Industri Marikultur - KJA Offshore Diharapkan Topang Produksi Kakap Putih

NERACA

Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Ditjen Perikanan Budidaya terus menjadikan bidang budidaya laut sebagai prioritas dalam kebijakan pembangunan perikanan budidaya nasional ke depan, mengingat besarnya potensi yang masih dapat dimanfaatkan, sehingga diharapkan akan mampu mendongkrak kontribusi sektor perikanan terhadap PDB nasional.

Demikian disampaikan Dirjen Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, yang tertuang dalam keterangan pers, di Jakarta, Senin (20/3). Kajian terbaru potensi kawasan perikanan budidaya menunjukkan total potensi indikatif lahan budidaya laut mencapai ± 12 juta hektar. Disisi lain, total luas pemanfaatannya lahan budidaya laut baru mencapai ± 285.527 hektar atau sekitar 2,36% dari total potensi yang ada, dengan capaian volume produksi budidaya laut hingga akhir 2016 mencapai ± 11.762.420 ton atau naik 4% dari tahun sebelumnya.

KKP telah menetapkan program prioritas tahun 2017 dengan mulai memperkenalkan modernisasi teknologi pada bidang budidaya laut yaitu budidaya laut lepas pantai atau lebih dikenal dengan KJA offshore. Teknologi yang full mengadopsi teknologi yang diterapkan di Norwegia ini disinyalir akan mampu menggenjot produksi kakap putih secara signifikan. Rencananya, menurut Slamet, KJA offshore ini akan terlebih dahulu difokuskan di tiga kawasan strategis yaitu Kepulauan Karimunjawa, Pangandaran dan Kota Sabang, dimana pembiayaannya berasal dari APBN, sedangkan pengelolaannya akan menggandeng BUMN Perikanan yaitu Perum Perindo. “Mekanisme pengelolaan KJA sedang dalam tahap pembahasan bussiness plan untuk memetakan mata rantai bisnis yang akan dibangun nantinya, intinya kami berharap pembangunan KJA offshore ini akan memberikan multiplier effect khususnya bagi pemberdayaan masyarakat,” jelas Slamet.

Ditanya mengenai pemilihan komoditas kakap putih, Slamet menambahkan karena kakap putih memilliki pangsa pasar ekspor yang lebih luas selain kerapu. “Kita targetkan produksi ikan kakap putih dari ketiga lokasi ini mencapai 2.415 ton atau setara dengan nilai 56,4 milyar pertahun,” tambah Slamet.

Seperti diketahui, kebutuhan benih untuk KJA offshore mencapai 3,6 juta ekor benih (1,2 juta ekor benih/unit), dalam memenuhi kebutuhan tersebut KKP akan mendorong UPT Ditjen Perikanan Budidaya untuk memproduksi benih, disamping tentunya kerjasama dengan pihak swasta untuk kekurangannya. Masyarakat juga akan dilibatkan khususnya pada segmen penggelondongan benih, dimana rencananya akan mampu memberdayakan sebanyak ± 1.450 orang. Intinya menurut Slamet, program ini akan secara langsung memberikan dampak positif bagi masyarakat, dengan kata lain tetap mengedepankan pengembangan yang family based-aquaculture.

Ditjen Perikanan Budidaya mulai tahun 2017 akan fokus dalam upaya optimalisasi melalui program revitalisasi KJA, terutama KJA yang dikelola masyarakat. KJA yang terdistribusi saat ini banyak berasal dari lintas kementerian. Total bantuan KJA tahun ini sebanyak 15.583 lubang, dari jumlah tersebut bantuan KJA dari DJPB sebanyak 7.316 lubang (47,7%). Artinya, ini menjadi hal yang perlu disikapi bahwa penting kementerian terkait berkoordinasi dengan KKP sebagai kementerian teknis yang membidangi masalah perikanan budidaya, sehingga masalah inefisiensi dapat diatasi dengan baik.

Tahun 2017 KKP menargetkan revitalisasi KJA sebanyak 250 unit (1000 lubang), dimana diharapkan akan mampu menghasilkan produksi lebih dari 342 ton/tahun dengan nilai produksi sebesar ± 34 milyar. Disamping itu program ini juga diharapkan mampu menyerap tenaga kerja hingga 500 orang per tahun, dengan kisaran pendapatan kotor yang mampu diraup kelompok pembudidaya mencapai 80 – 182 juta/tahun.

Selain revitalisasi dari KKP, KKP juga menggandeng Perindo. Dalam keterangannya GM Marikultur Perindo, Muhibuddin Koto, menyatakan bahwa ke depan Perindo akan mulai fokus menggarap potensi budidaya laut melalui kerjasama efektif yang difasilitasi KKP. Langkah awal, ditambahkan Muhibuddin, Perindo direncanakann akan membantu pelaksanaan revitalisasi sebanyak 1.000 lubang di 6 klaster dengan target produksi minimal 200 ton/bulan. Klaster-klaster terebut antara lain di Bali, Natuna, Konawe Selatan, Ambon, Lampung, dan Padang. Harapannya produksi budidaya kerapu meningkat 2 kali lipat dari tahun sebelumnya selain itu diharapkan akan mampu meningkatkan daya serap benih 3,6 juta yang diproduksi dari pembenih.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…