Perluas Pasar Petrokimia - Chandra Asri Bakal Bangun Pabrik Terintegrasi

NERACA

Jakarta – PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) akan memulai studi kelayakan untuk membangun dan mengoperasikan kompleks petrokimia terintegrasi. Fasilitas tersebut merupakan kompleks petrokimia terintegrasi kedua di Indonesia yang akan berdekatan dengan kompleks petrokimia terintegrasi yang berada di Cilegon, Banten.

Suryadi, Direktur PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu (22/3) mengatakan, kompleks baru yang berskala dunia dengan nilai multi miliar dollar ini akan terdiri dari Cracker Ethylene berkapasitas 1 juta ton per tahun dan berbagai turunan hilirnya, berbagi dengan fasilitas pendukung yang ada. "Studi kelayakan ini sejalan dengan strategi perusahaan untuk memperluas jejak langkahnya di bidang petrokimia,"ujarnya.

Menurutnya, secara struktural Indonesia mengalami kekurangan produk petrokimia. Saat ini, Indonesia sangat bergantung pada produk impor. Pada 2017, Indonesia diperkirakan akan mengonsumsi sekitar 3 juta ton polyethylene/polypropylene, dengan impor berada di atas 1,7 juta ton.”Kami memimpin pasar domestik sebesar 30%-40%, dan memiliki kerangka operasi integrasi yang kuat dengan basis pelanggan yang dimiliki,"paparnya.

Perseroan akan mendirikan sebuah perusahaan baru untuk menjalankan kompleks petrokimia kedua ini. Pihaknya juga telah berdiskusi dengan pemerintah terkait insentif fiskal untuk mempercepat proyek tersebut. "Struktur kepemilikan saham dari usaha baru ini, belum selesai. Saat ini sedang berlangsung diskusi bersama dengan berbagai pelaku industri," terangnya.

Sebagai informasi, di tahun 2016 kemarin,  perusahaan petrokimia ini membukukan kinerja keuangan yang cukup apik. Dimana perseroan membukukan laba bersih melesat tajam dari US$ 26,3 juta di 2015 menjadi US$ 300,1 juta.”Ini adalah sebuah lonjakan yang signifikan sebesar US$ 273,8 juta atau sebesar 1.043% year on year,"kata Suryadi.

Sementara untuk pendapatan bersih perseroan di 2016, tercatat sebesar US$ 1.930,3 juta atau naik 40% dibandingkan dengan tahun sebelumnya US$ 1.377,6 juta. Angka ini sebagian besar karena penjualan produk yang lebih tinggi sebesar 64% dari 1.233 KT (kilo tonnes) menjadi 2.024 KT dengan kapasitas produksi yang lebih tinggi yakni lebih dari 43% pasca ekspansi Cracker yang rampung pada akhir 2015. Untuk laba kotor perseroan meningkat 239% menjadi US$ 494,3 juta dari US$ 145,7 juta yoy.

Hasilnya, margin laba kotor melonjak menjadi 25,6% dari 10,6% yoy, yang mencerminkan margin petrokimia yang kuat, utilisasi pabrik yang lebih baik dan optimalisasi portofolio produk. Demikian pula, EBITDA 2016 meningkat secara signifikan menjadi US$ 509,5 juta dari US$ 154.8 juta di 2015. Suryadi pernah bilang, kedepan perseroan akan melanjutkan strateginya untuk lebih terintegrasi ke hilir dan ekspansi untuk memenuhi permintaan dalam negeri yang terus meningkat. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…