Profit Taking Hambat Laju Penguatan IHSG

NERACA

Jakarta – Pencapaian rekor yang diraih indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pekan lalu, langsung dimanfaatkan investor untuk melakukan aksi ambil untung. Alhasil indek BEI pada perdagangan Senin awal pekan, ditutup turun 42,439 poin (0,73%) ke 5.749,445. Indeks LQ45 turun 9,553 poin (0,98%) ke 960,843.

Sejumlah indeks saham sektoral berbalik melemah. Tersisa empat sektor yang masih bertahan di zona positif alias menguat. Penguatan dipimpin sektor konstruksi yang naik sebesar 1,13%. Aksi beli asing sudah ramai sejak pembukaan perdagangan, sayangnya tak bisa mengimbangi aksi jual yang dilakukan investor lokal sehingga Indeks berbalik ke zona merah.

Investor asing mencatat beli bersih sekitar Rp 700 miliar dan investor lokal mencatat jual bersih sekitar Rp 700 miliar. Hingga sore ini, telah terjadi 374.758 kali transaksi sebanyak 10,1 miliar lembar saham senilai Rp 8,2 triliun. Sebanyak 184 saham menguat, 162 saham melemah dan 106 saham stagnan. Pelemahan IHSG terjadi di tengah pergerakan bursa-bursa Asia yang bergerak mix.

Indeks yang naik signifikan dan masuk jajaran top gainers di antaranya Matahari (LPPF) naik Rp 550 ke Rp 15.900, Mandom Indonesia (TCID) naik Rp 500 ke Rp 17.000, Indofarma (INAF) naik Rp 490 ke Rp 3.910 ke Graha Layar Prima (BLTZ) naik 300 ke Rp 10.100. Sementara saham-saham yang masuk jajaran top losers di antaranya adalah Gudang Gara (GGRM) turun Rp 2.250 ke 74.250, Unilever Indonesia (UNVR) turun Rp 1.300 ke Rp 47.450, Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 575 ke Rp 15.175 dan Bank Mandiri (BMRI) turun Rp 375 ke Rp 12.525.

Di sesi pertama, IHSG naik 23,122 poin (0,40%) ke 5.815,006. Indeks LQ45 naik 4,411 poin (0,45%) ke 974,807. Penguatan indeks BEI juga terjadi di awal perdagangan. Dimana IHSG dibuka naik 45,29 poin atau 0,78% menjadi 5.837,17 poin. Sementara itu kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak menguat 11,38 poin (1,17%) menjadi 981,78 poin.

Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities, Nico Omer Jonckheere mengatakan bahwa keputusan S&P yang menyematkan peringkat Indonesia menjadi layak investasi masih menjadi katalis bagi pergerakan IHSG.”Setelah menantikan cukup lama predikat 'investment grade' dari lembaga pemeringkat internasional S&P, akhirnya Indonesia mendapat peringkat itu sehingga direspon positif pasar," kata Nico Omer.

Dia menambahkan bahwa perbaikan peringkat investasi Indonesia, juga didukung oleh keberhasilan program amnesti pajak yang berhasil menambah penerimaan pemerintah lebih dari 11 miliar dolar AS, sehingga melonggarkan tekanan pada anggaran yang dibutuhkan untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur pemerintah.”Peringkat S&P menyatakan, kontrol belanja pemerintah juga akan membantu mempertahankan defisit anggaran di bawah 2,5% dari PDB selama tiga atau empat tahun ke depan. Utang bersih pemerintah diperkirakan juga akan terjaga di bawah 30% PDB," paparnya.



BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…