Perdagangan Internasional - Revisi Ekonomi Tiongkok Bakal Tekan Ekspor Indonesia

NERACA

Jakarta – Revisi pertumbuhan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebesar 6,5 persen pada 2017 dinilai memberi dampak pada kinerja ekspor Indonesia ke Negeri Tirai Bambu tersebut. Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Iman Pambagyo mengatakan bahwa dampak dari revisi pertumbuhan ekonomi Tiongkok tersebut akan menyebabkan ekspor Indonesia menurun.

"Dampak tentu ada, Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir merupakan negara tujuan ekspor Indonesia. Dampak langsung ke Indonesia ekspor akan menurun seperti batu bara dan beberapa komoditas yang diolah seperti CPO," kata Iman, di Jakarta, sebagaimana disalin dari Antara.

Pemerintah Tiongkok merevisi target pertumbuhan ekonomi menjadi sekitar 6,5 persen untuk tahun 2017. Hal tersebut diumumkan oleh Perdana Menteri Li Keqiang. Pada 2016, pemerintah Negeri Panda tersebut mematok target pertumbuhan ekonomi tahun 2017 pada kisaran 6,7 hingga 7 persen.

Tercatat, total perdagangan antara Indonesia dengan Tiongkok mencapai 47,58 miliar dolar Amerika Serikat pada 2016. Impor Indonesia mencapai 30,80 miliar dolar AS, sementara ekspor 16,78 miliar dolar AS.

Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia dengan negara mitra dagang mengalami defisit mencapai 14,01 miliar dolar AS di tahun tersebut. Menurut Iman, meski pemerintah Tiongkok merevisi target pertumbuhan ekonomi tersebut, masih ada peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkan pasar yang ada. Pemerintah Tiongkok menginginkan adanya peningkatan konsumsi domestik yang bisa menjadi peluang ekspor bagi Indonesia.

Hal senada juga dikatakan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong, bahwa negara tersebut memang mengalami banyak perubahan dari yang dulunya merupakan industri berat dan mengimpor bahan mentah, saat ini lebih ke sektor jasa dan konsumsi. "Konsumsi bisa ada peluang seperti sektor pariwisata. Tiongkok merupakan sumber wisatawan mancanegara bagi Indonesia," kata Thomas yang kerap disapa Tom tersebut.

Namun, revisi target pertumbuhan ekonomi itu, menurut Tom, bukan merupakan hal yang mengejutkan dan terbilang masih cukup tinggi. Menurutnya, dengan pertumbuhan 6,5 persen dan ekonomi Tiongkok mencapai 11,5 triliun dolar AS, maka pertumbuhan tersebut masuk kategori tinggi.

"Sepuluh tahun lalu, ekonomi Tiongkok hanya tiga triliun dolar AS per tahun dan pertumbuhan 12 persen. Sekarang jauh lebih tinggi, jadi meskipun tingkat pertumbuhan turun separuh, ukuran ekonominya sudah naik empat kali lipat," kata Tom.

Pemerintah Tiongkok menargetkan pertumbuhan ekonomi 2017 menjadi 6,5 persen. Angka itu lebih rendah dari realisasi laju ekonomi tahun lalu sebesar 6,7 persen dan terendah dalam 25 tahun terakhir. Pemerintah Negerio Tirai Bambu tersebut menyuntikkan sejumlah stimulus untuk mempertahankan laju ekonominya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa banyak pasar tujuan ekspor baru berpotensi besar yang saat ini belum digarap serius. "Pasar-pasar baru banyak sekali yang tidak pernah diurus, misalnya Afrika, padahal yang lain sudah masuk," katanya ketika membuka rapat kerja Kementerian Perdagangan di Istana Negara Jakarta.

Ia meminta Kementerian Perdagangan dan instansi terkait lainnya tidak membiarkan pelaku usaha swasta menerobos sendiri ke pasar-pasar baru itu karena biayanya akan mahal. "Negara lain pasti negara dulu yang hadir, ada market intelligence yang dilakukan di sana, setelah itu negara masuk melihat," katanya.

Mengenai besarnya pasar baru, Presiden mencontohkan potensi pasar Afrika yang nilainya 550 miliar dolar AS sementara nilai ekspor Indonesia ke kawasan itu baru 4,2 miliar dolar AS. "Juga kawasan Euroasia, negara-negara ini tidak pernah kita lihat, dilihat tapi dengan cara serampangan, tidak serius, dari 251 miliar dolar AS, nilai ekspor kita satu miliar pun tidak ada," katanya.

Ia juga menyebut potensi pasar Timur Tengah yang sampai 975 miliar dolar AS dan Indonesia baru mengambil sekitar lima miliar dolar AS di antaranya. "Peluang masih besar, ajak UKM kita berpameran di sana, terutama UKM yang sudah memenuhi standar," katanya.

Selain itu, kata Presiden, ada potensi besar dari pasar India yang nilainya mencapai 375 miliar dolar AS namun ekspor Indonesia ke sana baru senilai 10 miliar dolar AS, utamanya dari minyak sawit mentah dan batu bara.

Presiden juga menyebut potensi pasar Pakistan dan Sri Lanka yang belum optimal digarap. "Jangan anggap sepele pasar-pasar itu, itu gede sekali yang belum disentuh karena kita bekerja mengikuti rutinitas dan linier," katanya.

Presiden meminta Kementerian Perdagangan dan instansi terkait lain melakukan penetrasi ke pasar-pasar ekspor baru, tidak berkutat di pasar-pasar tradisional. "Kita selalu berkutat pada pasar-pasar tradisional atau lama kita, ke Amerika, Jepang China, Eropa, kita ngerti pasar itu gede dan harus dipelajari produk-produk apa yang bisa kita masukkan di pasar-pasar yang sudah ada itu," katanya.

BERITA TERKAIT

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…