Untuk stok daging sapi, Gardjita mengakui, memang ada kebiasaan masyarakat yang mengonsumsi daging pada hari raya, sehingga akan terjadi peningkatan permintaan. Dengan demikian, masih perlu tambahan pasokan daging untuk bisa memenuhi kebutuhan dengan impor. "Impor dilakukan terbatas dan terukur. Proses impor pun tidak lagi bisa dilakukan oleh pihak swasta tetapi dilakukan Bulog," ujarnya.

Impor dibutuhkan untuk menutup kebutuhan daging sapi nasional sebanyak 674.690 ton tahun ini, atau meningkat dari 653.980 ton tahun lalu.Sementara produksi dalam negeri hanya 439.530 ton atau bertambah dari 416.090 ton tahun lalu. (iwan)

 

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…