Dampak Suku Bunga Rendah - Antrean Obligasi Capai Rp 62,9 Triliun

NERACA

Jakarta – Maraknya penerbitan obligasi korporasi yang sudah terjadi sejak sejak awal tahun, tidak bisa lepas dari sentimen positif pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan juga suku bunga yang rendah. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, sudah ada 18 perusahaan yang menerbitkan surat utang dengan total nilai sebesar Rp 32,6 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia, Samsul Hidayat mengatakan, sudah ada 37 seri obligasi yang masih dalam pipeline menunggu giliran penerbitan. Keseluruhan nilai obligasi baru yang siap ditawarkan ini mencapai Rp 62,9 triliun. "Sebagian ada yang penawaran umum berkelanjutan (PUB)," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Samsul memperkirakan, total nilai penerbitan obligasi tahun ini bisa menembus Rp 130 triliun. Angka ini naik 16,07% dibandingkan dengan realisasi penerbitan obligasi tahun lalu sebesar Rp 112 triliun. Emiten menggunakan sebagian dana hasil penerbitan obligasi untuk pembiayaan kembali (refinancing) surat utang lama yang jatuh tempo. Sedang sebagian lainnya untuk pengembangan usaha. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup bagus. Jadi, ekspektasi investor juga cukup bagus," ungkap Samsul.

Obligasi jadi pilihan pendanaan yang menarik. Selain biaya yang lebih murah, ada keterbatasan bila menggunakan dana bank. "Kalau perbankan, untuk pembiayaan jangka panjang ada kalkulasi tersendiri, ada manajemen risiko tersendiri dan jaminan juga lumayan," kata Samsul.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri menuturkan, rendahnya suku bunga menjadi faktor yang menggerakkan minat korporasi menawarkan obligasi. Perbaikan ekonomi membuat rasio kredit bermasalah (NPL) membaik. Alhasil, kinerja bank juga membaik dan bunga kredit stabil. "Bunga acuan BI di level 4,75% relatif sudah mapan, sulit untuk turun lagi," ujarnya.

Namun, Hans mencermati rencana bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) mengerek suku bunga dua kali lagi pada tahun ini. Kenaikan tersebut bisa memengaruhi pasar uang dan tingkat bunga di tanah air. Akibatnya, suku bunga dalam negeri sulit turun, bahkan bisa naik. "Jadi, korporasi akan memanfaatkan momentum bahwa mereka harus menerbitkan obligasi lebih cepat di awal tahun,”paparnya.

Rencana Standard and Poor's (S&P) mendongkrak peringkat utang Indonesia juga akan berefek pada minat penerbitan obligasi. Jika S&P menyematkan status investment grade, yield obligasi tetap bisa turun meski suku bunga acuan tetap. "Karena kita harus menyadari, inflasi di 4% dekat dengan suku bunga acuan yang ada di level 4%," terang Hans.

Cuma, William Surya Wijaya, Analis Asjaya Indosurya Securities, bilang, ada opsi pendanaan lain selain obligasi, misalnya, rights issue. "Korporasi punya strategi masing-masing, dan penerbitan obligasi lebih karena kebutuhan," ucap William.

Yang jelas, William menambahkan, pertumbuhan ekonomi negara kita yang masih positif plus status investment grade dari S&P kelak mengerek investasi asing di Indonesia.

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…