Laba Konsolidasi RNI Meningkat 258%

NERACA

Jakarta - Sepanjang tahun 2016 kemarin, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) membukukan laba konsolidasi sebesar Rp 247 miliar atau meningkat  258% dibanding tahun 2015 yang mencatat laba sebesar Rp 69 miliar. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Kata Direktur Utama PT RNI, Didik Prasetyo, kontribusi laba dari sektor industri gula tercatat sebesar Rp 98 miliar atau menurun dibanding pencapaian pada tahun 2015 yang mencatat laba Rp 209 miliar. Namun demikian, dari sektor farmasi dan alat kesehatan terjadi peningkatan laba dengan kontribusi laba setelah pajak sebesar Rp 108 miliar lebih tinggi dari tahun 2015 yang berada di angka Rp 83 miliar. Kemudian kontribusi laba sektor perdagangan berada di angka Rp 42 miliar, meningkat dari tahun 2015 yang mencatat laba sebesar Rp 22 miliar. “Peningkatan kinerja ketiga sektor tersebut mampu menutup pencapaian sektor perkebunan yang masih minus Rp 94 miliar.”ujarnya.

Tahun ini, BUMN yang bergerak di bidang Agro Industri, Farmasi & Alat Kesehatan dan Perdagangan & Distribusi ini menargetkan penjualan sebesar Rp 6,3 triliun, atau meningkat sebesar 25% dari angka tahun sebelunya, yaitu sebesar Rp 5 triliun. Penjualan dari sektor Agro, baik industri tebu maupun industri perkebunan lainnya ditargetkan meningkat 23% menjadi Rp 2,2 triliun. Adapun capaian tahun lalu sebesar Rp 1,8 triliun. Sementara penjualan dari sektor non agro industri ditargetkan menembus angka Rp 4,1 triliun, atau naik 26% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 3,3 triliun.

Untuk menghadapi isu-isu strategi tahun ini, kata Didik, RNI akan mempertajam perannya sebagai Investment Holding. “Kami akan tingkatkan daya saing anak perusahaan melalui sinergi antar anak perusahaan. Salah satunya adalah dengan mendorong sinergi melalui Integrated Supply Chain (ISC). Disamping optimalisasi bisnis inti dan aset, RNI juga tetap akan melakukan pengembangan bisnis berbasis kompetensi inti,”tandasnya.

Salah satu upaya yang akan ditempu adalah dengan menganggarkan belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp 1,6 triliun pada 2017 atau meningkat 159% dibanding tahun 2016. Belanja modal tersebut dipergunakan untuk pengembangan lini bisnis agroindustri, baik di lapangan maupun luar lapangan, dan industri farmasi. Dari upaya peningkatan aset, Pada tahun 2016, nilai Aset RNI meningkat sebesar Rp 10,5 triliun, atau mengalami pertumbuhan 54% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 6,8 triliun. (bani)

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…