Momentum Investasi Saudi

Kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud menarik perhatian media massa dan masyarakat Indonesia. Dari jumlah rombongan saja sudah fenomenal yaitu mencapai 1.500 orang sehingga harus membawa tujuh pesawat.  Tur keliling Asia yang pertama kali dilakukan setelah naik tahta pada 2015, Raja Salman selain ke Malaysia dan Indonesia juga akan mengunjungi Brunei, Jepang, China, dan Maladewa.

Tidak heran jika kunjungan Raja Salman hingga 31 hari ke berbagai negara Asia tentu bukan tanpa target. Misi diplomasi tampaknya menjadi target utama adalah dalam aspek ekonomi. Kunjungan ini penting dioptimalkan Indonesia guna memperkuat hubungan bilateral kedua negara dalam kerangka mutualisme. Salah satunya perlu revitalisasi geoekonomi hingga menguntungkan secara ekonomi bagi kedua pihak.

Patut diketahui, Arab Saudi sejak 2016 memulai upaya diversifikasi ekonomi dengan melakukan berbagai reformasi ekonomi dan sosial melalui Visi 2030. Pemerintah Saudi  tidak akan lagi bergantung terhadap minyak, sehingga harus aktif dalam perdagangan internasional dan investasi.

Harga minyak dunia turun drastis sejak 2014 dan menjadi paling buruk dalam 12 tahun terakhir. Akibatnya, Arab Saudi defisit lebih dari Rp 900 triliun dan secara perdana melakukan pinjaman internasional. Karena itu,  Saudi berminat investasi dalam berbagai sektor. Salah satunya dengan membangun kilang minyak dan pabrik petrokimia di Indonesia senilai US$ 6 miliar melalui Saudi Aramco. Selain juga kerja sama membangun cadangan strategis untuk memperkuat ketahanan energi Indonesia.

Di sisi lain, Indonesia juga berkepentingan mengambil keuntungan dari kunjungan Raja Salman.  Investasi Arab Saudi tentu menguntungkan bagi perekonomian Indonesia. Kunjungan empat hari Raja Salman di Bali juga berpotensi mendongkrak pariwisata Indonesia di kancah global, khususnya Timur Tengah.

Sebagai negara dengan penduduk beragama Islam terbesar, tahun lalu saja ada 168.800 muslim Indonesia yang melaksanakan haji, apalagi sekarang Raja Salman berkomitmen menambah kuota haji buat jamaah Indonesia hingga mencapai 230.000 jamaah. Ini tentu akan menambah pemasukan devisa bagi pemerintah Saudi di masa depan.

Sampai saat ini hubungan kultural Indonesia dan Saudi masih kuat. Bukan rahasia bahwa Arab Saudi banyak memberikan bantuan di bidang keagamaan dengan membangun fasilitas rumah ibadah serta mendukung pendidikan dan yayasan keagamaan. Namun, kerja sama ekonomi Indonesia dan Arab Saudi masih lemah.

Pada 2015 ekspor Indonesia ke Arab Saudi hanya US$2,16 miliar atau 1,4 % dari total ekspor. Arab Saudi ada pada peringkat ke-16 negara tujuan ekspor nonmigas Indonesia. Pada tahun yang sama Indonesia mengimpor dari Arab Saudi mencapai US$6,52 miliar (4,6% dari total impor). Artinya, Indonesia mengalami defisit perdagangan sebesar US$4,4 miliar dengan Arab Saudi. Secara keseluruhan neraca nonmigas Indonesia masih surplus US$1,19 miliar, sedangkan migas defisit US$5,55 miliar.

Data BKPM pada 2016 memperlihatkan investasi dari Arab Saudi menempati posisi ke-57 dari semua negara investor di Indonesia dengan total investasinya hanya US$900.000 atau Rp12 miliar saja yang tersebar di 44 proyek. Peringkat dan nilai investasi Arab Saudi bahkan di bawah Afrika Selatan dan Mali. Nilai investasi ini kalah jauh dari posisi tiga besar yang ditempati oleh Singapura, Jepang, dan China. Investor terbesar nomor satu di Indonesia berasal dari Singapura dengan nilai US$ 9,1 miliar atau sekitar Rp121 triliun yang terbagi dalam 5.874 proyek.

Kondisi Arab Saudi saat ini memiliki beberapa kemiripan dengan Indonesia pasca kejayaan minyak yang harus kreatif menggenjot sektor nonmigas dengan berbagai kebijakan supaya ekonomi tidak melambat signifikan. Namun, bedanya, Arab Saudi masih memiliki cadangan defisit yang tinggi sebagai pemegang cadangan minyak terbesar kedua di dunia atau 72,8 kali lipat cadangan minyak Indonesia.

Dari segi geopolitik, Arab Saudi perlu memperkuat hubungan dengan Indonesia seiring peningkatan hubungan dengan Iran yang merupakan rivalnya di Timur Tengah. Pertamina dan National Iranian Oil Company (NIOC) pada Desember lalu menandatangani nota kesepahaman untuk melakukan preliminary study terhadap kedua lapangan minyak raksasa di Iran, yaitu Ab-Teymour dan Mansouri yang memiliki cadangan lebih dari 5 miliar barel.

Tinggal kuncinya bagaimana Indonesia bisa memainkan gaya diplomasi luar negeri bebas aktif, berpotensi meraih manfaat dan membuka pintu ekspor ke dua negara tersebut. Dalam pertemuan di Istana  Bogor, Presiden Jokowi dan Raja Salman  menandatangani 11 nota kesepahaman (MoU) yang  mencakup ekonomi, kebudayaan, UKM serta industri aeronautika.

Tetapi yang pasti Arab Saudi sudah mengucurkan investasi Rp 93 triliun ke Malaysia dengan sambutan yang standar internasional ketika menerima kedatangan Raja Salman. Nah, Indonesia dengan penyambutan yang sangat luar biasa dan sangat meriah, setidaknya dapat menarik investasi minimal sama dengan Malaysia. Ini sekaligus untuk menjawab sindiran sebagian publik yang menilai penyambutan kedatangan Raja Salman di negeri ini sebagai hal yang berlebihan. 

BERITA TERKAIT

Laju Pertumbuhan Kian Pesat

  Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output dari waktu ke waktu menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu…

Kredibilitas RI

Pemilu Presiden 2024 telah berlangsung secara damai, dan menjadi tonggak penting yang tidak boleh diabaikan. Meski ada suara kecurangan dalam…

Pangan Strategis

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Laju Pertumbuhan Kian Pesat

  Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output dari waktu ke waktu menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu…

Kredibilitas RI

Pemilu Presiden 2024 telah berlangsung secara damai, dan menjadi tonggak penting yang tidak boleh diabaikan. Meski ada suara kecurangan dalam…

Pangan Strategis

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak…