Swasta Kembangkan Material Unggulan Kelapa Sawit

NERACA

Jakarta – Perusahaan swasta nasional PT Smart Tbk mengembangkan material Eka 1 dan Eka 2 kelapa sawit unggulan yang mampu meningkatkan produktivitas perkebunan hingga ke tingkat tertinggi di lahan perkebunan yang ada.

"Kedua material unggulan tersebut telah terdaftar di Katalog Bibit Indonesia dan disetujui untuk dibudidayakan oleh Kementerian Pertanian," kata Direktur Utama PT Smart Tbk Daud Dharsono disalin dari Antara.

Dikatakan, terobosan tersebut merupakan inti dari upaya intensifikasi perusahaan untuk menghasilkan produksi kelapa sawit berkelanjutan guna memenuhi permintaan pasar global yang terus meningkat.

Melalui penelitian selama dua dekade itu, material tanaman baru tersebut dikembangkan secara alami melalui program seleksi konvensional dan kultur jaringan dari "elite palms". Material tanaman kelapa sawit itu berpotensi meningkatkan produktivitas minyak sawit perusahaan mencapai lebih dari 10 ton per hektare per tahun di usia dewasa (8-10 tahun) dibandingkan dengan kemampuan pohon saat ini yang berkisar 7,5 ton per hektare-delapan ton per hektare per tahun dalam kondisi cuaca dan areal yang optimal. "Produktivitas rata-rata industri kelapa sawit Indonesia saat ini kurang dari empat ton per hektare per tahun," kata Daud.

PT Smart Tbk, yang merupakan anak perusahaan Golden-Agri Resources Ltd (GAR), mengembangkan material tanaman kelapa sawit itu di pusat penelitian Smart Research Institute's (SMARTRI) dan Pusat Bioteknologi Smart.

Lebih dari 4.000 pohon kelapa sawit dari varietas berbeda diteliti secara intensif sejak 2007 oleh tim peneliti dan teknisi lapangan perusahaan selama 10 tahun guna memilih dan membudidayakan spesimen yang unggul untuk dikembangkan dalam program kultur jaringan.

Setelah melalui banyak percobaan dan proyek percontohan komersial pada 2016 perusahaan telah menggunakan material tanam tersebut di perkebunan kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan Barat.

Para usia dewasa yang optimal, material tanam Eka 1 diharapkan bisa menghasilkan 10,8 ton minyak sawit mentah (CPO) per hektare, dengan tingkat ekkstraksi sebesar 32 persen karena material tanam memiliki kandungan minyak sangat tinggi di dalam buah sawit.

Bahkan material tanam Eka 2 menunjukkan potensi yang lebih besar dengan produktivitas diperkirakan mencapai 13 ton per hektare dan tingkat ekstraksi minyak 36 persen. Selain itu masa tunggu panen Eka 1 dan Eka 2 diperkirakan 24 bulan, lebih cepat bila dibandingkan rata-rata masa panen saat ini 30 bulan.

Selama lima tahun ke depan, kata Daud, perusahaan akan memperbanyak material tanam ini melalui kultur jaringan guna menghasilkan jumlah yang cukup untuk ditanam secara komersial di areal yang lebih luas mulai tahun 2022.

Pada akhir April lalu, Sebanyak 527 perusahaan kelapa sawit sedang mengajukan permohonan mendapatkan sertifikat ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil System) pada 2017 untuk meningkatkan daya saing produk asal Indonesia di pasar internasional.

Kepala Auditor ISPO Heri Moerdiono di Palembang, Selasa, mengatakan, kesadaran dari perusahaan-perusahaan ini dilatari tuntutan dari negara-negara pembeli yang ingin memastikan produk kelapa sawit diproduksi secara ramah lingkungan.

"Saat ini yang sudah memiliki sertifikat ISPO baru 226 perusahaan, sementara 527 perusahaan sedang mengajukan dan 376 perusahaan diproses. Ke depan, permohonan diperkirakan bertambah seiring dengan kesadaran dari perusahaan," kata Heri seusai menjadi pembicara pada workshop "Peningkatan Kemampuan Perkebunan Kelapa Sawit dengan Praktek Bisnis Berkelanjutan".

Ia mengatakan pemerintah melalui lembaga sertifikasi ISPO terus mendorong kepemilikan sertifikat ini mengingat baru tercapai sekitar 30 persen dari total perusahaan sawit di Indonesia, berjumlah di atas 1.000 perusahaan.

Hal ini terkait juga dengan posisi Indonesia sebagai negara produksi CPO terbesar di dunia dengan produksi 33,5 juta ton pada 2016. Indonesia berkeinginan menjaga keberlangsungan sektor perkebunan dan industri ini yang diperkirakan bakal berkembang pesat di masa datang seiring dengan peningkatan kebutuhan minyak nabati dunia.

Ia menjelaskan melalui sertifikat ISPO ini, Indonesia menunjukkan komitmen tegas atas penurunan gas rumah kaca, dan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…