Jokowi Kecewa Investasi Arab ke China Lebih Besar 10 Kali

NERACA  

Jakarta - Presiden Jokowi sempat curhat ketika melakukan kunjungan kerja ke Pondok Pesantren Buntet, Cirebon (13/4). Di hadapan para ulama, mantan Gubernur DKI itu sempat menyampaikan kekecewaannya ketika mengetahui nominal investasi yang dibenamkan Arab Saudi ke Indonesia jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang diberikan ke Tiongkok.

Dalam kunjungan ke Tiongkok pada 15-16 Maret, Raja Salman bin Abdulaziz meneken kesepakatan senilai US$65 miliar atau sekitar Rp 870 triliun. Sementara, dengan Indonesia, negara Petro Dollar itu membenamkan investasi Rp 89 triliun.

“Yang ini sedikit sekali. Saya agak kecewa investasi yang diberikan Arab Saudi untuk Indonesia. Saat itu, saya kaget Rp 89 triliun diberikan kepada Indonesia, tetapi saya lebih kaget begitu Beliau ke Tiongkok, Beliau tanda tangan kurang lebih Rp 870 triliun. Padahal, saya sudah payungi sendiri yah mosok lebih kecil dari itu (yang diberikan),” ujar Jokowi seperti dikutip laman Rappler.com.

Jokowi memayungi Raja Salman lantaran ketika tiba di Istana Bogor pada 1 Maret lalu, hujan deras tiba-tiba mengguyur kota tersebut. Pihak Istana tidak memprediksi hujan deras akan turun. “Waktu Beliau ke Indonesia pertama kali dan datang ke Bogor, sudah kami siapkan rapi. Rapi sekali. Tetapi, Allah berkehendak lain begitu Beliau masuk ke dalam pintu gerbang Istana,” ujarnya.  

Kendati begitu, mantan Walikota Solo itu menganggap hujan tersebut sebagai berkah. Selain memayungi, Jokowi juga mengendarai sendiri mobil golf kecil yang ikut ditumpangi Raja Salman. Saat itu, Jokowi ingin menunjukkan keindahan Istana Negara.

Nilai investasi yang jomplang tersebut, rencananya akan ditindak lanjuti Jokowi kepada Pemerintah Saudi. “Saya akan menindak lanjuti kepada Pangeran Muhammad, moga-moga Indonesia bisa mendapatkan lebih dari yang diberikan kepada Tiongkok. Mohon doanya, Pak Kyai,” kata dia.

Jokowi mengatakan, kecilnya nilai investasi yang diterima ketimbang China kemungkinan karena kemudahan berusaha (ease of doing business) di Indonesia saat ini masih di peringkat ke-41, atau masalah kepastian hukum yang harus diperbaiki.

“Hal-hal yang ini saya kira kritik dan introspeksi untuk diri kita sendiri kalau misalnya kita sudah siap, wong investasi kita gede-gede kok. Kalau ada keyakinan pasti akan lebih di tempat kita, dibanding negara lain,” ujarnya.

Nilai investasi yang tidak sesuai harapan Pemerintah Indonesia sebenarnya telah disoroti media ketika Raja Salman masih berada di Tanah Air. Sekretaris Kabinet, Pramono Anung ketika itu pernah mengatakan bahwa Arab Saudi berencana berinvestasi di Indonesia hingga US$25 miliar atau setara Rp 333 triliun. Namun, usai menekan 11 nota kesepahaman (MoU), nominalnya hanya mencapai sekitar Rp 93 triliun.

Salah satu komitmen utama yakni kerjasama antara perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco senilai US$ 6 miliar atau setara Rp 80 triliun. Saudi juga sepakat mengucurkan dana senilai US$ 1 miliar atau Rp 13 triliun dari Saudi Fund Development untuk kepentingan pembangunan perumahan, infrastruktur dan air minum. Tetapi nota kesepahaman itu tidak membahas mengenai nasib ratusan ribu pekerja yang ada di Saudi.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ketika itu mengatakan pemerintah tidak ingin fokus kepada angka investasi yang dibenamkan Saudi di Tanah Air.

“Investasi itu kan bukan datang blek-blek. Harus dipahami dulu. Kalau datang blek itu Sinterklas. Memang mau di-sinterklasi?” tanya mantan Duta Besar Indonesia untuk Belanda itu kepada media di Istana Bogor (1/3).

Sementara, perwakilan Divisi Komunikasi Kantor Staf Prsiden (KSP) bagian inseminasi informasi, Agustinus Eko Raharjo, mengatakan angka investasi itu bisa saja berubah. Dia juga menyebut bahwa yang jadi fokus pemerintah dari kunjungan bersejarah Raja Salman bukan sekedar mengincar investasi, tetapi juga meningkatkan hubungan kedua negara.

“Kita bukan bangsa pengemis. Hal yang harus digarisbawahi adalah bagaimana kita membuka hubungan baru setelah 47 tahun,” ujar Agustinus yang ditemui usai mengisi acara dialog di Jakarta belum lama ini. mohar

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…