Dunia Usaha - Menperin: Baja Impor dari Tiongkok Ancam Industri Lokal

NERACA

Jakarta - Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengatakan di tengah gencarnya Program Pemerintah dalam membangun infrastruktur, industri baja tengah menghadapi berbagai tantangan. Untuk memenuhi kebutuhan baja kasar (crude steel) nasional yang saat ini sudah mencapai 14 juta ton, Indonesia masih harus melakukan impor sebesar 6 juta ton, dikarenakan industri baja dalam negeri hanya mampu memproduksi 8 juta ton crude steel.

"Apabila hal ini terus dibiarkan tanpa adanya upaya peningkatan kapasitas produksi, maka defisit atas pasokan crude steel akan mencapai 8,9 juta pada tahun 2020 dan meningkat menjadi 15,9 juta ton pada tahun 2025. Di sisi lain, adanya oversupply baja dari Tiongkok menyebabkan banjirnya produk baja impor, sehingga mengancam keberlangsungan produsen baja dalam negeri," kata Airlangga saat membuka acara 2017 Indonesia Steel Conference: Road to 10 Million Ton Cilegon Steel Cluster di Jakarta, Selasa.

Menteri Airlangga mengatakan besarnya investasi industri baja dan minimnya penguasaan teknologi industri baja dalam negeri saat ini, menyebabkan industri baja dalam negeri sulit berkembang dan kalah bersaing dengan produk impor. Ditambah lagi, dengan tingginya biaya produksi yang disebabkan oleh tingginya harga gas dan energi, serta keterbatasan infrastruktur meliputi akses jalan,  pelabuhan, dan ketersediaan energi menjadi penyebab rendahnya daya saing industri baja nasional.

"Selain untuk memenuhi kebutuhan pada sektor Infrastruktur, Industri Baja perlu diarahkan  pada pengembangan baja khusus bernilai tambah tinggi. Saat ini, produk baja khusus untuk industri pengguna baja, seperti  otomotif, perkapalan, maupun industri perkeretaapian sebagian besar masih diimpor. Sementara pertumbuhan industri pengguna baja di Indonesia terbilang cukup baik, seperti pada industri otomotif, yang diproyeksikan pada tahun 2025 akan memproduksi 3 juta unit mobil yang membutuhkan 1,8 juta ton baja otomotif," paparnya.

Lebih lanjut Airlangga dengan jelas mengatakan Pemerintah akan senantiasa berupaya untuk memajukan Industri Baja Nasional. Melalui berbagai instrumen kebijakan, Pemerintah melindungi industri baja dalam negeri dan mendorong tumbuhnya industri baja dalam negeri, melalui pemberian insentif seperti tax holiday, tax allowance, dan masterlist barang modal (pembebasan bea masuk atas bea masuk masterlist).

"Disamping itu Kementerian Perindustrian memiliki program Pembangunan Kawasan Industri berbasis Industri Baja di Batulicin, Kalimantan Selatan dan Morowali, Sulawesi tengah dan Pembentukan Politeknik di Batulicin dan Morowali untuk menyiapkan SDM Industri di Sektor Industri Baja," tukasnya.

Sebagai upaya kedepan, Airlangga mengatakan Kementerian Perindustrian mendukung sepenuhnya Program 10 Juta Ton Klaster Industri Baja yang akan dibangun di Cilegon Banten. Dengan adanya klaster 10 Juta ton ini nilai investasi mencapai USD 4 miliar, diharapkan dapat memberikan multiplier effect melalui penciptaan lapangan pekerjaan, pemenuhan bahan baku industri dalam negeri, dan memberikan manfaat kepada perekonomian daerah Banten maupun perekonomian nasional.

"Sebagai komponen utama bagi pembangunan nasional, Industri Baja merupakan “mother of industry”. Industri baja adalah tulang punggung bagi kegiatan sektor industri lainnya, seperti permesinan dan peralatan pabrik, otomotif, maritim dan elektronika. Disamping itu, produk baja merupakan komponen utama dalam sektor infrastruktur secara luas yang meliputi bangunan dan properti, jalan dan jembatan, telekomunikasi, dan ketenagalistrikan," jelasnya.

Saat ini Pemerintah tengah fokus pada pembangunan di Sektor Infrastruktur, mengingat hal ini merupakan faktor critical dalam pembangunan ekonomi nasional.Berdasarkan data World Economic Forum,  Indonesia menduduki Peringkat 62 dalam hal ketersediaan infrastruktur, masih berada di bawah negara ASEAN lainnya seperti Singapura pada peringkat 2, Malaysia pada peringkat 24, dan Thailand pada peringkat 49 dunia.

Pada tahun 2017, tercatat alokasi anggaran belanja Pemerintah Indonesia untuk infrastruktur sebesar Rp 387,3 Triliun, meningkat 80% bila dibandingkan tahun lalu. Hal ini merupakan  peluang bagi industri baja dalam negeri untuk dapat terus tumbuh dan berkembang, dimana sebagian besar pembangunan sektor infrastruktur memerlukan produk-produk baja.

Di tempat yang sama, Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk. (KS), Mas Wigrantoro Roes Setyadi menyampaikan, PT KS dan perusahaan baja Korea, Posco telah bekerja sama membangun klaster untuk mendukung produksi hingga 10 juta ton baja di Cilegon Banten. "Kawasan industri Krakatau Steel di CiIegon saat ini ditempati oIeh industri baja terpadu," kata dia.

BERITA TERKAIT

Pertamina Patra Niaga Siap Salurkan BBM Subsidi Sesuai Kuota

NERACA Jakarta – Besaran kuota subsidi BBM dan LPG pada tahun 2024 telah ditetapkan. Didasarkan pada SK Kepala BPH Migas…

2024 Pertamina Siap Salurkan Subsidi Energi Tepat Sasaran

NERACA Jakarta – Pertamina siap menjalankan penugasan Pemerintah menyalurkan subsidi energi 2024 tepat sasaran. Melalui PT Pertamina Patra Niaga sebagai…

Pemurnian Nikel di Kalimantan Timur Terima Tambahan Pasokan Listrik - TINGKATKAN HILIRISASI

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong industri untuk meningkatkan nilai tambah melalui…

BERITA LAINNYA DI Industri

Pertamina Patra Niaga Siap Salurkan BBM Subsidi Sesuai Kuota

NERACA Jakarta – Besaran kuota subsidi BBM dan LPG pada tahun 2024 telah ditetapkan. Didasarkan pada SK Kepala BPH Migas…

2024 Pertamina Siap Salurkan Subsidi Energi Tepat Sasaran

NERACA Jakarta – Pertamina siap menjalankan penugasan Pemerintah menyalurkan subsidi energi 2024 tepat sasaran. Melalui PT Pertamina Patra Niaga sebagai…

Pemurnian Nikel di Kalimantan Timur Terima Tambahan Pasokan Listrik - TINGKATKAN HILIRISASI

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong industri untuk meningkatkan nilai tambah melalui…