Sudah Lunturkah Budaya Indonesia pada Generasi Muda?

Oleh: Joko Susilo

Setiap kali Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke daerah, belakangan selalu diselingi pemberian hadiah sepeda kepada warga yang berani maju ke panggung dan menjawab pertanyaannya.

Presiden Jokowi selalu memberikan perntanyaan ringan, seperti menghafalkan Pancasila, menyebutkan pulau, menyebutkan nama suku-suku bangsa yang ada di Indonesia, beragam nama tarian daerah, bahkan sampai disuruh menyebutkan nama-nama ikan.

Banyak warga yang berebut maju untuk menjawab pertanyaan kuis yang diberikan oleh Presiden, namun jarang ada yang mampu menjawabnya dengan lancar karena grogi.

"Kalau di sana tuh mudah, pas di panggung grogi, jangan diketawai," kata Presiden setiap ada peserta kuis yang tidak lancar menjawabnya.

Pada saat membagikan bantuan nontunai di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Jumat (24/3), Presiden menyediakan sembilan unit sepeda untuk dibagikan kepada warga yang berani maju menjawab pertanyaannya.

Namun dalam acara ini ada salah satu peserta kuis yang notabane seorang siswi tingkat sekolah mengah atas hampir tidak bisa menjawab pertanyaan Presiden untuk menyebutkan nama lima tarian di Indonesia.

Apakah ini menunjukkan sudah luntur budaya di Indonesia karena semakin derasnya budaya barat yang masuk dan lebih dikenal oleh generasi muda kita? Ini salah satu contoh nyata, ketika Presiden Jokowi memberikan pertanyaan untuk menyebutkan lima nama tarian daerah dari Sabang sampai Merauke.

Ketika disampaikan pertanyaan tersebut, majulah salah satu murid SMA dari sekolah negeri yang berada di Kecamatan Barus untuk mencoba mendapatkan hadiah sepeda dari Presiden.

Setelah menyebutkan namanya, murid tersebut menjawab dengan berani, namun kenyataannya hampir tidak bisa menjawab satupun nama tarian yang ada di Indonesia.

"Tari......," kata siswa tersebut lama menjawabnya.

"Banyak tarian dari sini, ayo sebutkan tari apa?" kata Jokowi.

Setelah diberi sedikit petunjuk oleh Presiden, siswa ini menjawab "Tarian Batak" yang langsung mendapat sorakan dari masyarakat yang hadir.

Mendengar jawaban tersebut, Presiden langsung mempraktikan dengan menggoyangkan tangan seperti orang bersalaman, menirukan tarian asal suku Batak.

Siswi tersebut langsung membenarkan jawabannya dengan menyebut, "Tarian Tor-tor." "Ya betul, tarian Tor-tor, yang lain, yang di Bali ada, tarian apa?" kata Presiden mengarahkan agar bisa menjawab.

"Tarian Kencang," jawab siswi tersebut kembali mendapat sorakan dari warga serta murid SD hingga SMA/SMK yang hadir.

"Keliru bukan Tarian kencang, tidak ada tarian kencang itu," kata Jokowi sambil mempraktikan gerakan Tari kecak dari Bali, namun siswi ini kembali belum bisa menjawab dengan benar.

"Tarian dari Kalimanatan boleh, Sulawesi boleh, Bali boleh, Jawa Boleh, kan banyak sekali," kata Presiden kembali memberikan petunjuk.

"Tari Piring," jawabnya.

"Betul, baru dua, apalagi," kata Presiden mengejarnya untuk segera menyelesaikan jawaban atas pertanyaannya.

"Tarian Jawa," jawab siswa itu.

"Tari apa....?" kata Jokowi sambil mengatakan bahwa banyak macam tarian yang berasal dari Pulau Jawa.

Namun kembali siswi tersebut menjawab lagi tarian Bali. "Kan banyak tarian, tidak di Bali, di Sumatera boleh, Kalimantan boleh," kata Presiden kembali mengarahkannya.

Tetapi siswa ini tetap menjawab, "Tarian kencang....oh...tarian Kacang." "Salah, kan gampang sekali. Kan banyak sekali tarian di Indonesia. Masak nggak hafal sih anak-anak. Kan ada tarian dari Ponorogo itu. Dan di sini (Batak) kan juga banyak," keluh Presiden.

Setelah beberapa lama menjawab, akhirnya siswa itu bisa menyebut Tari Merak, Tari Serampang 12 dan Tari Jaipong.

"Ya sudah ambil sepedanya," kata Presiden yang disambut teriakan tidak puas dari masyarakat yang hadir.

Hal ini berbeda dengan ibu-ibu yang berhasil menjawab pertanyaan Presiden yang meminta menyebutkan lima suku di Indonesia.

Seorang ibu bernama Elipia Tarihoran langsung menjawab dengan lantang menjawab: "Suku Batak, Suku Jawa, Suku Nias, Suku Melayu, dan Suku Minang." "Sudah diambil sepedanya. Pintar ibu ini," kata Presiden bangga.

Hal yang sama juga ketika memberikan pertanyaan kepada Ny Yulfaida Pasaribu untuk menyebutkan lima pulau di Indonesia.

"Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Papua, Nias, Samosir," kata Yulfida dengan lantang.

"Sudah betul pinter banget dah," kata Presiden.

Dalam kesempatan ini, Presiden juga mengapresiasi bagi dua siswa yang berprestasi dengan memberikan hadiah sepeda tanpa memberikan pertanyaan.

"Ada yang 'ranking' satu enggak di sekolahnya? Coba sini," kata Presiden.

Mananggapi pertanyaan Presiden Jokowi, ada dua siswa yang mengacungkan tangan masing-masing, yakni Martainah Raja Sinaga kelas 2 SD dan Irmayati Siregar kelas 3 SMP.

Presiden langsung menanyakan kepada Martinah peringkat berapa, dijawabnya dengan lantang bahwa dirinya "rangking" satu di kelasnya.

"Kalau paling pinter itu kelihatan. Sudah diambil sepedanya," kata Presiden Jokowi.

Hal yang sama juga ditanyakan kepada Irmayati Siregar. "'Ranking' satu, sekelas atau sekolah," tanya Presiden.

Irmayati menjawab peringkat satu di sekolahnya.

"Sudah yang pinter-pinter enggak usah ditanya," ujar Presiden.

Dalam setiap kesempatan dalam acara pembagian bantuan nontunai, seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Program Keluarga Harapan dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), Presiden selalu memberikan pesan bahwa semua bantuan tersebut dilakukan pemerintah untuk menyiapkan generasi muda ke masa depan dalam menghadapi persaingan dengan negara lain yang semakin ketat.

"Saya titip sekali lagi, betul-betul digunakan untuk menyiapkan generasi ke depan lebih baik, sehat, pintar. Sekali lagi agar kita bisa bersaing dengan negara lain," tutur Presiden Jokowi.

Presiden juga berpesan bahwa semua bantuan yang diberikan tersebut digunakan untuk keperluan sekolah, penambahan gizi anak dan tidak dibelanjakan hal-hal yang konsumtif, seperti pulsa telepon seluler. "Kalau ketahuan dipakai beli pulsa, kartunya dicabut. Janjian ya, janji," kata Presiden. (Ant.)

BERITA TERKAIT

Pemerintah Gencarkan Pembangunan Demi Kesejahteraan Masyarakat Papua

Oleh : Saby Kossay, Mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta   Pemerintah terus menggencarkan pembangunan untuk terciptanya Papua yang jauh lebih…

Pemerintah Jamin Stok Beras di Tengah Ketidakpastian Situasi Global

  Oleh: Julia Andini, Mahasiswi Univ. Pakuan Bogor   Ketidakstabilan kondisi global, terutama dalam hal distribusi dan produksi pangan, telah…

Implementasi UU Ciptaker Wujudkan Peningkatan Ekonomi

Oleh : Febri Saputra, Pengamat Ekonomi   Undang-Undang (UU) Cipta Kerja adalah kebijakan reformasi struktural di Indonesia yang bertujuan untuk…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pemerintah Gencarkan Pembangunan Demi Kesejahteraan Masyarakat Papua

Oleh : Saby Kossay, Mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta   Pemerintah terus menggencarkan pembangunan untuk terciptanya Papua yang jauh lebih…

Pemerintah Jamin Stok Beras di Tengah Ketidakpastian Situasi Global

  Oleh: Julia Andini, Mahasiswi Univ. Pakuan Bogor   Ketidakstabilan kondisi global, terutama dalam hal distribusi dan produksi pangan, telah…

Implementasi UU Ciptaker Wujudkan Peningkatan Ekonomi

Oleh : Febri Saputra, Pengamat Ekonomi   Undang-Undang (UU) Cipta Kerja adalah kebijakan reformasi struktural di Indonesia yang bertujuan untuk…