Jumlah Doktor Di Indonesia Masih Minim

 

 

 

Sekretaris Direktur Jenderal (Dijen) Sumber Daya dan Iptek Pendidikan Tinggi Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Dikti) Prof John Hendri mengatakan jumlah doktor se-Indonesia saat ini baru mencapai 31 ribu orang. "Jumlah ini dari keseluruhan dosen sebanyak 270 ribu orang, baik yang telah memiliki Nomor Induk Dosen Nasional atau Nomor Induk Dosen Khusus," katanya saat berkunjung ke Universitas Andalas Padang, dalam rangka peresmian Rumah Sakit Pendidikan.

Dia menyebutkan jumlah ini termasuk 5.417 orang guru besar yang tersebar dari 4 ribu Perguruan Tinggi Negeri dan swasta. Jumlah itu, katanya, masih tertinggal dengan beberapa negara di Asia, seperti Malaysia, Thailand terlebih Jepang. Di negara tersebut seluruh dosennya minimal memiliki gelar doktor dan tidak ditemukan dosen bergelar master ke bawah seperti yang banyak ditemui di Indonesia.

Untuk profesor pun, ujarnya, persyaratan menjadi guru besar di Indonesia hanya menyertakan satu publikasi terindeks internasional. Berbeda dengan negara-negara tersebut, seperti Jepang yang mengharuskan minimal menyertakan 40 jurnal terindeks internasional. "Kekurangan ini menjadi tugas bagi Kemenristekdikti dan pimpinan kampus," kata dia.

Pemerintah sendiri sudah melakukan upaya percepatan memperoleh doktor dan guru besar tersebut. Seperti pengadaan beasiswa yang tahun ini untuk dalam negeri mencapai 2.000 beasiswa namun yang terpenuhi hanya 1.800 karena tidak memenuhi kualifikasi. Selain itu, melalui kampus dan koordinasi perguruan tinggi swasta kerap mengadakan persiapan dan pelatihan untuk sekolah ke luar negeri. "Yang perlu dilakukan yakni penyamaan persepsi di seluruh kalangan kampus untuk ke arah tersebut," kata dia.

Sementara itu Koordinator Kopertis X Prof Herri mengatakan kelemahan masih rendahnya doktor tersebut berbanding lurus dengan jumlah lulusan perguruan tinggi dan fasilitas yang memadai. Dia menyebutkan hanya 7 juta penduduk di Indonesia yang terdaftar dalam perguruan tinggi se-Indonesia dari prakiraan 250 juta penduduk. "Wajar jika pemerataan pendidikan tinggi harus dilakukan sejak dini," kata dia.

 

BERITA TERKAIT

Perluni UAJ Ungkap Kunci Kelangsungan Hidup Perguruan Tinggi

  Perluni UAJ Ungkap Kunci Kelangsungan Hidup Perguruan Tinggi NERACA  Jakarta – Perkumpulan Alumni Atma Jaya Jakarta (Perluni-UAJ) mengembangkan kolaborasi…

Wisuda dan Dies Natalis ke 63, Rektor Moestopo : Terapkan Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship Dalam Dunia Profesi

NERACA Jakarta – Universitas Moestopo Beragama menggelar wisuda dan Dies Natalis ke 63 di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Selasa…

Mempersiapkan Perlengkapan Sebelum Masuk Sekolah

  Perlengkapan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk disiapkan setelah libur panjang, salah satunya setelah libur Lebaran. Banyak persiapan yang perlu…

BERITA LAINNYA DI

Perluni UAJ Ungkap Kunci Kelangsungan Hidup Perguruan Tinggi

  Perluni UAJ Ungkap Kunci Kelangsungan Hidup Perguruan Tinggi NERACA  Jakarta – Perkumpulan Alumni Atma Jaya Jakarta (Perluni-UAJ) mengembangkan kolaborasi…

Wisuda dan Dies Natalis ke 63, Rektor Moestopo : Terapkan Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship Dalam Dunia Profesi

NERACA Jakarta – Universitas Moestopo Beragama menggelar wisuda dan Dies Natalis ke 63 di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Selasa…

Mempersiapkan Perlengkapan Sebelum Masuk Sekolah

  Perlengkapan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk disiapkan setelah libur panjang, salah satunya setelah libur Lebaran. Banyak persiapan yang perlu…