Salmanomics

 

Oleh: Rusli Abdulah

Peneliti INDEF

                Kedatangan Raja Salman ke Indonesia disambut meriah bak dongeng di cerita para raja dan pangeran di negeri dongeng. Kedatangan raja dan pangeran ke Indonesia dianggap untuk bagi-bagi hadiah. Setidaknya itulah yang sempat meramaikan lini masa media sosial tanah air. Bahkan tersebar berita di sebuah portal berita online, Raja Salman akan menghajikan para polisi Indonesia yang mengawalnya. Namun lebih dari itu, kedatangan Raja Salman apabila ditinjau dari sisi ekonomi adalah upaya lebih untuk menyelamatkan ekonomi Arab Saudi dari kesulitan ekonomi yang melanda negara petro dollar tersebut. 

Pertumbuhan ekonomi selama 6 tahun terakhir Arab Saudi melambat drastis. Pada 2011, pertumbuhan ekonomi Arab Saudi mencapai 9,96%, pada 2015 jatuh hingga 3,49%. Pada 2016 angkanya melambat hingga 1% (Bank Dunia,2017). Apabila dirata-rata, maka pertumbuhan ekonomi Arab Saudi selama 2011-2011 sebesar 4,36%, masih jauh lebih tinggi Indonesia.

Penyebab utama melambatnya pertumbuhan ekonomi Arab Saudi dikarenakan jatuhnya harga minyak dunia. Periode 2010- 2016, harga minyak mentah dunia terjun bebas dari angka di atas US$100 per barel terjun menjadi US$40 per barel. Kejatuhan harga minyak ini menjadikan Arab Saudi kelimpungan mengingat sekitar 90 % penerimaan negaranya berasal dari jualan minyak.

Akibatnya, pada 2015 dan 2016, defisit anggaran negara Arab Saudi tak terelakkan. Pada 2015, terjadi defisit sebesar 367 miliar riyal atau sekitar Rp 1.372 triliun atau US$97,8 miliar pada 2015 lalu. Jumlah itu setara 15% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Arab Saudi. Pada 2016,  defisit menurun, tapi tetap masih besar. Besarannya US$79 miliar di 2016. Jumlah ini jauh di bawah defisit tahun 2015 sebesar US$97,8 miliar. Arab Saudi harus mengganti sumber pemasukan negaranya.

                Diversifikasi penerimaan negara serta penopang ekonomi Arab Saudi sudah mulai dilaksanakan sejak 26 April 2016. Hal tersebut ditandai dengan peluncuran visi 2030 Arab Saudi. Inti Visi 2030 Arab Saudi adalah mencari penopang baru dalam perekonomian negara, bukan hanya minyak. Salah satu jalan usahanya adalah peningkatan penerimaan negara dari non minyak pada 2030 ditargetkan naik dari US$163 miliar menjadi US$1 triliun, peningkatan barang ekspor non minyak dari 16% di 2015 menjadi 50% dari PDB di 2030.

                Salah satu implementasi dari visi 2030 adalah dengan niat menjual saham Aramco (perusahaan minyak Saudi) ke negara-negara di luar Arab Saudi terutama Asia Pasifik. Itulah mengapa sebelum kunjungan ke Indonesia, Raja Salman sempat mampir ke Malaysia, China dan Jepang. Tujuannya untuk menawarkan Aramco dan menarik investasi luar negeri ke Arab Saudi.

Jadi tidak tepat bila Raja Salman datang membagi-bagikan uang seperti cerita dalam dongeng. Yang ada adalah kunjungan Raja Salman ke Asia Pasifik merupakan pengejawantahan dari “Salmanomics”. Indonesia kena cipratannya, minimal bantuan US$1 miliar untuk infrastruktur, US$6 miliar untuk  pembangunan kilang minyak dan makin terkenalnya Bali.

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…