Participation Index di Global Value Chain

Oleh: Fauzi Aziz

Pemerhati Sosial, Ekonomi dan Industri

 

Membangun basis industri nasional yang mampu tumbuh dan terintegrasi dalam mata rantai antar industri hulu-hilir dan antar skala serta terhubung dalam global production networks adalah merupakan salah satu bentuk strategi dan kebijakan industri yang harus dilakukan.

Tema ini penting dilihat dari dua aspek. Pertama, dilihat dari geopolitik industri secara nasional adalah bahwa kebijakan industri memiliki misi politik untuk menjaga kesinambungan kemajuan industri suatu bangsa yang berdimensi luas,  menyangkut hubungan antar industri di pusat-pusat wilayah pertumbuhan industri dan hubungan ekonomi antar daerah dalam satu sistem ke satuan ekonomi nasional. Dilihat dari dimensi ini, maka industri yang tumbuh dan terintegrasi dalam mata rantai per tambahan nilai menjadi bersifat konstitusional.

Kedua, tumbuh dan terintegrasi dalam jaringan yang bersifat nasional, regional, dan global adalah sebuah keniscayaan dimana kita pada dasarnya membangun industri tidak hanya mengandalkan terbentuknya keterkaitan yang bersifat vertikal dan horizontal di dalam negeri, tapi sekaligus mengkait ke dalam sistem regional dan global production network yang terafiliasi dalam satu konsep "international division of labour".

Di sisi lain akan berarti bahwa intra trade industries akan berkembang dalam iklim persaingan yang lebih sehat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, sehingga strategi dan kebijakan ini dapat menjadi bagian in ti dari terbangunnya penggunaan produksi dalam negeri dalam pasar yang lebih luas.

Secara ekonomi dan bisnis, maka tolok ukur yang bisa dipakai sebagai salah satu key permormance indicator dapat digunakan alat ukur "participation index global value chain". Model ini dikembang kan oleh OECD. Participation Index adalah mengukur seberapa dalam keterlibatan sebuah negara dalam jaringan produksi global.

Bappenas pernah merilis data participation index dalam global value chain Indonesia tahun 2005, 2008, dan 2009 yang dibagi dalam 3 klasifikasi, yakni: Index total; Index hulu; dan Index hilir. Pada Index total, kita dapatkan data pada tahun 2005 sebesar 49,2 (Malaysia, 68,7, dan Vietnam 52,9). Data tahun 2008, angka Indonesia adalah 49,2 (Malaysia, 67,7, dan Vietnam 56,3). Sedangkan indeks pada tahun 2009, angka Indonesia 43,7 (Malaysia 65,6 dan Vietnam 51,3).

Angka-angka indeks-hulu, pada tahun 2005 adalah 17,8 (Malaysia 41,5, Vietnam 35,0). Untuk tahun 2008, angka Indonesia 17,4 (Malaysia 38,1,Vietnam 39,8). Sedangkan pada tahun 2009,angka indeks Indonesia adalah 14,4 (Malaysia 37,9, Vietnam 36,6). Sementara itu, angka-angka Indeks-hilir memberikan gambaran pada tahun 2005,ideksnya 31,4 (Malaysia 27,2, Vietnam 17,8). Tahun 2008, indeks Indonesia 31,8 (Malaysia 29,6, Vietnam 16,5). Untuk tahun 2009, angka indeks Indonesia 29,3 (Malaysia 27,7, Vietnam 14,7).

BERITA TERKAIT

Investasi Emas Pasca Lebaran

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Usai lebaran Idul Fitri 1445 H masyarakat Indonesia mulai menjalankan aktifitas kembali seperti biasanya…

Tantangan APBN Paska Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kebijakan Satu Peta

 Oleh: Susiwijono Moegiarso Plt. Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kemenko Perekonomian Percepatan pelaksanaan Kebijakan Satu Peta atau…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Emas Pasca Lebaran

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Usai lebaran Idul Fitri 1445 H masyarakat Indonesia mulai menjalankan aktifitas kembali seperti biasanya…

Tantangan APBN Paska Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kebijakan Satu Peta

 Oleh: Susiwijono Moegiarso Plt. Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kemenko Perekonomian Percepatan pelaksanaan Kebijakan Satu Peta atau…