Ramadan Tiba, Waspada Harga Meroket

Seperti tradisi tahunan, setiap menjelang bulan Ramadan maupun Lebaran, harga sejumlah kebutuhan pokok selalu mengalami kenaikan, bahkan hingga tingkat yang meresahkan konsumen.

NERACA

Jelang puasa Ramadhan 2017 pemerintah diminta untuk terus waspada terhadap gejolak kenaikan harga bahan kebutuhan pokok jelang. Mengingat gejolak harga ini, kerap sudah menjadi tradisi setiap kali masuk bulan puasa dan lebaran.

Menanggapi hal ini, Direktur  Instituf for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati meminta agar pemerintah mewaspadai adanya gejolak atau kenaikan harga kebutuhan pokok sambut puasa dan lebaran tahun ini. Meski sejauh ini, langkah pemerintah mengendalikan stok dan harga bahan kebutuhan pokok mulai menampakkan hasil sejak diberlakukan kebijakan harga eceran tertinggi (HET). Paling tidak, harga gula pasir, daging dan minyak goreng berangsur stabil sejak dilaksanakan. “Memang sekarang harga beberapa kebutuhan pokok mulai stabil. Tapi tetap pemerintah jangan lengah, biasa masuk bulan puasa, dan lebaran harga bisa bergejolak. Itu biasanya karena ada supply dan demaind yang tak stabil,” kata Enny.

Mengingat yang sudah-sudah problem kita selama ini menjelang Ramadan adalah selalu bahwa stok cukup, tetapi mengapa di injury time selalu berfluktuasi. Artinya, harus dipastikan ada instrumen pemerintah yang benar-benar bisa mengintervensi pasar komoditas kita.  Meski banyak yang bilang stok cukup ternyata berkaca pada pengalaman kita selama ini stok tidak bisa menjadi jaminan harga stabil. “Yang sudah-sudah beritanya stok terpenuhi, tapi harga bergejolak. Makanya itu yang patut diwaspadai pada tahun ini,” paparnya.

Pengamat kebijakan publik dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Suwidi Tono , meminta agar  pemerintah  mengantisipasi manuver para mafia pangan yang ingin stabilisasi harga pangan jelang Ramadan ini terganggu dan kini merasa terusil dengan langkah pengendalian harga yang dilakukan pemerintah.

Menurutnya, langkah pemerintah mengendalikan stok dan harga bahan kebutuhan pokok dalam menyambut bulan puasa dan Lebaran tahun ini, mulai menampakkan hasil. Paling tidak, katanya harga gula pasir, daging dan minyak goreng berangsur stabil sejak dilaksanakan kebijakan HET sejak akhir April lalu. Namun, bukan tidak mungkin kebijakan tersebut mengusik kelompok-kelompok tertentu yang selama ini menangguk untung dari carut-marutnya mata rantai distribusi dan ketiadaan informasi stok barang. “Tentu saja tetap harus diwaspadai karena mafia pangan selalu punya andil besar dalam memainkan harga. Terutama di hari-hari besar seperti Ramadhan dan lebaran,” katanya.

Untuk itu, sikap tegas sangat dibutuhkan pemerintah dalam berhadapan dengan kelompok mafia pangan dan tantu saja pemerintah mesti siap menghadapi dan mengantisipasi manuver para mafia pangan tersebut. "Kalau pemerintah tegas terus menerus maka harga akan stabil, dan akan tidak ada lagi itu yang namanya mafia pangan," tambahnya.

Karenanya ia mengingatkan beberapa cara yang mesti ditempuh pemerintah untuk melawan mafia pangan. Diantaranya memperketat pengawasan terhadap sirkulasi kebutuhan pokok yang masuk ke Jakarta. Selain pengawasan, katanya, langkah selanjutnya yang harus dilakukan pemerintah adalah tegas mengambil tindakan, seperti menutup ritel modern yang ketahuan nakal. "Cabut izinnya dan kenakan pasal berlapis. Kalau itu bisa diterapkan, maka mereka para mafia pangan pasti akan jera,"  tegasnya.

 

Meningkatnya Belanja

 

Sedangkan menurut Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri mengungkapkan, kenaikan harga komoditas pangan jelang puasa terjadi karena meningkatkannya belanja masyarakat. Masyarakat umumnya belanja di pasar dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan hari biasa untuk persediaan puasa. "Saya sampaikan masyarakat tidak perlu stok berlebihan di rumah, karena logika di tiga tahun tearkhir kalau stok jumlah besar di hari itu dan produksi tidak aman, maka di pasar harga naik," jelas Mansuri.

Pihaknya menambahkan, pola kenaikan harga pangan di pasar mulai terjadi pada 3 hari menjelang puasa. Kenaika harga pangan pun bertahan hingga minggu pertama puasa. Setelah itu, harga pangan berangsur turun dan kembali naik menjelang Hari Raya Idul Fitri. "Tertingginya itu satu atau dua hari menjelang Lebaran H+3 karena banyak orang tidak buka pasar dan semua aktivitas produksi stop itu buat harga tinggi," tutur Mansuri.

Ia pun meminta kepada pemerintah untuk melakukan pendataan lebih lengkap mengenai pasokan pangan, untuk menjamin ketersediaan bagi konsumsi masyarakat. "Supply dan demand lebih ke distribusi, lebih ke emosi masyarakat untuk beli dalam jumlah besar. Maka dari itu aman itu dibarengi dengan data yang terukur, dalam artian di Jawa Tengah bawang merah berapa di Jawa Timur berapa misalnya," paparnya.

Kendati demikian, diberbagai kesempatan M‎enteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memastikan ketersediaan stok bahan kebutuhan pokok menjelang puasa dan Lebaran 2017 cukup hingga 4-5 bulan ke depan. Harga bahan kebutuhan pokok di pasaran pun cenderung stabil.

Bahkan menurut dia, ketersediaan stok dan kestabilan harga bahan kebutuhan pokok ini dapat menekan laju inflasi April 2017. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi April 2017 tercatat sebesar 0,09 persen. "Rata-rata stok bapok (bahan pokok) cukup hingga 4-5 bulan ke depan. Harga terkendali sampai sekarang dan kita akan tetap kendalikan terus. Bahkan pada bulan April kita juga dapat menekan laju inflasi," ucapnya.

Enggartiasto menyatakan, tren kenaikan harga yang biasanya terjadi dua bulan menjelang Lebaran, kali ini tidak terjadi. "Biasanya dua bulan menjelang Lebaran terjadi tren kenaikan harga. Namun, kali ini hal itu tidak terjadi dan akan terus kami kontrol. Kenaikan harga biasanya disebabkan ulah para spekulan yang mencoba mencari keuntungan dengan merugikan masyarakat dengan menahan suplai dan dilepas pada saat harga naik," terangnya.

Dengan ketersediaan stok dan harga yang relatif stabil ini, lanjut dia, diharapkan masyarakat bisa fokus beribadah dengan baik saat puasa dan menjelang Lebaran, tanpa harus memikirkan mahalnya harga bahan kebutuhan pokok. "Biarlah mulai tahun ini ibu-ibu rumah tangga tersenyum menyambut puasa dan Lebaran serta semua bisa beribadah dengan tenang, tidak pusing akibat tekanan harga-harga bapok yang melambung karena permainan harga para spekulan,"  tegasnya.

Enggartiasto menjelaskan, stok minyak goreng, gula, beras, dan daging sapi sudah tersedia untuk digelontorkan jika terjadi kelangkaan pasokan dan kenaikan harga. Stok minyak goreng yang ada di pemerintah saat ini sebanyak 1,5 juta liter, gula tersedia 460 ribu ton, stok beras melimpah mencapai 2,1 juta ton, serta daging sapi beku sebanyak 40 ribu ton dan 51 ribu ton lainnya sedang dalam perjalanan. (agus)

 

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…