Kemungkinan Tempat Wisata Seperti Disneyland di Indonesia

 

Kemungkinan Tempat Wisata Seperti Disneyland di Indonesia
Lontaran wacana Bupati Boyolali Seno Samodro bahwa The Walt Disney Company akan membangun theme park atau taman bermain Disneyland di daerahnya, sempat menjadi pembicaraan banyak orang. 
Namun kenyataannya, pihak Disney membantah rencana investasi di Indonesia. Terkait hal tersebut, Bupati Seno, melalui Ajudan Bupati Boyolali, Aan Adi Prasetyo, mengungkapkan bahwa taman bermain tersebut bukanlah Disneyland, melainkan hanya memiliki konsep seperti Disneyland. 
Jika dicermati lebih jauh, mimpi Bupati Seno menghadirkan taman bermain berkelas dunia di daerahnya dipastikan bakal menemui banyak batu sandungan. Salah satunya, adalah anggapan mahalnya harga tiket Disneyland yang sudah beroperasi di berbagai belahan dunia.
Dikutip dari laman Disneyland, harga tiket Disneyland di Amerika Serikat (AS) dijual mulai dari US$97 (sekitar Rp1,2 juta). Tiket Disneyland Hong Kong harganya mulai dari HK$589 (sekitar Rp1 juta), Disneyland Tokyo harganya 7.400 yen (sekitar Rp902 ribu), dan Disneyland Paris harganya mulai dari 49-94 euro (sekitar Rp693 ribu sampai Rp1,3 juta). 
Bandingkan dengan harga tiket masuk berbagai taman bermain di Indonesia. Sebut saja tiket Dunia Fantasi yang dikelola PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, yang cuma seharga Rp190 ribu sampai Rp370 ribu per orang di hari biasa dan Rp270 ribu sampai Rp450 ribu di akhir pekan. 
Sementara itu, tiket Trans Studio milik CT Corp tercatat hanya Rp180 ribu sampai Rp280 ribu per orang. Jika dihitung-hitung, harga tiket masuk Disneyland tergolong cukup mahal untuk kebanyakan orang Indonesia. Kalau tidak percaya, mari kita bandingkan pendapatan per kapita penduduk Indonesia dengan penduduk negara-negara lain tempat Disneyland berdiri. 
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pendapatan per kapita penduduk Indonesia tahun lalu sebesar Rp47,9 juta per tahun atau Rp3,9 juta per bulan. 
Sementara itu, mengutip laporan International Monetary Fund World Economic Outlook per 9 November 2016, pendapatan per kapita warga Perancis berkisar US$38.537 (sekitar Rp512,5 juta per tahun atau sekitar Rp42 juta per bulannya).
Sementara itu, pendapatan per kapita penduduk Jepang berkisar US$37.304 (sekitar Rp496 juta per tahun atau sekitar Rp41 juta per bulan). Kemudian pendapatan per kapita penduduk Hong Kong berkisar US$42.963 (sekitar Rp571 juta per tahun atau sekitar Rp47 juta per bulan).  
Semua ini tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan nilai pendapatan per kapita AS yang menjadi negara asal Donald Bebek dan Miki Tikus, dua tokoh kartun legendaris buatan Disney.  
Di AS, pendapatan per kapita penduduknya bisa mencapai US$57.294 per tahun (sekitar Rp761,9 juta per tahun atau sekitar Rp63,5 juta per bulannya).  
Dengan pendapatan per kapita yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara lainnya yang memiliki Disneyland, bisa dipastikan Disneyland Boyolali kurang digemari oleh penduduk Indonesia, yang sebagian besar merupakan kaum kelas menengah. 
Selain harga tiket, tantangan pembangunan Disneyland di Indonesia juga bisa terlihat citra Indonesia di mata wisatawan mancanegara (wisman). Patut dipikirkan, bahwa tujuan utama mereka datang ke Indonesia untuk menikmati wisata alam dan budaya. Keberadaan taman bermain yang telah ada bahkan belum menjadi pertimbangan mereka. 
Hal itu terlihat dari banyaknya wisatawan yang lebih mengenal Pulau Bali dibanding Indonesia. Di mata wisman, Bali yang punya kesenian yang eksotis, pantai yang indah, dan suasana yang tenang jauh dari hikuk pikuk kota besar.  
Selain Bali, kunjungan wisman ke Raja Ampat, Papua juga meningkat. Peningkatan tersebut terjadi karena mereka terpukau dengan keindahan laut dan alam bawah laut di sana.  
Dengan alam dan budaya Indonesia yang luar biasa indah dan kaya, bisa jadi wisman, khususnya dari Eropa dan AS, tak akan tertarik untuk datang ke Disneyland Indonesia. Karena rasanya sia-sia untuk terbang selama belasan jam hanya untuk mendatangi objek wisata yang juga ada di negara mereka.
"Sepertinya saya tidak mau ke sana, karena itu buat anak-anak. Saya lebih pilih hiking, ke hutan mangrove, atau ke Ujung Kulon," kata salah satu wisatawan asal Slovakia.
Namun tak semua wisatawan mungkin berpikir demikian. Ada juga wisatawan asing lainnya yang ternyata juga ingin mengunjungi Disneyland jika benar-benar ada di Indonesia. "Benar ada? Wah pasti mau ke sana (kalau benar ada). Disneyland di negara favorit saya pasti menyenangkan," ucap salah satu wisatawan asal Perancis.

Lontaran wacana Bupati Boyolali Seno Samodro bahwa The Walt Disney Company akan membangun theme park atau taman bermain Disneyland di daerahnya, sempat menjadi pembicaraan banyak orang. Namun kenyataannya, pihak Disney membantah rencana investasi di Indonesia. Terkait hal tersebut, Bupati Seno, melalui Ajudan Bupati Boyolali, Aan Adi Prasetyo, mengungkapkan bahwa taman bermain tersebut bukanlah Disneyland, melainkan hanya memiliki konsep seperti Disneyland. Jika dicermati lebih jauh, mimpi Bupati Seno menghadirkan taman bermain berkelas dunia di daerahnya dipastikan bakal menemui banyak batu sandungan. Salah satunya, adalah anggapan mahalnya harga tiket Disneyland yang sudah beroperasi di berbagai belahan dunia.

Dikutip dari laman Disneyland, harga tiket Disneyland di Amerika Serikat (AS) dijual mulai dari US$97 (sekitar Rp1,2 juta). Tiket Disneyland Hong Kong harganya mulai dari HK$589 (sekitar Rp1 juta), Disneyland Tokyo harganya 7.400 yen (sekitar Rp902 ribu), dan Disneyland Paris harganya mulai dari 49-94 euro (sekitar Rp693 ribu sampai Rp1,3 juta). 

Bandingkan dengan harga tiket masuk berbagai taman bermain di Indonesia. Sebut saja tiket Dunia Fantasi yang dikelola PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, yang cuma seharga Rp190 ribu sampai Rp370 ribu per orang di hari biasa dan Rp270 ribu sampai Rp450 ribu di akhir pekan. 

Sementara itu, tiket Trans Studio milik CT Corp tercatat hanya Rp180 ribu sampai Rp280 ribu per orang. Jika dihitung-hitung, harga tiket masuk Disneyland tergolong cukup mahal untuk kebanyakan orang Indonesia. Kalau tidak percaya, mari kita bandingkan pendapatan per kapita penduduk Indonesia dengan penduduk negara-negara lain tempat Disneyland berdiri. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pendapatan per kapita penduduk Indonesia tahun lalu sebesar Rp47,9 juta per tahun atau Rp3,9 juta per bulan. 

Sementara itu, mengutip laporan International Monetary Fund World Economic Outlook per 9 November 2016, pendapatan per kapita warga Perancis berkisar US$38.537 (sekitar Rp512,5 juta per tahun atau sekitar Rp42 juta per bulannya).Sementara itu, pendapatan per kapita penduduk Jepang berkisar US$37.304 (sekitar Rp496 juta per tahun atau sekitar Rp41 juta per bulan). Kemudian pendapatan per kapita penduduk Hong Kong berkisar US$42.963 (sekitar Rp571 juta per tahun atau sekitar Rp47 juta per bulan).  

Semua ini tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan nilai pendapatan per kapita AS yang menjadi negara asal Donald Bebek dan Miki Tikus, dua tokoh kartun legendaris buatan Disney.  Di AS, pendapatan per kapita penduduknya bisa mencapai US$57.294 per tahun (sekitar Rp761,9 juta per tahun atau sekitar Rp63,5 juta per bulannya).  

Dengan pendapatan per kapita yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara lainnya yang memiliki Disneyland, bisa dipastikan Disneyland Boyolali kurang digemari oleh penduduk Indonesia, yang sebagian besar merupakan kaum kelas menengah. Selain harga tiket, tantangan pembangunan Disneyland di Indonesia juga bisa terlihat citra Indonesia di mata wisatawan mancanegara (wisman). Patut dipikirkan, bahwa tujuan utama mereka datang ke Indonesia untuk menikmati wisata alam dan budaya. Keberadaan taman bermain yang telah ada bahkan belum menjadi pertimbangan mereka. 

Hal itu terlihat dari banyaknya wisatawan yang lebih mengenal Pulau Bali dibanding Indonesia. Di mata wisman, Bali yang punya kesenian yang eksotis, pantai yang indah, dan suasana yang tenang jauh dari hikuk pikuk kota besar.  Selain Bali, kunjungan wisman ke Raja Ampat, Papua juga meningkat. Peningkatan tersebut terjadi karena mereka terpukau dengan keindahan laut dan alam bawah laut di sana.  

Dengan alam dan budaya Indonesia yang luar biasa indah dan kaya, bisa jadi wisman, khususnya dari Eropa dan AS, tak akan tertarik untuk datang ke Disneyland Indonesia. Karena rasanya sia-sia untuk terbang selama belasan jam hanya untuk mendatangi objek wisata yang juga ada di negara mereka."Sepertinya saya tidak mau ke sana, karena itu buat anak-anak. Saya lebih pilih hiking, ke hutan mangrove, atau ke Ujung Kulon," kata salah satu wisatawan asal Slovakia.

Namun tak semua wisatawan mungkin berpikir demikian. Ada juga wisatawan asing lainnya yang ternyata juga ingin mengunjungi Disneyland jika benar-benar ada di Indonesia. "Benar ada? Wah pasti mau ke sana (kalau benar ada). Disneyland di negara favorit saya pasti menyenangkan," ucap salah satu wisatawan asal Perancis. 

BERITA TERKAIT

Liburan ke Jepang Makin Ramai, Howliday Travel Tawarkan Private Trip Eksklusif

  Liburan ke Jepang Makin Ramai, Howliday Tracel Tawarkan Private Trip Eksklusif NERACA  Jakarta - Organisasi Pariwisata Jepang (JNTO) telah…

The Apurva Kempinski Bali Luncurkan Program Powerful Indonesia : Bhinneka Tunggal Ika

  The Apurva Kempinski Bali Luncurkan Program Powerful Indonesia : Bhinneka Tunggal Ika NERACA Jakarta - The Apurva Kempinski Bali…

Hadir di 4 Wilayah, The Pokemon Company Umumkan Proyek Pikachu's Indonesia Journey

  Hadir di 4 Wilayah, The Pokemon Company Umumkan Proyek Pikachu's Indonesia Journey NERACA Jakarta - The Pokémon Company, perusahaan…

BERITA LAINNYA DI Wisata Indonesia

Liburan ke Jepang Makin Ramai, Howliday Travel Tawarkan Private Trip Eksklusif

  Liburan ke Jepang Makin Ramai, Howliday Tracel Tawarkan Private Trip Eksklusif NERACA  Jakarta - Organisasi Pariwisata Jepang (JNTO) telah…

The Apurva Kempinski Bali Luncurkan Program Powerful Indonesia : Bhinneka Tunggal Ika

  The Apurva Kempinski Bali Luncurkan Program Powerful Indonesia : Bhinneka Tunggal Ika NERACA Jakarta - The Apurva Kempinski Bali…

Hadir di 4 Wilayah, The Pokemon Company Umumkan Proyek Pikachu's Indonesia Journey

  Hadir di 4 Wilayah, The Pokemon Company Umumkan Proyek Pikachu's Indonesia Journey NERACA Jakarta - The Pokémon Company, perusahaan…